POV Devan
Mimpi apa aku semalam, mendapatkan sekretaris yang kelakuannya di luar prediksi BMKG.
"MAS DEVAAAAAAANNN!!!" Teriakan kencang Freya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.
"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?"
Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.
"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.
"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.
"Jangan macam-macam denganku, atau...."
"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"
"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"
Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan = Penghalang
"Bang, acara gathering besok, Bang Farhan datang ngga?" tanya Ganjar pada Devan.
"Datang. Dia diundang khusus oleh bos besar," jawab Devan.
"Wah kayanya bakal naik jabatan nih," lanjut Ega.
"Wajar aja. Kinerja Farhan emang bagus."
"Frey.. besok kamu datang ka ke acara gathering?"
"In Syaa Allah."
"Jam setengah tujuh harus sudah siap!"
"Oke bos."
Acara makan terus berlangsung sambil diselingi perbincangan. Selesai makan, Ganjar membantu Freya membersihkan peralatan makan kotor yang tadi digunakan. Begitu selesai, ketiganya segera meninggalkan unit apartemen Freya.
Baru saja mereka sampai di depan lift, pintu kotak besi tersebut terbuka. Mina yang baru sampai, keluar dari dalamnya. Gadis itu terbengong melihat Devan, Ega dan Ganjar berdiri di depan lift. Tanpa mengatakan apapun, Devan segera masuk ke dalam lift diikuti oleh Ega dan Ganjar. Mina menatap pintu lift yang sudah menutup.
"Pasti mereka habis nengok Frey sambil makan malam. Kira-kira Frey sisain makanan buat aku ngga ya, laper banget," batin Mina seraya mengusap perutnya. Gadis itu bergegas menuju unit Freya.
***
Keramaian sudah mulai terasa di ballroom Four Season Hotel. Acara Employee Gathering Kharisma Group adalah agenda rutin yang selalu diadakan setiap satu tahun sekali. Acara ini dimaksudkan untuk menjalin ikatan yang lebih kuat di antara semua karyawan. Para karyawan diperkenankan membawa keluarganya pada acara kali ini.
Semua karyawan kantor pusat Kharisma Group tentu saja hadir di acara ini. Selain sebagai ajang silaturahmi, acara ini kadang digunakan sebagai ajang pendekatan bagi pegawai yang ingin naik jabatan. Atau ada juga yang memperkenalkan sanak saudara dengan harapan mereka bisa bergabung di perusahaan besar ini. Selain ajang silaturahmi, pada kesempatan ini juga, perusahaan akan memberikan penghargaan pada karyawan terbaik. Perusahaan akan memilih sepuluh karyawan terbaik dan mendapatkan bonus yang cukup besar. Yang paling terbaik akan mendapatkan kesempatan umroh gratis bagi yang beragama Islam. Jika pemenang bukan seorang muslim, akan diberi uang senilai harga umroh.
Devan dan Freya sudah datang sejak dua puluh menit lalu. Untung saja Winie sudah membelikan dress untuk Freya, hingga gadis itu tidak sampai kebingungan akan mengenakan apa. Penampilan Freya semakin cantik dengan wajahnya yang dipoles dengan make up tipis. Mina membantu sepupunya itu berdandan dan hasilnya membuat Freya semakin cantik. Ega dan Ganjar pun sampai memuji penampilan Freya yang berbeda dari biasanya. Hanya Devan saja yang tidak mengeluarkan komentar apapun.
"Frey. Kamu cantik banget. Kamu ke salon dulu tadi?" puji Ega.
"Alhamdulillah. Ngga Pak, mana sempat saya ke salon. Kan waktu saya limited edition," Freya melirik pada Devan untuk menyindir pria itu. Namun Devan terlihat tidak peduli.
"Ngga usah ke salon. Buktinya dandan sendiri udah cetar kaya gini," sambung Ganjar.
"Ini Mina yang dandanin. Aku mana bisa dandan, hehehe.."
"Wah ada gunanya juga tuh kutu kupret."
"Hahaha... Bapak ada-ada aja."
Dari arah pintu masuk, muncul seorang pria tampan. Di sebelahnya berdiri wanita cantik mengenakan gamis dan hijab. Tangan sang pria memeluk erat pinggang wanita itu. Mereka adalah Farhan dan Dita. Farhan diundang khusus oleh Rafael untuk datang ke acara ini. Sambil terus memeluk Dita, Farhan berjalan mendekati Rafael. Melihat kedatangan Farhan dan Dita, Devan meninggalkan tempatnya dan berjalan mendekati sang ayah.
"Farhan..." sambut Rafael senang. Pria itu memeluk karyawan terbaiknya ini. Berkat Farhan, sekarang Bandung Trade Mall kembali menjadi pusat perbelanjaan nomor satu di Bandung.
"Apa kabar Pak Rafael?"
"Alhamdulillah baik. Bagaimana kabarmu, Dita?"
"Alhamdulillah baik juga, Pak."
"Anak kalian tidak diajak?"
"Dititip di rumah Bang Fadil."
"Ayo duduk. Ada yang mau saya bicarakan denganmu."
Farhan menarik sebuah kursi untuk Dita lalu membantu istrinya untuk duduk. Bersamaan dengan itu, Devan sampai ke dekat mereka. Untuk sesaat pria itu memandangi wanita yang pernah menghuni hatinya. Melihat Dita yang terlihat bahagia membuat Devan merasa bahagia juga. Sepertinya Farhan melimpahi cinta yang begitu besar pada mantan wanita pujaannya.
"Devan, ayo sini duduk."
Ucapan Rafael membuyarkan lamunan Devan. Pria itu segera menarik kursi di samping Farhan. Kedua pria itu kemudian bersalaman. Hubungan Devan dan Farhan memang semakin dekat pasca Devan melepaskan dengan ikhlas Dita kembali pada mantan suaminya. Farhan juga banyak mengajarinya ilmu agama sebelum pria itu kembali ke Jakarta.
"Gimana kabarnya, Bang?"
"Alhamdulillah baik. Mana ponakanku?"
"Di rumah Bang Fadil."
"Kamu agak gemukan sekarang Dit," Devan melihat pada Dita yang pipinya bertambah chubby.
"Lagi isi, Bang. Hehehe.." jawab Farhan sambil terkekeh.
"Abang sendiri kapan menikah?" celetuk Dita.
"Kamu nanya itu sama aja nanya kapan di Jakarta turun salju. Tante dan Om udah sering nanya ke dia, tapi ngga pernah dijawab. Coba kalian yang carikan calon buat Devan," jawab Anne.
"Mungkin jodohnya sudah ada, Tan. Cuma masih disembunyikan," jawab Farhan sambil mengulum senyum. Pria itu sudah tahu soal Freya, sekretaris Devan yang sering membuat pria itu naik darah. Tentu saja berita tersebut diketahui Farhan dari Ega. Tak salah memang kalau Devan menyebutnya ember bocor.
"Sebenarnya tujuan saya memanggilmu ke sini untuk menyerahkan tugas penting," ujar Rafael mengubah topik pembicaraan.
"Tugas apa, Pak?"
"Kamu tahu kalau kami baru saja mengakuisisi salah satu mall yang ada di Kabupaten Bandung. Manajemen mall tersebut akan menjadi satu dengan Bandung Trade Mall. Saya mau kamu yang bertanggung jawab untuk dua mall itu."
"Maksud Bapak apa?"
"Sepeninggal Devan, tidak ada lagi jabatan direktur di Bandung Trade Mall. Dan selama ini hanya ada dewan pengawas saja yang dijabat Pak Ruslan. Pak Ruslan akan ditarik lagi ke kantor pusat dan jabatan dewan pengawas akan diganti menjadi Direktur Operasional. Saya mau kamu yang menempati posisi itu."
"Saya, Pak?"
Sungguh Farhan tidak menyangka akan mendapat jabatan dan tugas yang begitu penting dari CEO kharisma Group tersebut. Di usianya yang belum genap 30 tahun, Farhan sudah berhasil menduduki jabatan penting.
"Tapi saya takut belum mampu menjalankannya."
"Saya memilihmu karena yakin kamu pasti bisa. Saya percayakan tugas itu padamu. Surat pengangkatanmu akan keluar lusa."
"Kalau kamu butuh bantuan, kamu jangan sungkan bertanya padaku," sambung Devan.
"Terima kasih, Pak. Terima kasih atas kepercayaannya. Saya akan bekerja sekuat tenaga untuk menjawab kepercayaan yang sudah Bapak berikan."
Setelah membicarakan masalah penting dengan Farhan , Rafael meninggalkan meja tersebut. Bersama dengan Anne, dia bermaksud menyapa pegawai lain. Sepeninggal Rafael dan Anne, pembicaraan santai antara Devan, Farhan dan Dita terus berlanjut. Sesekali terdengar tawa mereka ketika Farhan meminta Devan menceritakan soal sekretaris antiknya.
"Bukan sekretaris antik, tapi sekretaris meresahkan," jawab Devan menanggapi ucapan Farhan yang menyebut Freya sebagai sekretaris antik.
"Meresahkan gimana, Bang? Bikin ngga bisa tidur gitu?" Dita ikutan menggoda.
"Meresahkan, kalau ngga ketemu sehari bikin kangen," sahut Farhan.
Gelak tawa Farhan dan Dita langsung terdengar. Senang sekali mereka menggoda Devan yang terlihat mati kutu. Apa yang terjadi pada mereka menjadi perhatian Freya yang saat ini masih bersama Ega dan Ganjar. Tak lama kemudian Ganjar meninggalkan mereka berdua ketika dipanggil oleh atasannya. Sementara Gavin harus menahan diri untuk menemui Freya. Pria itu harus menahan kekesalannya karena terus ditempeli oleh Mina.
"Itu yang ngobrol sama Pak Devan siapa, Pak?" tanya Freya kepo.
"Yang laki-laki Farhan. Dia pegawai terbaik Kharisma Group. Yang perempuan itu istrinya, Dita namanya. Dulu juga dia kerja di Bandung Trade Mall bareng Farhan. Tapi setelah mereka rujuk dan Dita melahirkan, dia resign."
"Rujuk? Maksudnya mereka dulu pacaran gitu?"
"Bukan pacaran lagi, tapi udah pernah nikah. Dan Dita itu perempuan yang udah buat Bos berubah."
Ega kemudian menceritakan secara singkat hubungan Devan dengan Dita dan Farhan. Ketertarikan Devan dimulai ketika dia ditugaskan ke Batam untuk meninjau pusat perbelanjaan di bawah naungan Kharisma Group. Di sanalah dia bertemu Dita dan jatuh hati. Pria itu memboyong Dita ke Bandung untuk menjadi pegawai di Bandung Trade Mall. Kala itu dia diberi kepercayaan sang ayah menjadi direktur di sana. Devan juga mengajak Farhan kembali ke Bandung Trade Mall untuk membantunya.
Tanpa Devan sadari, pria itu mempertemukan sepasang suami istri yang sudah berpisah selama empat tahun lamanya. Di tengah upayanya mengejar Dita, pria itu akhirnya tahu kalau Farhan dan Dita pernah menikah. Mereka menikah di usia muda, bahkan Dita masih menyelesaikan kuliahnya kala itu. Namun karena usia yang masih muda, keegoisan di antara mereka masih tinggi. Perselisihan dan kesalahpahaman kerap terjadi. Puncaknya ketika Dita keguguran dan Farhan tidak berada di sampingnya karena harus menolong Kakak angkatnya yang terkena KDRT. Kesalahpahaman semakin besar dan akhirnya Farhan menjatuhkan talak atas keinginan ayah mertuanya.
Empat tahun berpisah tak membuat cinta mereka meredup. Ketika kembali bertemu, mereka sadar kalau masih saling mencintai dan berusaha untuk kembali bersama. Usaha mereka rujuk mendapat tentangan dari kedua orang tua. Selain itu, ada pihak ketiga yang hadir di tengah-tengah mereka dan orang itu adalah Devan. Walau Dita tak mencintainya, namun Devan tetap berusaha mendapatkan wanita itu, bahkan mereka sempat hampir bertunangan. Namun akhirnya Devan sadar dan melepaskan Dita kembali pada pria yang dicintainya.
"Wah udah kaya film aja kisah mereka," ujar Freya setelah mendengar cerita Ega.
"Ya gitu deh."
"Tapi kalau aku jadi Mbak Dita, ngga bakalan aku balik ke mantan. Mantan itu buang aja ke tempatnya. Apalagi Pak Devan ganteng, berasal dari keluarga berada, karir sukses. Apalagi coba?"
"Tapi Farhan punya kelebihan yang ngga dimiliki Bos waktu itu."
"Apa?"
"Ilmu agama. Farhan itu tipe cowok Soleh. Selama empat tahun jadi duda, dia ngga pernah macam-macam dan hanya fokus berkarir saja. Wajar aja kalau Dita masih cinta sama mantannya. Lagi pula mereka cerai bukan karena orang ketiga, tapi karena salah paham aja sih."
"Bukannya Pak Devan juga rajin ibadah?"
"Itu sekarang. Tapi waktu ketemu Dita, kita kan baru balik dari New York. Tahu sendiri gimana pergaulan di sana. Setelah bertemu Dita, Bos memutuskan belajar agama. Awalnya cuma buat dapetin Dita aja, tapi lama-lama dia sadar dan belajar dengan sungguh-sungguh, termasuk saya dan Ganjar yang jadi guru kita. Kebayang dong gimana susahnya Ganjar ngajarin kita. Mana belajar dari dasar, cara wudhu, hafalin gerakan dan bacaan shalat. Kita juga belajar ngaji dari iqro. Tapi itu pengalaman luar biasa."
Ega mengenang masa di saat dia dan Devan baru belajar ilmu agama. Gaya Ganjar yang santai ketika mengajari mereka. Terkadang terjadi perdebatan karena Ganjar sering menganggap kedua muridnya ini seperti anak SD, padahal usia Ganjar jauh di bawah mereka. Setelah mereka serius belajar agama, Farhan akhirnya ikut mengajari mereka juga hingga akhirnya mereka menjadi seperti sekarang.
Freya cukup terkejut mendengar kisah Devan di masa lalu. Namun gadis itu salut pada atasannya yang tidak malu belajar ilmu agama walau usianya sudah tidak muda lagi. Bahkan sekarang pria itu Istiqomah mengamalkan ilmu agama yang dipelajarinya.
Ketika Freya dan Ega masih berbincang, Gavin melintas di dekat mereka. Pria itu sengaja mendekati Freya setelah berhasil melepaskan diri dari tempelan Mina. Gavin berdiri tak jauh dari Freya dan matanya terus memandangi wajah mantan kekasihnya yang sangat cantik malam ini. Dilihat secara intens oleh Gavin, membuat Freya menjadi jengah dan hal tersebut tertangkap oleh Ega.
"Si Gavin ngelihatin kamu terus. Jangan-jangan dia naksir kamu," celetuk Ega.
"Bapak kenal Gavin?"
"Ya kenal lah. Kan dia pegawai di Bandung Trade Mall. Ngga mungkin saya ngga kenal. Dia direkomendasiin Farhan ambil beasiswa S2 di sini. Dan selama kuliah, dia kerja di kantor pusat. Kamu kenal Gavin?"
"Pengennya sih ngga kenal, tapi emang kenal sih."
"Kenal di mana?"
"Di Bandung. Dia itu mantan saya, Pak. Yang selingkuh sama Mina."
"Ya ampun Bos. Kenapa kisah cintamu selalu terhalang mantan," gumam Ega pelan.
"Apa Pak?"
"Mantan kamu ganteng juga. Mau balikan lagi ngga?"
"Dih males banget. Percuma ganteng kalau ngga setia. Mending buang ke laut aja."
"Hahaha.. benar itu. Daripada balikan sama mantan, mending kamu lihat kanan, kiri, depan, belakang. Siapa tahu jodoh kamu ada di dekat kamu."
"Ah saya mah belum kepikiran nikah."
"Belum kepikiran karena belum ada calonnya. Kalau udah ada, mau kan? Lagian emang kamu ngga nyadar kalau ada laki-laki yang perhatian sama kamu?"
"Siapa?"
"Ada deh. Cari tahu aja sendiri."
Setelah mengatakan itu, Ega segera meninggalkan Freya. Pria itu bermaksud menyapa Farhan dan Dita. Selain itu dia juga memberikan kesempatan pada Gavin agar bisa mendekati Freya. Ega ingin melihat bagaimana reaksi Devan. Benar saja, tak lama Ega pergi, Gavin langsung mendekati Freya.
"Farhan, Dita, apa kabar?" sapa Ega.
"Alhamdulillah baik. Abang juga baik?"
"Alhamdulillah."
"Kapan nikah?"
"Nanti nunggu si Bos nikah dulu. Aku ngga tenang kalau dia belum nikah."
"Ck.. alasan. Bilang aja ngga laku," celetuk Devan yang langsung disambut tawa Farhan dan Dita.
Ega tak memperdulikan perkataan Devan. Dia sudah kebal mendengar ucapan atasannya itu. Sekarang pria itu tengah menantikan saat di mana Devan melihat Gavin dan Freya.
"Eh sekretaris Abang yang mana?"
Pucuk dicita, ulam pun tiba. Pertanyaan Farhan membuat Ega mempunyai peluang untuk memperlihatkan Freya yang sedang didekati Gavin.
"Tuh yang duduk di meja sana. Yang pake dress putih," tangan Ega menunjuk pada Freya.
Sontak semuanya melihat ke atas Freya tak terkecuali Devan. Ternyata gadis itu tidak sendiri, melainkan sedang bersama Gavin. Devan menatap tak suka melihat Gavin yang terlihat berusaha mendekati Freya.
"Itu Gavin kan? Udah kenal aja sama sekretaris Abang. Padahal belum lama gabung di kantor pusat."
"Ketemu di kantor pusat emang baru. Tapi aslinya mereka sudah saling kenal sejak lama," jawab Ega bersiap mencipratkan bensin.
"Oh udah saling kenal. Teman kuliah atau tetangga rumah?" tanya Farhan lagi.
"Mantan pacar."
***
Haiya.. Panas ngga Devan?
Devan perhatian sama Freya tahu ultahnya semoga berjodoh ya...
apa saran Ega akan di jalani Devan ???? Bagaimana nanti Devan cara mengajak menikah Freya ya...???
Ngikut Bunda aja ahc. EndingNya pasti Happy
Devan panas nih melihat Gavin bersana Freya