NovelToon NovelToon
Mawar Kuning Berdarah

Mawar Kuning Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Dokter Genius / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Psikopat itu cintaku
Popularitas:419
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Arka, detektif yang di pindah tugaskan di desa terpencil karena skandalnya, harus menyelesaikan teka-teki tentang pembunuhan berantai dan seikat mawar kuning yang di letakkan pelaku di dekat tubuh korbannya. Di bantu dengan Kirana, seorang dokter forensik yang mengungkap kematian korban. Akankah Arka dan Kirana menangkap pelaku pembunuhan berantai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si selingkuh?

Malam semakin larut ketika Arka kembali ke kantornya. Pikirannya terpecah antara kasus yang belum selesai dan percakapannya dengan Kirana. Ia merasa ada sesuatu yang tidak biasa tentang wanita itu. Sikapnya yang tenang dan terkendali selalu memikat, namun Arka tak bisa mengabaikan bayangan mawar kuning di meja Kirana.

Di meja kerjanya, papan investigasi penuh dengan petunjuk. Foto-foto korban, catatan, serta temuan dari lokasi kejadian berserakan. Bayu masuk, membawa laporan terbaru.

"Pak, hasil uji tanah dari Sungai Pancar sudah keluar. Ada residu kimia di sana yang cocok dengan jejak di sekitar rumah Andri," lapor Bayu.

Arka mengerutkan dahi. "Residu kimia apa?"

"Fosfat, biasanya digunakan dalam pupuk. Tapi konsentrasinya terlalu tinggi untuk lahan pertanian biasa," jawab Bayu.

Arka mengangguk. "Fokuskan pencarian di sepanjang Sungai Pancar. Cari tahu siapa yang memiliki akses ke bahan-bahan ini."

---

Keesokan harinya, Arka memutuskan untuk mengunjungi Sungai Pancar. Bersama timnya, ia menyusuri tepi sungai, mencari petunjuk tambahan. Di salah satu sudut yang terpencil, mereka menemukan sebuah gubuk tua.

"Pak, ini mencurigakan," ujar salah satu anggota tim.

Arka memeriksa gubuk itu. Di dalamnya, ia menemukan sekumpulan alat medis yang berantakan, tumpukan tanah yang tercampur bahan kimia, dan foto-foto korban. Di salah satu dinding, ada gambar sketsa mawar kuning.

"Mawar kuning lagi," gumam Arka.

Bayu yang ikut bersama Arka menatapnya heran. "Apa yang Anda pikirkan, Pak?"

"Aku belum yakin. Tapi aku merasa, simbol ini bukan kebetulan. Kirana punya mawar kuning di mejanya. Dan sekarang kita menemukannya di sini," jawab Arka.

Bayu terdiam, mencoba mencerna informasi itu. "Anda curiga pada Dokter Kirana?"

"Belum," ujar Arka. "Tapi aku perlu jawaban."

Malam harinya, Arka menemui Kirana di rumahnya. Ia mengetuk pintu, dan Kirana membukanya dengan wajah terkejut.

"Arka? Ada apa malam-malam begini?" tanya Kirana.

"Aku butuh bicara," jawab Arka serius.

Kirana membiarkannya masuk. Di ruang tamu, Arka langsung mengarahkan pembicaraan ke mawar kuning.

"Aku menemukan sesuatu di dekat Sungai Pancar. Sebuah gubuk dengan alat medis, bahan kimia, dan simbol mawar kuning," ujarnya.

Kirana terdiam sejenak, lalu tersenyum samar. "Mawar kuning? Itu bunga favoritku. Tapi aku tidak tahu apa-apa soal gubuk itu."

Arka menatapnya tajam, mencoba membaca reaksi Kirana. "Aku ingin mempercayaimu, Kirana. Tapi ada sesuatu yang tidak sesuai di sini."

Kirana menghela napas, menatap Arka dengan mata tajam. "Arka, jika kau curiga padaku, kau harus punya bukti. Aku hanya seorang dokter forensik yang mencoba membantu menyelesaikan kasus ini."

"Aku tahu," ujar Arka pelan. "Tapi instingku mengatakan, ada sesuatu yang kau sembunyikan."

Kirana mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Arka. "Instingmu mungkin benar. Tapi itu bukan alasan untuk menuduhku tanpa bukti."

Arka terdiam, merasa terpojok oleh tatapan Kirana yang penuh keyakinan.

Setelah meninggalkan rumah Kirana, Arka merasa semakin gelisah. Di satu sisi, ia percaya pada profesionalisme Kirana. Di sisi lain, ada terlalu banyak kebetulan yang mengarah padanya.

Ia kembali ke kantor, menatap papan investigasi dengan tatapan kosong. Di benaknya, satu pertanyaan terus berulang: Apa yang sebenarnya disembunyikan Kirana?

Di sudut papan itu, foto sketsa mawar kuning tampak seperti mengejek kebingungannya.

"Apapun itu," gumam Arka pada dirinya sendiri, "aku akan menemukan jawabannya."

---

Arka duduk di meja kerjanya, menatap papan investigasi dengan fokus yang tidak terganggu. Simbol mawar kuning terus menghantuinya, terutama setelah percakapannya dengan Kirana malam itu. Wanita itu memiliki daya tarik misterius yang membuat Arka tidak bisa sepenuhnya percaya, tetapi juga tidak mampu menjauh.

Ia menatap ponselnya, lalu mengetik pesan singkat.

Kirana, apakah kau punya waktu malam ini? Aku ingin mengajakmu makan malam. Aku juga ingin meminta maaf.

Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar. Balasan dari Kirana muncul:

Baiklah, katakan tempatnya.

Arka tersenyum tipis. Meski rasa curiga masih menyelimuti pikirannya, ia tahu ini adalah kesempatan untuk mengenal Kirana lebih jauh.

Malam itu, Arka memilih restoran kecil di pinggir kota. Tempatnya tenang, dengan lampu-lampu redup yang menciptakan suasana nyaman. Kirana datang tepat waktu, mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua yang membuatnya tampak elegan.

"Arka," sapanya dengan senyum kecil. "Tempat ini cukup jauh dari kantor. Ada alasan tertentu?"

"Aku butuh suasana tenang," jawab Arka sambil menarik kursi untuknya.

Mereka memesan makanan, lalu mulai berbincang. Awalnya, pembicaraan mereka seputar pekerjaan, tetapi perlahan suasana menjadi lebih santai.

Namun, perhatian mereka teralihkan ketika suara keras dari meja lain terdengar. Sepasang kekasih sedang bertengkar. Wanita itu tampak marah, suaranya bergetar saat ia berkata, "Kau pikir aku tidak tahu tentang perselingkuhanmu?!"

Laki-laki di depannya mencoba meredakan situasi, tetapi wanita itu tidak memberi ruang. Ia berdiri, mengambil tasnya, lalu meninggalkan restoran dengan langkah cepat. Laki-laki itu tampak cemas, lalu mengikuti wanita tersebut keluar.

Arka dan Kirana saling bertukar pandang.

"Manusia memang rumit," komentar Kirana.

"Benar," jawab Arka. "Terkadang, emosi membuat kita melakukan hal-hal yang tak terduga."

Kirana menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Dan kadang-kadang, emosi bisa menjadi awal dari kehancuran."

Arka merenung sejenak, mencoba memahami maksud Kirana. Tetapi sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, pelayan datang dengan makanan mereka.

---

Keesokan harinya, pagi diwarnai kesibukan di sebuah area terpencil. Sebuah mayat telah ditemukan di tepi sungai. Arka menerima panggilan dan segera menuju lokasi. Ketika tiba, tim forensik juga baru saja sampai.

Arka melihat Kirana keluar dari mobil timnya. Wanita itu tampak profesional seperti biasa, tetapi ekspresinya berubah begitu matanya menangkap sosok mayat yang tergeletak di tanah.

"Arka ..." bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Arka berjalan mendekat, mengikuti pandangan Kirana. Di depannya, tubuh seorang laki-laki tergeletak dengan wajah yang dikenalnya. Itu adalah laki-laki yang bertengkar di restoran tadi malam.

"Dia ..." Kirana tampak terguncang.

Arka menatap mayat itu dengan sorot tajam. Pikirannya segera terhubung dengan kejadian semalam. Ia berjongkok untuk memeriksa kondisi tubuh korban.

"Dia si selingkuh?" tanya Arka, menatap Kirana.

Bayu datang dengan laporan awal. "Pak, ada bekas cekikan di lehernya. Kemungkinan korban dibunuh sebelum tubuhnya dibuang ke sungai."

Arka mengangguk. "Pastikan lokasi ini disisir. Aku ingin tahu setiap detailnya."

Saat tim mulai bekerja, Kirana masih berdiri diam, menatap mayat itu.

"Kirana," panggil Arka pelan.

Kirana tersadar dan segera mengalihkan pandangannya. "Maaf. Aku hanya terkejut."

Arka menatapnya dengan intens. "Ada yang ingin kau ceritakan?"

Kirana menggeleng. "Tidak. Aku hanya merasa... situasi ini terlalu kebetulan."

"Memang," gumam Arka.

Sepanjang hari, Arka tidak bisa menghilangkan perasaan aneh tentang kematian pria itu. Apakah pertengkaran semalam menjadi pemicunya?

Di sisi lain, Kirana duduk di mobil timnya, menggenggam mawar kuning kecil yang ia temukan di lokasi kejadian. Jantungnya berdegup kencang, tetapi wajahnya tetap tenang.

"Siapa yang bermain dalam bayang-bayang ini?" pikirnya, sambil menggenggam erat bunga itu.

To be continued ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!