NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berubah

Setelah membersihkan diri, Reina ingat jika, sebentar lagi Elyana akan datang dan memberikannya sebuah gaun yang justru akan membuatnya malu di pesta perpisahan nanti.

Reina bingung, apa ia harus datang dan tetap di permalukan atau memilih berdiam diri saja di rumah dengan berpura-pura sakit.

Kalau pun harus datang, dia tak mungkin mengenakan gaun dari Elyana. Lalu harus mengenakan apa?

Reina menghela napas saat melihat ke arah lemari pakiannya. Di sana hanya terdapat kaus dan juga celana dari berbagai jenis bahan saja.

Ia tak memiliki gaun dan tak pernah bermimpi bisa memiliki sebuah gaun yang harganya sangat mahal itu.

Mengharapkan dari sang ayah jelas sangat tak mungkin.

Reina ingat jika ayahnya juga sangat membencinya. Parahnya lagi, lelaki yang harusnya menjadi cinta pertamanya itu akan membiarkan sikap istrinya yang selalu bersikap kasar padanya.

Reina kehilangan sang ibu saat usianya baru menginjak 12 tahun. Saat itu ia memang memaksa keluarganya untuk pergi ke pantai.

Ayahnya sempat menolak karena keadaan ibu mereka tak memungkinkan untuk berpergian jauh.

Tatyana— setelah melahirkan Reina memang kondisi tubuhnya tak bisa kembali sehat seperti dulu.

Wanita itu sering sakit-sakitan, hingga membuat Reina tak memiliki kenangan dengan keluarganya saat berpergian.

Di hari ulang tahunnya, dia memaksa karena ingin merasakan indahnya berpergian bersama keluarga seperti teman-teman sebayanya.

Tatyana yang tak tega, akhirnya memaksakan diri untuk ikut.

Benar saja, bencana tak pernah ada yang tahu. Reina yang lepas pengawasan karena sibuk mencari kerang, tersapu oleh derasnya ombak yang tiba-tiba datang menghantam tubuh kecilnya.

Saat itu, Hendro— sang ayah tengah mengambil selimut di hotel untuk Tatyana, sedangkan kedua anak lelakinya Laksmana dan Vano hanya terdiam bingung saat ibu mereka tiba-tiba berlari menuju pantai untuk menyelamatkan Reina.

Reina memang di temukan oleh penjaga pantai, sayangnya Tatyana yang justru menghilang terbawa ombak yang mengganas.

Mereka semua merasa kehilangan. Setelah kejadian itu, Laksmana-lah orang pertama yang menyalahkannya. Lelaki itu seolah merasa hanya dirinya yang kehilangan ibu mereka. Dia seakan lupa jika Reina juga sama terlukanya dengan mereka.

Semua itu semakin diperburuk setelah ayah mereka menikah lagi dengan Meike dan membawa wanita itu serta anaknya untuk tinggal bersama.

Dulu Reina hanya merasa diabaikan, tapi setelah kedatangan ibu tirinya hidupnya semakin mengenaskan, karena selain mendapat kekerasan verbal, Reina juga harus merasakan kekerasan fisik dari wanita itu dengan dalih mendisiplinkannya.

.

.

Pintu kamarnya terbuka tanpa persetujuannya. Benar saja, Elyana yang sudah berdandan dengan cantik datang membawa sebuah pakaian di lengan kirinya.

Gadis itu tersenyum meremehkan. Ia lalu melempar pakaian yang sudah Reina tebak itu adalah gaun yang akan mempermalukannya.

Gaunnya memang indah dan mewah. Namun gaun itu seperti gaun pernikahan, benar-benar terlalu berlebihan jika hanya untuk sebuah pesta kelulusan.

"Aku udah tebak kalau kamu pasti ngga punya gaun. Pakailah, itu buatan desainer terkenal yang pasti mahal. Jangan anggap aku dan mamihku kejam karena tak memikirkanmu," cibirnya.

Reina tak membalas, dia masih menatap cermin di depannya.

Tak menunggu jawaban Reina, Elyana segera berlalu dari sana.

Reina menghela napas. Dia menatap gaun pemberian Elyana dengan pandangan sendu.

Ada apa dengan takdir ini. Apa yang harus dia perbaiki? Batinnya merancu.

Tak lama ketukan kembali terdengar, lagi-lagi tanpa menunggu persetujuannya seseorang masuk ke dalam kamarnya.

"Non?" panggilan itu ternyata dari Astrid. Reina mengernyit heran kala melihat Astrid datang dengan membawa sesuatu di kantong plastik hitam.

Ini tak ada di ingatan masa lalunya. Kepala Reina sakit, apa ada yang berubah dari masa lalunya, atau dia yang tak ingat beberapa kejadian di masa lalu.

"Non kenapa?" tanya Astrid panik saat melihat Reina memukul kepalanya.

"Ngga papa Bi, aku cuma sedikit pusing. Ada apa Bi?"

Astrid ingin membuka suara, tapi ia urungkan saat melihat sebuah gaun indah tergeletak di kasur tipis milik majikannya.

Kasur Reina terlihat sangat menyedihkan, bahkan dirinya yang hanya seorang pelayan saja memiliki kasur yang lebih layak dari majikannya itu.

Semua memang atas perintah Meike yang katanya ingin mendisiplinkan majikan mudanya itu.

Ingin sekali Astrid meminta Reina untuk pergi dari rumah itu. Dia benar-benar tak tega dengan keadaan Reina yang dibuang oleh keluarganya.

"Ternyata Non sudah punya gaun. Bibi kira, Non kebingungan tadi karena belum punya gaun," jelasnya.

"Gaun?" beo Reina dengan mata berbinar.

Meski kejadian ini tak Reina ingat apa pernah ada di masa depannya. Setidaknya ia bersyukur tak harus mempermalukan diri dengan menggunakan gaun yang di berikan oleh Elyana.

Reina mengambil gaun yang di bawa oleh Astrid. Matanya berbinar, gaun putih itu sederhana tapi tetap terlihat elegan.

Tak terasa air mata menggenang di pelupuk matanya. Ia tahun gaun siapa yang di bawa oleh Astrid.

"Ini milik ibu," lirihnya.

"Iya Non, ada beberapa barang milik nyonya di rumah saya. Maaf saya tak bisa menyelamatkan semua saat kejadian itu," sesal Astrid.

Reina mengingat samar kejadian saat ibu tirinya baru datang ke rumahnya.

Dengan keangkuhan dan juga persetujuan dari ayahnya, wanita licik itu meminta agar semua barang peninggalan ibunya disingkirkan.

Meike berdalih jika masih menyimpan barang seorang yang telah tiada hanya akan membuat suram suasana rumah.

Dan ajaibnya ayahnya setuju, seolah semua cinta itu telah menguap dan tergantikan oleh Meike.

Reina tahu sang ayah sempat sendiri cukup lama sebelum akhirnya menikah dengan Meike setahun lalu.

Namun apa harus setergila-gila itu sampai dia merelakan semua barang mendiang ibunya di musnahkan.

"Non bisa ke sana untuk melihatnya. Meski tak banyak setidaknya bisa melepaskan kerinduan Nona."

Reina tersenyum tak lupa ia mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Dan ini—" Astrid kembali memberikan sesuatu ke tangannya.

Reina tercekat, itu adalah sejumlah uang milik pelayannya.

"Apa ini Bi?"

Astrid terkekeh, "apa non mau datang ke pesta tanpa berias? Datanglah ke salon. Maaf bibi hanya bisa memberikan segitu. Tapi Non tenang saja. Datanglah ke salon ini, di sana uang ini cukup untuk biaya riasnya. Riasan di sana juga bagus."

"Bi, aku ngga tahu lagi bagaimana harus berterima kasih. Terima kasih karena selalu berada di sisiku Bi."

Reina memeluk sang pelayan dengan haru. Astrid segera berlalu dari sana sebelum pelayan lain melaporkan tindakannya pada Meike.

Reina lantas berlalu dari rumah menuju alamat yang Astrid katakan.

Di depan gerbang, dia sedikit menyingkir saat mendengar suara klakson di belakangnya. Mobil milik kakak pertama serta keduanya berlalu dari sana.

Di susul mobil Elyana, sungguh menyedihkan ia yang darah daging keluarga Angkasa justru harus berjalan kaki menuju jalan utama.

"Non sepedanya sudah saya perbaiki, Non bisa menggunakannya sekarang," ucap Tama, penjaga keamanan sekaligus suami dari Astrid.

Ah Reina juga lupa jika ia memang di berikan kendaraan oleh sang ayah, yaitu sebuah sepeda.

Reina tak mengeluh, dia kembali ke dalam dan mengambil sepedanya.

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!