Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. SMDH
Gada yang ketinggalan, kan?
Kayesha mengangguk.
Azzam pun mulai menjalankan mobilnya hingga ke jalan padat milik Ibukota Indonesia itu. Sepanjang jalan hanya ada suara musik dari mobil Azzam, sedangkan dua sejoli itu cuma berdiam-diaman saja.
Azzam yang masih fokus menyetir, tangannya mengambil dompet di saku celana. Kayesha yang masih memegang handphonenya itu sedikit kaget ketika Azzam menyodorkan dompet.
"Ambil uang saku sekolah kamu," pinta Azzam.
"Gausah, Mas. Duit yang kemaren masih ada-"
"Ambil lagi, itu kan kemaren bukan hari ini."
"Ngga, ah. Mas Azzam aja, ini kan duitnya kamu," Kayesha meletakkan dompet Azzam disebelah pria itu.
Pas sekali ada lampu merah, Azzam pun menghentikan mobilnya. Ia mengambil dompet yang Kayesha taroh disebelahnya. Seperti kemaren, Azzam mengeluarkan selembar uang seratus ribu kepada Kayesha. Kayesha terus menolaknya tapi Azzam dengan lembut tetap memaksa gadis itu.
Duh, kalau dipaksa-paksa gini kan gue jadi suka eh malu batin Kayesha, namun tangannya juga menerima uang dari Azzam.
"Ini beneran gapapa, kan Mas Azzam? Mas Azzam masih ada pegangan? Aku takut, aku ga enak, kemaren aja yang bayarin belanjaan aku di ATK kan juga Mas Azzam."
"Gapapa, Kayesha. Udah jangan dipikirin, saya malahan senang kamu beli-beli keperluan buat tugas biografi kamu."
"Kok gitu?" Tanya Kayesha reflek.
"Iya saya senang, keingatan dulu pas masih sekolah. Makanya saya juga mau tugas biografi kamu nanti hasilnya jadi bagus."
Akhirnya sepanjang jalan mereka membahas tentang masa lalu Azzam yang masih sekolah, Kayesha yang juga pendengar yang baik dengan excited memberi kesannya kepada Azzam, hal itu juga yang sedikit membuat Azzam—nyaman?
Sesampainya di seberang gerbang sekolah, Kayesha pun berpamitan dengan Azzam tak lupa juga menyalimi punggung tangan Azzam karena Azzam 10 tahun lebih tua darinya.
"Aku masuk dulu ya, Mas Azzam. Mas Azzam hati-hati," Azzam mengangguk.
"Iya, kamu semangat ya sekolahnya, nanti kalau tugas biografi kamu sudah kelar, jangan lupa tunjukkin ke saya ya?" Kayesha mengacungkan jempolnya.
"Assalamualaikum, Mas Azzam."
"Wa'alaikumussalam, Kayesha."
\~•\~
Saat ini murid murid kelas 12 Ips 2 sedang asik mengerjakan tugas Sejarah tentang biografi tokoh-tokoh nasional bangsa Indonesia. Suasana di kelas begitu ramai, dan sampah-sampah dari karton, origami, dan solatif berhamburan di lantai.
Begitu juga dengan Kayesha, meski tugas individu tetapi seperti biasa ia dan Ocha saling bekerja sama mengerjakan biografi mereka.
"Tumben lo, Sha, bawa stabilo lengkap warna sampai ke spidol sama origami juga bawa. Mau jadi murid teladan ya?" Kayesha terkekeh sambil menggunting origaminya.
"Ngga lah, sebelumnya gue cuma mau beberapa aja kaya stabilo sama spidol. Eh tapi tadi malem Mas Azzam yang nemenin gue ke tokonya, dia juga yang bantuin gue apa-apa aja yang kurang jadi yaudah beli semuanya."
"Dia yang bayar tuh?"
"Ya iyalah masa gue, padahal gue udah bilang gue aja tapi dia bilang gausah."
"Enak banget ya udah punya suami—"
Belum sempat Ocha menyelesaikan omongannya, Kayesha langsung membekap mulut Ocha.
Ocha hanya cengengesan saja tanpa dosa.
"Awas lo keceplosan, gue bacok," Ocha mengacungkan jempolnya.
"Lagian gue tuh heran, gue jadi pengen deh jadi lo, nanti deh gue bilang nyokap bokap gue buat di jodohin juga. Sapa tau ya, ntar hidup gue kaya di cerita-cerita kaya lo."
"Ya mana gue tau, gue pun emang belum terbiasa ya kaya gini tapi yaudah lah gitu di jalanin aja. Lo pikir jadi gue enak apa, ga enak juga rasanya di paksa-paksa gini," balas Kayesha.
"Iya sih..." gumam Ocha.
Wis, stabilo sapa ni yang bentuk bunga?
Tiba-tiba ada teman sekelas Kayesha dan Ocha yang bernama Fathur.
"Punya gue, kenapa?"
"Wih punya lo ya, Sha. Minjem dong, mau nebalin teks nya ni biar ada warnanya."
"Ga mau, ntar yang ada stabilo gue hilang ato langsung habis," kesal Kayesha.
"Mana ada, please bentaran doang gue mah. Gue tebalin disini nih biar lo percaya, seriusan gue ini mah ga bawa stabilo," Fathur memohon-mohon.
"Ck, makanya sekolah tu modal dong anjir jangan apa-apa minjem!" Cibir Ocha.
"Bacot, Cha," kesal Fathur ke Ocha.
"Yaudah nih, awas kalo sampai habis! Di meja gue aja, jangan kemana-mana!"
Dengan cepat Fathur langsung mewarnai teks biografi di kartonnya setiap barisan dengan warna yang berbeda-beda, sedangkan Kayesha dan Ocha lanjut mengerjakan tugas mereka.
"Dah ni, masih ada juga. Yaudah thanks ya, Sha. Nanti gue minjem lagi hehe," Fathur pun menyelonong pergi dari sana tanpa dosa.
Kayesha hanya menggelengkan kepalanya keheranan dengan temannya Fathur, mungkin karena efek tidak ada perollingan kelas dari awal hingga kelas 12, Kayesha sudah hafal betul dengan sifat, karakter para anak cowok dikelasnya yang beberapa membuatnya kesal terkadang.
"Sha, minjem stabilo dong!"
Sehabis Fathur kini ada lagi temannya yang bernama Hasan, tujuannya sama ingin meminjam stabilo.
"Ih, lo tau darimana?" Tanya Kayesha kesal.
Hasan menujuk Fathur yang tengah berjalan-jalan di kelas meliat tugas-tugas murid yang lain. Tanpa babibu Hasan langsung memakai stabilo Kayesha tanpa seizin gadis itu.
"Hasan, setan."
\~•\~
Bel sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, kini anak-anak sudah mulai keluaran dari kelas namun juga ada yang masih berdiam di kelas karena kondisi diluar sedang hujan deras.
"Lo disini atau nunggu di depan aja, Sha?"
"Gue kayanya neduh depan gerbang aja deh, takutnya nanti Azzam susah ngenalin gue soalnya hujan."
Akhirnya mereka pun berbasah-basahan melewati lapangan sambil berlari kecil agar lebih cepat sampai, membuat seragam mereka sedikit menjadi basah apalagi rok mereka. Toh mau hujan-hujanan juga gapapa, besok mereka akan memakai baju batik juga.
E-eh itu suami lo, Sha?
"Hah? Mana?"
Kayesha menyipitkan matanya ke arah depan gerbang, meski tak tau itu Azzam atau bukan tapi yang jelas lelaki itu berbadan tinggi besar dan gagah, apalagi mengenakan kemeja berwarna hijau dengan lengan kemeja yang di gulung.
"Mirip sih, samperin aja, Cha."
Mereka berdua pun mempercepat langkah mereka ke depan gerbang, yang disana sudah banyak siswa siswi terutama cewek yang ikut bernaung disana.
Dokter Instagramnya apa ya?
Benar saja itu adalah Azzam yang sedang menunggu Kayesha, tapi yang membuat mood Kayesha sedikit buruk adalah saat ini Azzam sedang bersama beberapa siswi lainnya yang mungkin nampaknya sedang caper ke Azzam.
"Mas Azzam," panggil Kayesha.
Azzam langsung menoleh.
"Eh Kayesha, dia kakak lo ya?" Ucap salah satu siswi yang berada di dekat Azzam, cewek itu bernama Maya.
"Bacot," sahut Kayesha sangat ketus kepada Maya.
"Idih orang gue nanya," kesal Maya yang tadinya merasa kepo.
"Mau pulang sekarang?" Kayesha mengangguk cepat ke Azzam.
"Bokap lo udah sampai, Cha?"
"Masih dijalan katanya paling bentar lagi, lo duluan aja gapapa, Sha," ucap Ocha sambil tersenyum.
"Beneran ni?" Ocha membentuk jarinya OK.
"Udah sana, Sha. Takecare ya," Kayesha tersenyum lalu mengacungkan jempolnya.
"Eh dokter, tadi username Instagramnya apa ya? Mau aku follow," kata Maya.
"Sama aku juga, tapi nanti followback ya," tambah teman Maya yang bernama Lisa juga kepada Azzam.
Azzam hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
"Dokter emang kerja di rumah sakit mana? Nanti aku mau sakit juga deh biar bisa ketemu dokter," gombal Raisa, teman Maya dan Lisa juga, karena mereka adalah satu circle.
"Kalian tuh bisa diem ga sih? Berisik banget bangsat," Azzam menahan kagetnya ketika Kayesha berbicara dengan kata-kata kasar.
"Sabar Sha, sabar —— Udah sana May, lo sama temen-temen lo mending pergi dari sini deh," usir Ocha.
Maya yang sedikit merasa malu, karena orang-orang mulai berpusat padanya, ia membawa teman-temannya ke tempat lain daripada harus menanggung malu.
"Thanks, ya Cha. Yaudah gue pamit ya, see you," Ocha mengangguk.
Sebelum pergi dari sana, ternyata Azzam mengeluarkan payung dari belakang yang sebelumnya ia bawa. Setelah membuka payung itu, ia menyuruh Kayesha untuk lebih dekat dengannya agar tidak terkena hujan.
"Tas kamu biar saya yang bawa," tanpa basa-basi Azzam langsung mengambil alih tas Kayesha dari pundak Kayesha.
Ocha yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan tertawa kecil-kecil karena ia juga merasa baper dengan keromantisan Kayesha dan Azzam, sesekali ia mengejek Kayesha ketika Kayesha melakukan kontak mata dengan Ocha.
Akhirnya Azzam dan Kayesha pun berjalan menuju mobil Azzam yang berada di seberang sekolah, Azzam yang badannya tinggi, ia tak mempermasalahkan kemejanya basah karena payung itu hanya muat untuk Kayesha saja.
Sebelum masuk ke mobil, Azzam membukakan pintu mobil untuk Kayesha. Sambil menahan rasa salah tingkah, Kayesha buru-buru masuk. Begitu juga dengan Azzam, singkatnya mobil hitam itu pun melaju di jalan raya yang sedang diguyur hujan deras.