NovelToon NovelToon
Alena: My Beloved Vampire

Alena: My Beloved Vampire

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa Fantasi / Vampir / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Syafar JJY

Alena: My Beloved Vampire

Sejak seratus tahun yang lalu, dunia percaya bahwa vampir telah punah. Sejarah dan kejayaan mereka terkubur bersama legenda kelam tentang perang besar yang melibatkan manusia, vampir, dan Lycan yang terjadi 200 tahun yang lalu.

Di sebuah gua di dalam hutan, Alberd tak sengaja membuka segel yang membangunkan Alena, vampir murni terakhir yang telah tertidur selama satu abad. Alena yang membawa kenangan masa lalu kelam akan kehancuran seluruh keluarganya meyakini bahwa Alberd adalah seseorang yang akan merubah takdir, lalu perlahan menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka.
Namun, bayang-bayang bahaya mulai mendekat. Sisa-sisa organisasi pemburu vampir yang dulu berjaya kini kembali menunjukan dirinya, mengincar Alena sebagai simbol terakhir dari ras yang mereka ingin musnahkan.
Dapatkah mereka bertahan melawan kegelapan dan bahaya yang mengancam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafar JJY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Hukuman Kecil

Chapter 52: Nina yang Berbeda

Sore itu, di depan gerbang universitas...

Langit mulai meredup, menandakan sore telah tiba. Mahasiswa mulai berhamburan keluar dari gerbang, beberapa dijemput keluarga, sementara yang lain berjalan santai menuju halte atau parkiran.

Di antara mereka, Nina berdiri seorang diri di tepi trotoar, mengenakan seragam universitasnya yang rapi. Tangan mungilnya menggenggam tali tas, sementara tatapan matanya sesekali melirik ke jalanan yang ramai.

"Jam tambahan ini cukup merepotkan..." gumamnya dalam hati.

"Biasanya aku pulang bersama kak Alberd, atau dijemput ayah. Tapi aku tak boleh terus bersikap manja."

Langkah dua gadis menghampirinya, suara mereka terdengar ceria.

"Hai, Nina! Kamu menunggu jemputan?"

Nina menoleh dan tersenyum.

"Hai, Salsa, Vina... Tidak, aku sedang menunggu taksi."

Salsa menatap Nina penuh minat.

"Oh, kalau begitu, mau ikut kami makan? Ada restoran baru yang ingin kucoba!"

Nina menggeleng kecil.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku ada keperluan di butik ibu."

"Ah, sayang sekali... Ya sudah, lain kali kita makan bareng, ya!" Salsa melambaikan tangan, diikuti Vina.

"Sampai jumpa besok, Nina!"

Nina tersenyum tipis seraya membalas lambaian mereka.

Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depannya. Ia masuk dan menyebutkan alamat butik ibunya.

Di butik keluarga Reinhard...

Nina melangkah keluar dari taksi, kemudian menatap butik ibunya yang masih terang oleh lampu-lampu dalam etalase. Seorang pegawai wanita segera menyambutnya di pintu masuk.

"Selamat datang, Nona Nina," sapanya ramah.

Nina membalas dengan senyum lembut. "Terima kasih. Apakah ibu masih di dalam?"

"Nyonya sudah pulang satu jam yang lalu."

"Baik, aku mengerti."

Tanpa ragu, Nina melangkah masuk, sementara pegawai itu berjalan di sampingnya, mulai membahas urusan butik. Mereka berdiskusi soal stok, distribusi, hingga model pakaian yang sedang tren.

Waktu berlalu, dan malam pun tiba.

Di jalanan kota...

Lampu-lampu neon bersinar terang, menerangi trotoar yang dipenuhi orang berlalu-lalang. Kendaraan melaju cepat, klakson sesekali berbunyi, menciptakan simfoni khas kota besar.

Nina keluar dari butik dengan senyum tipis di bibirnya, meskipun wajahnya sedikit lelah.

"Hari ini Kak Alberd pindah... Mulai sekarang kami akan tinggal bersama." pikirnya penuh semangat.

Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat jam.

"Hmph, Kak Alena suka sekali es krim... Kalau aku membelikannya sebagai hadiah selamat datang, dia pasti senang!" gumamnya sambil terkekeh kecil.

Dengan langkah ringan, Nina berjalan menuju toko es krim. Ia memilih beberapa rasa favorit Alena dan membayarnya.

Namun, saat keluar dari toko, langkahnya terhenti.

Seorang pria mabuk berdiri di trotoar menghadangnya, tubuhnya sedikit terhuyung. Matanya liar dan bibirnya menyeringai saat melihat Nina.

"Heeii... cantik... Mau ke mana?" ucap pria itu dengan suara berat dan bau alkohol menyengat.

Nina mengerutkan kening dan menutup hidungnya dengan ekspresi jijik.

"Dari mana datangnya sampah ini?" pikirnya sinis.

Pria itu tersenyum semakin lebar, lalu melangkah mendekat.

"Kau jual mahal? Ayolah, ikut aku... Aku akan membawamu ke surga..." bisiknya dengan suara serak, lalu tiba-tiba meraih pergelangan tangan Nina.

Seketika, tatapan Nina berubah dingin.

"Lepaskan, bajingan!" bentaknya, langsung menarik tangannya dengan kasar.

Ia dengan tenang meletakkan kantong es krimnya di atas kursi trotoar, lalu menatap pria itu dengan tajam.

"Aku tak punya waktu meladenimu. Es krimku bisa mencair," ucapnya dengan nada mengejek.

"Bagaimana kalau kita selesaikan ini di sana?"

Nina menganggukkan dagunya ke arah sebuah gang gelap.

Pria itu menoleh ke belakang, lalu menyeringai.

"Hehe... Baiklah, manis. Aku sudah tak sabar..."

Nina kemudian berjalan masuk ke dalam gang, dengan pria itu mengikutinya di belakang, napasnya terdengar berat oleh nafsu.

Begitu tiba di tengah gang yang remang-remang, Nina berhenti melangkah.

Pria itu tertawa kecil sebelum membuka lengannya, siap memeluknya.

"Hehe, sayang, aku datang.."

Nina memutar tubuhnya, lalu..

DUAGH!

Sebuah tendangan keras menghantam dada pria itu, membuatnya terpelanting ke belakang dan jatuh tersungkur di tanah yang kotor.

Pria itu terbatuk, matanya melebar tak percaya.

"K-Kau...! Dasar jalang!" geramnya seraya bangkit.

Tangannya bergerak cepat, menghunus pisau lipat dari sakunya dan mengayunkannya ke arah Nina.

Namun, dalam satu gerakan cepat, Nina meraih pergelangan tangannya, lalu memutarnya dengan kuat.

KRAK!

Tulang pria itu berdecit keras sebelum tubuhnya terbanting ke tanah dengan kasar.

"AARRGHHH!" teriaknya.

Nina menyeringai, lalu menginjak perut pria itu dengan keras.

"Bagaimana rasanya? Mau lagi?" tanyanya santai, namun matanya berkilat berbahaya.

"A-Ampun... S-Sudah cukup...! Aku tak akan mengganggumu lagi!" rintih pria itu.

Nina akhirnya menghentikan serangannya. Pria itu merangkak menjauh, lalu dengan sisa tenaganya, ia bangkit dan lari terbirit-birit.

Nina hanya tertawa kecil, kedua tangannya bertumpu di pinggangnya.

"Hah, payah."

Namun, tawanya terhenti saat ia teringat sesuatu.

"Oh, ya! Es krimku!" serunya, buru-buru kembali ke trotoar.

Namun, dari sudut gang, seekor kelelawar tampak menggantung diam di dinding gedung. Matanya mengamati Nina dengan tajam sebelum akhirnya terbang pergi ke kegelapan malam.

Di rumah keluarga Reinhard...

Alena duduk di balkon bersama Alberd, menikmati angin malam yang sejuk.

Tiba-tiba, Alena tersenyum sendiri, lalu terkekeh kecil.

Alberd, yang sejak tadi memperhatikannya, mengangkat alis. "Ada apa, sayang? Apa ada yang lucu?"

Alena menoleh ke arah suaminya, senyum misterius menghiasi bibirnya.

"Ya... Ada orang malang yang baru saja cari masalah," ucapnya dengan nada geli.

Alberd mengernyit, belum sempat bertanya lebih jauh, Alena sudah bangkit berdiri dan membentangkan sayapnya.

"Sayang, aku pergi dulu sebentar. Ada tikus yang harus kubereskan," katanya sambil melirik Alberd.

Alberd hanya mengangkat tangan, memberi isyarat santai.

"Baiklah, pastikan benar-benar bersih."

Alena tersenyum dingin.

"Siap, suamiku..."

Dengan satu kepakan sayap, tubuhnya melesat ke udara, menghilang ke dalam kegelapan malam.

Chapter 53: Pria yang Malang

Di sudut kota yang sepi, seorang pria berlari tertatih melewati gang gelap. Napasnya tersengal-sengal, keringat mengalir di pelipisnya, sementara tangannya terus menekan perut yang nyeri.

Sesekali dia terhuyung, hampir terjatuh. Akhirnya, dia bersandar pada dinding bangunan tua yang kusam, mencoba mengatur napas.

"Sial… wanita itu benar-benar monster…"

Dia mendongak, menatap gang sempit yang sunyi. Lampu jalan di kejauhan berkelap-kelip redup, membuat bayangan di sekitarnya tampak bergetar.

“Wanita sialan itu… dia benar-benar menghajarku…” gerutunya, suaranya rendah tapi dipenuhi kebencian.

“Oh? Benarkah?”

Suara pelan itu terdengar seperti bisikan di telinganya.

Pria itu menelan ludah.

“Tentu saja… Dia bahkan menendang dan menginjakku… Tunggu saja, aku pasti akan...”

Kata-katanya terhenti. Sebuah kesadaran dingin merayap di tengkuknya. Dia memutar kepala ke kanan, ke kiri… kosong.

“Siapa…?” bisiknya, suaranya nyaris bergetar.

“Hei… di sini.” balas suara itu, terdengar dingin dan menakutkan.

Darahnya seperti berhenti mengalir menyadari arah suara tersebut. Perlahan, dengan rasa takut yang menjalar dari ujung kaki hingga kepala, dia mendongak.

Sepasang mata merah menyala menatapnya dari atas.

Sosok wanita berdiri di dinding bangunan, kakinya menempel seolah gravitasi tak berarti baginya. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin malam, dan sepasang sayap hitam terlipat di punggungnya.

Alena telah tiba,

Senyuman tipis terukir di wajahnya. Dingin.. Menakutkan..

Pria itu membeku sejenak, matanya terbelalak lalu berteriak panik.

“Aaaaaaa..!!”

Dia tersandung saat mencoba melangkah mundur dan jatuh terduduk di tanah yang lembap.

“Si..siapa kau?!”

Tubuhnya bergetar hebat, wajahnya pucat pasi.

Alena perlahan menuruni dinding, seolah berjalan di tanah. Setiap langkahnya terdengar begitu tenang… tapi bagi pria itu, suara langkahnya bagaikan dentang lonceng kematian.

Pria itu mengumpulkan keberanian untuk bangkit dan kabur, tapi sebelum sempat melangkah, tubuhnya mendadak kaku.

Darah dalam nadinya bergejolak. Urat-uratnya menegang seakan hendak meledak. Napasnya tercekat.

Lalu seekor kelelawar hitam kecil hinggap di pundaknya, dan menggigit lehernya.

“AAAGGHH..!!”

Tubuhnya menegang dan kejang-kejang.

Alena mengangkat satu tangan ke arahnya, matanya terpejam. Dia menyusuri ingatan pria itu…

Lalu, dia membuka mata.

"Hmm…" Alena bergumam pelan. “Hanya penjahat biasa.”

Dia menurunkan tangannya, membiarkan pria itu terengah-engah di tanah.

“Kau bukan bagian dari pemburu vampir, juga bukan bagian dari kelompok yang menyerang Alberd…” suaranya lembut, tapi dingin.

“jadi.. aku tidak akan membunuhmu.”

Mata pria itu sekejap berbinar, ada secercah harapan di sana. Tapi sebelum dia bisa bernapas lega, tubuhnya terangkat ke udara.

Alena menatapnya dengan ekspresi datar.

“Tapi kau sudah melakukan banyak kejahatan.” Suaranya kini lebih rendah. “Perampokan, penganiayaan, pelecehan. Orang sepertimu seharusnya tidak dibiarkan bebas.”

Alena mengepalkan tangannya seakan meremas sesuatu.

Pria itu berteriak.

"AAAGGHH!!"

Rasa sakit menjalar dari tulang-tulangnya, membuatnya menggeliat seperti serangga yang sekarat. Lalu, tiba-tiba… semuanya berhenti.

Tubuhnya ambruk ke tanah, tak sadarkan diri.

Alena menatapnya sekilas, lalu berbisik, “Satu tangan dan satu kakimu sudah lumpuh. Dan kau tak akan pernah ingat bagaimana itu terjadi.”

Tanpa berkata lebih, tubuhnya melesat ke langit malam, menghilang dalam kegelapan.

Tak lama kemudian, Alena mendarat ringan di balkon rumah keluarga Reinhard.

Di sana, Alberd dan Nina tengah duduk di kursi kayu, menikmati angin malam.

Nina menoleh, matanya membesar saat melihat Alena turun dengan anggun dari udara. Mata gadis itu berbinar penuh kekaguman.

“Kakaaak!!” serunya, langsung melompat ke arah Alena dan memeluknya erat.

Alena tersenyum lembut, mengusap kepala Nina dengan penuh kasih sayang.

“Kakak dari mana?” tanya Nina, wajahnya penuh rasa ingin tahu.

“Hanya mencari angin segar,” jawab Alena pelan.

Nina mengerucutkan bibirnya, lalu tersenyum lagi.

“Ayo sini! Kakak harus makan es krim! Tapi…” dia menoleh ke Alberd,

“…sudah hampir mencair.”

Alena terkekeh.

“Kalau begitu, aku harus cepat.”

Dia melirik Alberd yang tersenyum kecil, menatapnya dengan tatapan hangat.

"Sayang, aku pulang."

"Selamat datang." balas Alberd.

Alena melangkah ke arahnya, lalu duduk di sampingnya.

Di dalam pikirannya, suara Alberd terdengar.

(Alberd: "Sudah selesai? Siapa orang itu?")

Sambil mengambil sendok es krim, Alena menjawab dalam pikirannya.

(Alena: "Bukan siapa-siapa. Hanya penjahat biasa, bukan pemburu vampir atau orang-orang yang mengejarmu dulu.")

(Alberd: "Kamu membunuhnya?")

Alena memasukkan sesendok es krim ke mulutnya, menikmati sensasi dinginnya.

(Alena: "Tidak. Aku hanya memberinya hukuman kecil.")

Alberd menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil.

Alena tersenyum kembali, lalu meneruskan percakapannya dengan Nina, seolah tak terjadi apa-apa.

Namun, di sudut pikirannya, Alberd tahu… Alena bukan hanya gadis manis yang duduk di sampingnya. Dia adalah makhluk yang sangat kuat dan sangat menakutkan bagi mereka yang berani mengusik orang yang dicintainya.

Dan Alberd bersyukur… bahwa dia berada di sisinya.

1
Siti Masrifah
cerita nya bagus
John Smith-Kun: Thank u👍
total 1 replies
Author Risa Jey
Sebenarnya ceritanya bagus, ringan dan cocok untuk dibaca di waktu santai. Cuma aku bacanya capek, karena terlalu panjang. Satu bab cukup 1000 kata lebih saja, agar pas. Paling panjang 1500 kata. Kamu menulis di bab yang isinya memuat dua atau tiga chapter? ini terlalu panjang. Satu chapter, kamu buat saja jadi satu bab, jadi pas.

Bagian awal di bab pertama harusnya jangan dimasukkan karena merupakan plot penting yang harusnya dikembangkan saja di tiap bab nya nanti. Kalau dimasukkan jadinya pembaca gak penasaran. Kayak Alena kenapa bisa tersegel di gua. Lalu kayak si Alberd juga di awal. Intinya yang tadi pakai tanda < atau > lebih baik tidak dimasukkan dalam cerita.

Akan lebih baik langsung masuk saja ke bagian Alberd yang dikejar dan terluka hingga memasuki gua dan membangunkan Alena. Sehingga pembaca akan bertanya-tanya, kenapa Alberd dikejar, kenapa Alena tersegel di sana dan lain sebagainya.

Jadi nantinya di bab yang lain nya akan membuat keduanya berinteraksi dan menceritakan kisahnya satu sama lain. Saran nama, harusnya jangan terlalu mirip atau awalan atau akhiran yang mirip, seperti Alena dan Alberd sama-sama memiliki awalan Al, jadi terkesan kembar. Jika yang satu Alena, nama cowoknya mungkin bisa menggunakan awalan huruf lain.
John Smith-Kun: Untuk sifat asli Alena ada di bab 15 dan terima kasih atas sarannya
Author Risa Jey: 5.

Pengen lanjut baca tapi capek, gimana dong penulis 😭😭😭
total 5 replies
Dear_Dream
Jujur aja, cerita ini salah satu yang paling seru yang pernah gue baca!
Siti Masrifah: mampir di cerita ku kak
John Smith-Kun: Terima kasih🙏
total 2 replies
John Smith-Kun
Catatan Penulis:
Novel ini adalah karya pertama saya, sekaligus debut saya sebagai seorang penulis.
Mengangkat tema vampir dan bergenre romansa-fantasy yang dibalut berbagai konflik dalam dunia modern.
Novel ini memiliki dua karakter utama yang seimbang, Alena dan Alberd.

Novel kebanyakan dibagi menjadi dua jenis; novel pria dan novel wanita.
Novel yang bisa cocok dan diterima oleh keduanya secara bersamaan bisa dibilang sedikit.
Sehingga saya sebagai penulis memutuskan untuk menciptakan dua karakter utama yang setara dan berusaha menarik minat pembaca dari kedua gender dalam novel pertama saya.
Saya harap pembaca menyukai novel ini.
Selamat membaca dan terima kasih,
Salam hangat dari author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!