NovelToon NovelToon
Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Anak Yatim Piatu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: I Wayan Adi Sudiatmika

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan, hiduplah Kirana, gadis cantik, cerdas, dan mahir bela diri. Suatu hari, ia menemukan seorang pemuda terluka di tepi sungai dan membawanya ke rumah Kakek Sapto, sang guru silat.


Pemuda itu adalah Satria Nugroho, pewaris keluarga pengusaha ternama di Jakarta yang menjadi target kejahatan. Dalam perawatan Kirana, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, setelah sembuh, Satria kembali ke Jakarta, meninggalkan kenangan di hati Kirana.


Bertahun-tahun kemudian, Kirana merantau ke Jakarta dan tak disangka bertemu kembali dengan Satria yang kini sudah dijodohkan demi bisnis keluarganya. Akankah mereka bisa memperjuangkan cinta mereka, atau justru takdir berkata lain?


Sebuah kisah takdir, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh waktu, hadir dalam novel ini! ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Wayan Adi Sudiatmika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Beasiswa dan Pilihan

Latihan silat yang dijalani Kirana dan Ririn di bawah bimbingan Kakek Sapto telah berjalan sebulan dan mulai menunjukkan hasil. Kirana dan Ririn sudah mulai merasakan perubahan dalam tubuh mereka walaupun masih dalam tahap awal. Tubuh mereka terasa lebih kuat dan mental mereka juga semakin terasah. Kirana yang memang memiliki tekad yang lebih kuat dari Ririn, menunjukkan perkembangan yang lebih pesat dibandingkan Ririn. Namun Ririn tidak merasa iri, namun dia justru bangga pada sahabatnya dan terus berusaha mengimbangi kemampuan Kirana.

Di tengah kesibukan latihan, kabar baik datang menghampiri Kirana. Suatu pagi Kirana yang sedang menyimak pelajaran Matematika yang diajarkan Pak Anto, tiba-tiba Bu Ani, wali kelas mereka muncul di depan pintu kelas.

“Maaf Pak Anto… saya mengganggu kelas bapak…,” ujar Bu Guru Ani dengan ramah namun tegas.

“Oh iya bu… ada apa ya Bu?” tanya Pak Anto yang sedang asik menerangkan rumus Matematika menoleh kepada Bu Ani sembari meletakkan buku yang sedang dipegangnya di atas meja.

Bu Ani tersenyum. “Begini pak… saya ditugaskan kepala sekolah untuk memanggil Kirana untuk segera menghadap beliau… Ada hal yang akan disampaikan beliau kepada Kirana pak…,” jawab Bu Ani.

Pak Anto mengangguk. “Oh silahkan bu….,” ucap Pak Anto sambil mempersilahkan Bu Ani masuk ke kelas tersebut.

Suasana kelas yang tadinya tenang mendadak menjadi tegang, karena Bu Ani terkenal sebagai wali kelas mereka yang tegas dan disiplin, sehingga kehadirannya sering membuat siswa merasa was-was.

Namun Bu Ani di depan kelas tersenyum dan berkata, “Pagi anak-anak… Saya ke sini mau menjemput Kirana… Ayo Kirana… Kamu dipanggil bapak kepala sekolah… Ada berita penting buat kamu.”

Semua anak-anak seketika menoleh kepada Kirana. Mereka tahu pasti Kirana dipanggil kepala sekolah karena program beasiswa yang diikutinya, karena mereka tahu Kirana anak yang berprestasi di sekolah.

Kirana yang duduk di bangku tengah merasa dadanya berdebar-debar. Ririn yang ada di sebelahnya memberi semangat. “Semangat Kirana… kamu pasti berhasil,” kata Ririn seraya memegang tangan Kirana.

Kirana tersenyum lemah. “Terima kasih Rin…! Aku berharap begitu”

Kirana segera berdiri dan bergegas mengikuti Bu Ani menuju ruangan kepala sekolah. Sepanjang perjalanan pikiran Kirana dipenuhi dengan pertanyaan. “Apakah aku lolos? Atau justru ada kabar buruk?” batin Kirana. Tangannya yang memegang ujung dasinya mulai berkeringat.

Sesampainya di di depan ruang kepala sekolah, Kirana mengetuk pintu pelan sambil mengucapkan salam. “Selamat pagi pak…,” ucap Kirana dengan suara gemetar.

“Ah Kirana… Silahkan masuk…,” sambut kepala sekolah dengan senyum lebar. Kirana mengamati di ruangan tersebut dan di sana ada dua orang asing yang sedang duduk di sofa. Mereka berpakaian rapi dengan ekspresi ramah namun penuh wibawa.

“Ayo silahkan duduk Kirana… ,” ucap kepala sekolah. Kirana bergeming dari tempatnya berdiri dan duduk di kursi yang disediakan.

“Kirana… Perkenalkan ini Bapak Andi dan Ibu Rina dari PT. Satria Dirgantara. Mereka ini adalah perwakilan perusahaaan yang memberikan program beasiswa yang kamu ikuti kemarin. Dan sekarang mereka ingin bertemu dan menyampaikan sesuatu yang penting kepadamu,” kata kepala sekolah melanjutkan.

Kirana mengangguk pelan dan mencoba menenangkan diri. Dia duduk di kursi yang disediakan, sementara kedua tamu tersebut memandangnya penuh perhatian.

“Selamat pagi Kirana… Nama saya Bapak Andi dan ini Ibu Rina. Kami dari PT. Satria Dirgantara,” ujar pria tersebut dengan suara lembut. “Kami ke sini ingin memberitahukan bahwa kamu lolos seleksi program beasiswa yang kami adakan. Selamat…!” lanjut pria itu seraya mengulurkan tangannya kepada Kirana.

Kirana terkesiap. Matanya membesar dan hatinya penuh kegembiraan. “Benarkah pak? Saya… saya tidak menyangka,” ucapnya dengan suara bergetar sembari menyambut uluran tangan Pak Andi.

“Kamu memang pantas Kirana. Prestasimu di sekolah dan semangat juangmu yang kami peroleh dari penuturan para guru yang kami wawancarai sangat menginspirasi. Kami yakin kamu akan sukses di masa depan,” tambah Ibu Rina tersenyum dan menjabat tangan Kirana memberikan selamat.

Kirana merunduk dan mencoba menahan air matanya yang mulai menggenang. “Terima kasih Pak… Bu… Ini… Ini seperti mimpi,” ucap Kirana sambil berusaha menghapus air mata yang mulai tidak bisa kompromi keluar dari matanya.

Pak Andi mengangguk. “Sekarang kami juga ingin bertanya kepadamu Kirana… Karena beasiswa ini memungkinkan kamu untuk SMA di Jakarta dengan semua kebutuhanmu akan kami tanggung. Semua biaya termasuk tempat tinggal dan uang saku akan ditanggung oleh perusahaan. Apalah kamu ada niat untuk melanjutkan sekolah di Jakarta?” ucap Pak Andi masih dengan senyuman di bibirnya.

Kirana terdiam sejenak. Pikirannya melayang ke Desa Sekawan, ke Paman Budi, Arif, Ririn, dan Kakek Sapto. Dia juga teringat dengan impiannya untuk membuktikan diri bahwa dia bisa mandiri dan sukses. Namun hatinya masih terikat pada desanya dan orang-orang yang disayanginya.

“Terima kasih dengan tawarannya Pak… Bu… Kirana memutuskan nanti akan tetap bersekolah di SMA Negeri yang ada di kota kecamatan. Mungkin tidak semewah dan selengkap di Jakarta, tapi Kirana yakin masih bisa berkembang di sana Pak… Bu… Maafkan saya Pak… Bu…,” ucap Kirana dengan suara tegas namun masih terdengar gemetar.

Pak Andi dan Bu Rina saling memandang dan tersenyum. “Baiklah kami menghargai keputusanmu Kirana… Kamu ternyata punya prinsip yang kuat. Kami yakin kamu akan sukses di manapun kamu berada,” kata Bu Rina.

Kepala sekolah yang duduk di samping Kirana mengangguk bangga. “Kirana kamu telah membuat keputusan yang membuat kami bangga. Semoga kamu tetap semangat dan rendah hati. Semoga kamu dapat menjadi teladan bagi siswa lain. Kami sangat bangga kepadamu…!” ucap kepala sekolah sambil mengelus rambut Kirana lembut.

Kirana tersenyum tapi dengan mata yang berkaca-kaca. “Terima kasih pak… saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.”

Bu Rina tersenyum melihat dan mendengar perkataan Kirana. Kemudian dia mengeluarkan amplop coklat dari dalam tasnya. “Kirana… Ini adalah bukti bahwa kamu telah menerima beasiswa itu. Beasiswa itu sudah mulai berlaku hari ini. Di dalam amplop ini, ada buku tabungan dan ATM yang akan kami isi setiap bulan sesuai janji kami dalam program beasiswa ini. Terimalah… dan gunakan baik-baik,” ucap Bu Rina seraya menyerahkan amplop coklat itu kepada Kirana.

Kirana sangat terkejut. Dia tidak pernah berhadap secepat itu beasiswanya akan cair. Dengan air mata yang menetes, dia menerima amplop coklat itu. “Terima kasih Bu… Pak… Sampaikan juga terima kasih kami kepada pemilik perusahaan… Maaf juga saya tidak bisa menerima tawaran untuk sekolah di Jakarta, mungkin nanti jika ada kesempatan kuliah, baru Kirana akan ke Jakarta Pak… Bu…,” ucap Kirana kembali terisak.

Setelah mengobrol beberapa saat, Pak Andi dan Bu Rina pamit untuk kembali ke Jakarta. Kirana lalu keluar dari ruang kepala sekolah dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lega dan bahagia, juga ada sedikit perasaan khawatir. Dia tahu keputusannya untuk tetap di desa mungkin akan mengecewakan beberapa orang terutama Bibi Tari dan Rara yang selalu meremehkannya. Namun Kirana yakin bahwa ini adalah pilihan terbaik untuknya.

Di luar ruang kepala sekolah, Bu Ani masih berdiri di luar sambil mengamati siswa yang sedang istirahat di halaman. Kirana yang melihat Bu Ani, seraya menghampiri dan memeluk Bu Ani dari samping. “Bu… terima kasih bu…!” ucap Kirana sambil menangis.

Bu Ani tersenyum. “Nak… kamu pantas mendapatkannya. Kamu pintar, berprestasi, rendah hati dan tambahannya kamu cantik… Ini sudah rejekimu Nak… Jangan lupa bersyukur kepada Tuhan ya Nak…!” kata Bu Ani sambil memeluk dan mengelus rambut Kirana.

“Tanpa ibu… Kirana mungkin tidak dapat beasiswa ini Bu… Terima kasih Bu… Terima kasih…,” isak Kirana masih dengan memeluk Bu Ani.

“Ibu hanya perantara saja Nak… kebetulan anak Ibu kerja di perusahaan itu… Dia yang memberitahu Ibu… Sekarang kamu kembali ke kelas ya… Simpan baik-baik yang diberikan Pak Andi dan Bu Rina ya. Jangan sampai ketahuan Bibi dan kakakmu,” ucap Bu Ani mengingatkan Kirana, karena dia tahu bagaimana kehidupan Kirana di rumah itu.

“Baik Bu… Sekali lagi terima kasih Bu…,” ucap Kirana sambil mencium pipi Bu Ani. Lalu Kirana beranjak menuju ruang kelasnya.

Bu Ani terkekeh. “Kirana… semoga kamu akan sukses nanti… dan kamu tetap rendah hati…,” batin Bu Ani yang melihat Kirana berjalan dengan langkap penuh semangat.

Bagaimana kisah selanjutnya...? Ikuti bab selanjutnya...

1
Atik R@hma
pertemuan pertama, 😚😚
Atik R@hma
ok ka,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!