"Neng, mau ya nikah sama anaknya Pak Atmadja.? Bapak sudah terlanjur janji mau jodohkan kamu sama Erik."
Tatapan memelas Pak Abdul tak mampu membuat Bulan menolak, gadis 25 tahun itu tak tega melihat gurat penuh harap dari wajah pria baruh baya yang mulai keriput.
Bulan mengangguk lemah, dia terpaksa.
Jaman sudah modern, tapi masih saja ada orang tua yang berfikiran menjodohkan anak mereka.
Yang berpacaran lama saja bisa cerai di tengah jalan, apa lagi dengan Bulan dan Erik yang tak saling kenal sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Erik menatap Bulan tanpa kedip. Seolah sayang untuk melewatkan wajah cantik nan teduh milik Bulan jika mengedipkan mata. Bulan secantik itu, sama seperti namanya. Kemana saja Erik selama ini? Bisa-bisanya wajah cantik bak bidadari milik Bulan kalah dengan wanita ondel-ondel seperti Celine. Bulan bukan hanya cantik parasnya, tapi juga hatinya. Erik saja yang naif, atau mungkin terlalu bodoh menjadi budak cinta selama bersama Celine. Hingga lupa ada wanita disampingnya yang lebih sempurna.
Berawal dari di rawat oleh Bulan ketika sakit saat pulang ke Bandung, Erik mulai merasakan ada benih-benih yang tumbuh di hatinya. Bukan benih tumbuhan pastinya. Namun proses tumbuhnya benih-benih itu tidak mulus, hatinya masih berat pada Celine. Setiap kali Celine merajuk dan bersikap manja, hal mampu membunuh beberapa benih yang bahkan belum tumbuh sempurna. Erik kembali luluh. Dalam arti lain, Celine selalu berhasil menarik seluruh perhatian dan perasannya. Erika dihadapkan mencintai 2 wanita sekaligus.
Cinta memang bisa membuat pemiliknya seperti orang bodoh. Tidak peduli sejenius apa orang itu dalam bidangnya. Sampai-sampai keburukan Celine pun tidak pernah terlihat meski seujung kuku.
Hingga 1 bulan yang lalu tepatnya, Erik memutuskan memantapkan hati dengan pilihannya. Tentu setelah dia memikirkannya matang-matang.
Menjalani 2 hubungan dengan status yang berbeda, tak ubahnya membuat Erik kewalahan sendiri dan kehilangan jati dirinya. Dia bukan pria yang suka mempermainkan perasaan wanita sebelum ini, namun keadaan yang memaksa. Begitu sadar, Erik memutuskan hubungannya dengan Celine tanpa ragu.
Dia sadar mengakhiri pernikahan dengan Bulan tidak mudah, begitu pun jika dia harus mempertahankan Celine. Erik tidak yakin dia bisa menikahi Celine sekalipun sudah berpisah dengan Bulan. Jadi melepaskan Celine dan mempertahankan Bulan di sisinya adalah keputusan paling tepat.
Erik meninggalkan Celine bukan karna sudah mengetahui kehamilan Celine, justru setelah memutuskan Celine, kehamilan itu baru terungkap. Tepatnya 1 hari setelah dia mengakhiri hubungan dengan Celine. Dan kehamilan Celine sudah berusia 7 minggu. Demi apapun, sekalipun Erik tidak pernah menyentuh Celine sampai sejauh itu. Pikirannya masih waras untuk berbuat macam-macam, terlebih dia juga memiliki adik perempuan.
"Tutup mulutnya Mas. Liatin apa sampai hampir ngiler begitu." Teguran Bulan sukses membuat Erik menutup rapat mulutnya. Tenang, lembut, tapi ucapannya cukup pedas. Namun tidak membuat Erik tersinggung, dia malah berlagak seperti orang linglung.
Bulan duduk di tepi ranjang dan membawa makanan di tangannya, berniat menyuapi Erik lantaran tangan Kanan Erik yang terluka.
"Kamu tidak bilang sama Mama kan soal ini?" Tanya Erik.
Bulan menggeleng. "Kasihan Mama nanti jadi khawatir." Jawabnya sembari menyodorkan makanan ke mulut Erik.
Tidak mau menyia-nyiakan momen langka ini, Erik dengan senang hati menerima suapan dari Bulan. Diam-diam dia menatap lekat wajah Bulan saat membuka mulutnya.
"Eh?" Erik terkejut melihat Bulan juga ikut makan menggunakan sendok yang sama. Bukannya selama ini Bulan kesal padanya? Beberapa kali malah selalu menghindari kontak fisik, sekarang malah terang-terangan makan dengan sendok dna makanan yang sama.
Bulan sadar apa yang membuat Erik terkejut. Sebenarnya dia juga terpaksa menggunakan sendok yang sama dengan Erik, tapi mau bagaimana lagi. Dia minta pada suster agar di bawakan sendok, malah hanya diberi satu.
"Kenapa? Jangan bilang Mas Erik punya penyakit menular?!" Seloroh Bulan asal.
"Astaghfirullah Bulan, kamu nyumpahin aku?" Protes Erik, bibirnya sedikit mencebik.
Sementara itu, Bulan mengatup kan bibirnya agar tidak tersenyum. Bagaimana tidak, pasalnya ini kali pertama dia mendengar Erik mengucapkan istighfar. Entah ketempelan jin apa, Bulan juga bingung.
Bulan mengangkat kedua bahunya. "Ya siapa yang tau, makanya aku tanya." Bulan setenang itu, sedangkan Erik tampak menghela nafas.
Satu menu makanan habis berdua dalam waktu singkat. Bulan mengambil makanan miliknya dan dimakan bersama lagi dengan Erik. Interaksi mereka jika dilihat orang mungkin akan dianggap romantis. Sayangnya Bulan biasa saja. Meski Erik luar biasa senangnya. Kapan lagi disuapi Bulan kalau tidak sakit. Bonus bisa memandangi wajah Bulan dari dekat.
Bulan menyodorkan minum dan obat setelah selesai menghabiskan makan malam. Erik menerimanya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya tidak bergerak sama sekali sejak tadi. Entah karna memang sakit di gerakkan atau apa, Bulan sebenarnya penasaran tapi malas bertanya.
"Bulan,,?" Panggilan lembut itu membuat Bulan yang sedang merapikan bungkus makanan seketika menoleh. Dilihatnya Erik sudah turun dari ranjang dengan tangan kiri memegang botol infus.
"Mau kemana?"
"Ke kamar mandi." Erik menjawab sembari melangkah ke arah kamar mandi, tapi sebelum itu dia harus melewati Bulan karna kamar mandinya ada di pojok ruangan.
"Oh,, kirain mau kemana." Bulan hanya mengangguk angguk. "Loh,, kok malah berdiri di sini?" Dia heran melihat Erik berhenti di sebelahnya, alih-alih masuk ke kamar mandi.
"Tangan kanannya sakit." Ujar Erik.
"Terus?" Bulan dengan wajah polosnya bertanya, keningnya sampai berkerut-kerut karna bingung. Entah apa maksud Erik memberitahu jika tangannya sakit.
"Aku mau kencing Bulan, bantu bukain celananya." Segampang itu Erik menyuruh Bulan membukakan celananya. Sedangkan selama ini bersentuhan tangan dengan Erik saja Bulan malas, sekarang malah di minta membukakan celananya. Erik ini apa masih punya pikiran. Bulan menggerutu dalam hati.
"Mas Erik yang benar saja, aku tidak mau." Bulan memasang wajah cemberut, lalu memalingkan wajah untuk menyembunyikan rasa malu yang tiba-tiba muncul lantaran membayangkan harus membukakan celana Erik.
"Kamu yang akan repot kalau menolak. Bayangkan aku mengompol karna kesulitan buka celana? Kamu bukan hanya membukakan celana, tapi membersihkan dan menggantikan celanaku juga." Ujar Erik yang terdengar seperti menakut-nakuti Bulan.
Perkataan Erik membuat Bulan berfikir sejenak. Belum apa-apa, mukanya sudah memerah. Kalau sampai Erik benar-benar mengompol, maka akan jadi petaka untuknya.
"Iya, iya, aku bantuin! Ayo cepetan ke kamar mandi." Bulan mengomel. Setengah terpaksa membantu Erik, sampai dia berjalan lebih dulu ke kamar mandi dan berdiri di depan pintu. Sedangkan Erik jalan dengan santainya.
"Harus ikhlas merawat suami. Aku seperti ini juga karna,,," Seketika Erik menghentikan ucapannya dan tidak berniat melanjutkan karna dia kelepasan. Erik tidak akan terang-terangan mengatakan pada Bulan kalau luka di lengannya karna ingin melindungi Bulan. Biarkan dia saja yang tau.
Sayangnya tidak ada gunanya Erik menutupi fakta itu dari Bulan. Rekaman cctv di restoran itu yang membuat Bulan tau jika Erik bermaksud melindunginya.
"Ikhlas sih ikhlas, tapi tidak membukakan celana juga Mas." Tetap saja Bulan menggerutu, walaupun dia berencana akan merawat Erik sampai sembuh karna merasa bersalah.
"Hitung-hitung latihan, Bulan." Lirih Erik sembari masuk ke dalam kamar mandi.
Sangat pelan, tapi Bulan masih bisa mendengarnya. "Ngomong apa tadi?"
"Aku sayang kamu. Memangnya kurang jelas ya?" Sahut Erik sembari tersenyum tanpa dosa dan berakhir tinjuan pelan di perutnya.
"Makan tuh sayang."
Erik terkekeh pelan. "Kok muka kamu merah?" Ledeknya.
"Mas Erik, diem! Kalau masih bicara, buka sendiri saja celananya!" Ancaman Bulan sukses membuat Erik bungkam. Jangan sampai dia kehilangan momen berharga ini, pikirnya.
bisa"nya dulu cuek sma Bulan skrg sebaliknya ga bsa klirik cwo lain 😁