Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
“Kemana mereka pergi?”
“Catherine, menyukai pantai mungkin Ael pergi bersamanya ke sana”
Adrian dan Jamie berhasil melepaskan diri dari kepungan wanita yang ingin berdansa dengan mereka, keduanya segera berkuda mengejar Ael. Mereka segera menuju pantai untuk menemukan Odelia.
Dua bayangan hitam bersembunyi di gelapnya lorong bangunan, mengamati dua kuda yang pergi menuju pantai.
Odelia melihat Ael yang berdiri di depan dan memegang tangannya, ia tidak mengerti mengapa Ael mengajaknya untuk bersembunyi saat ini dan mengamati Adrian dan Jamie pergi.
“Bagus mereka telah pergi”
“Ayo ikuti aku” Ael melihat pada Odelia di belakangnya.
Keduanya berjalan keluar dari lorong, melewati jalan menuju bangunan di depan mereka. Ael memegang tangan Odelia untuk terus mengikuti langkahnya menelusuri lorong-lorong di antara bangunan di kota.
Setelah melewati sebuah tembok tinggi terbuat dari bata merah yang cukup tinggi, Ael membuka gerbang besi.
“Kemarilah” Ael membuka gerbang itu, melihat pada Odelia untuk memasuki gerbang ini.
Memasuki gerbang, terlihat taman hijau di hadapanya terdapat bunga kertas dengan warna ungu dan putih di ujung sisi tembok lainya terdapat beberapa patung yang mirip denga patung mengelilingi patung ksatria di kolam alun-alun kota.
Ael mengambil sebuah kunci di bawah salah satu, berjalan mendekati jendela dari bangunan di hadapanya. Membuka kunci jendela, memasuki bangunan itu tanpa bersuara Odelia terkejut melihatnya.
Beberapa saat kemudian, Ael keluar dengan tas di tanganya. Melempar tas itu, kemudian ia keluar, mengunci jendela kembali dan menyimpan kunci di tempat yang sama.
“Kau mencurinya?” Odelia bertanya saat Ael berjalan padanya dan mengenakan tas itu.
“Tentu saja, tidak” Ael menatap Odelia dengan tenang.
“Kita harus pergi, sebelum pria tua itu bangun” Ael menarik tangan Odelia, kedua berlari keluar dati taman itu dan menutup kembali gerbang.
Keduanya kembali berjalan melewati lorong-lorong, melihat pria di depannya Odelia merasa dia pria yang aneh.
“Ayo kita ke atas” Ael berhenti dan melepaskan tangan Odelia.
Ael yang berhenti secara tiba-tiba, membuat dahi Odelia terbentur punggungnya. Melihat kemana mereka akan pergi, Odelia melirik Ael mereka berada di depan rumah Catherine.
“Apa yang kau inginkan?” Odelia meliriknya.
“Hanya minum teh bersama” Ael mengeluarkan kantung berisikan teh dari tasnya.
“Baiklah” Odelia menghela napasnya, membuka pintu rumah Catherine.
Memasuki rumah seperti biasanya, Ael menyerahkan kantung teh pada Odelia ia berjalan menuju lantai dua dan terdengar membuka pintu menuju balkon.
Membawa baki berisikan teko teh serta dua gelas, Odelia menuju balkon dan melihat Ael tengah membaca buku dengan tenang. Berjalan dekat meja dan meletakan bakinya, Odelia menuangkan teh untuknya dan Ael.
“Terimakasih” Ael mengambil gelas itu dan mentimunnya.
“Bacalah” Ael mengeluarkan sebuah buku dan mendorong pada Odelia.
Mengambil buku itu dan membukanya, Odelia terkejut melirik Ael di hadapnya. Buku mengenai berbagai macam bunga.
Kedua menghabiskan waktu dengan membaca buku di balkon bersama, tanpa pembicaraan antara keduanya menikmati malam festival dengan cara yang berbeda.
Menutup bukunya, Ael melihat pada alun-alun kota cahaya api unggun telah meredup. Ia menyimpan buku yang ia baca ke dalam tasnya.
“Aku akan pergi” Ael mendekati Odelia.
Odelia melihat padanya, Ael menundukan kepala dan mengecup ringan tangan Odelia.
“Selamat malam” berbisik di telinganya, Ael berjalan menuju pagar balkon dan melompatinya.
Odelia terkejut segera melihat pada jalan, Ael telah mendarat dengan baik dan berjalan pergi meninggalkan rumah Catherine. Melihat kepergiannya
Odelia benar-benar tidak memahami apa yang ada di pikiranya.
Dikejauhan terdengar derap langkah kuda, Adrian dan Jamie terlihat di kejauhan dengan kuda mereka melewatinya.
Odelia merapihkan barang-barang di atas meja, bersiap untuk istirahat ke kamarnya.
“Ini tidak terkunci” Penelope pulang bersama Davian, ketika ingin membuka pintu telah terbuka. Memasuki rumah Penelope melihat Odelia menuruni tangga dengan baki di tanganya.
“Cath?” Penelope terheran melihat Odelia, Davian ikut masuk mendengar Penelope memanggil Odelia.
“Kamu telah pulang? Dimana Ael” tanya Penelope melihat-lihat sekeliling ruangan.
“Ia telah pergi, kami minum teh bersama di balkon” Odelia menujukan baki di tanganya.
Penelope tertawa ringan mengingat Adrian dan Jamie menghampirinya bertanya kemana Ael pergi bersama Catherine, Davian menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Odelia.
Davian pun pergi setelah memastikan keduanya ada di dalam rumah.
Penelope berulang kembali bertanya kemana mereka pergi, Odelia menceritakan bahwa ia bersama Ael pergi mengambil buku kemudian minum the dan membaca buku bersama ia menutupi dari mana buku itu berasal. Setelah berbicara bersama sebentar, Odelia dan Penelope segera memasuki kamar mereka untuk beristirahat dari hari yang cukup melelahkan.
......................
Hari yang cerah, sisa kemeriah festival masih menghiasi jalanan kota. Beberapa kios masih menjajahkan keunikan mereka, beberapa anak bermain di sekitaran alun-alun tertawa riang bersama.
Odelia serta Penelope berjalan bersama menuju toko, hari ini toko libur
untuk marayakan keberhasilan mereka tetap membuat roti musim semi.
Memasuki toko sudah terdapat dua pelayan toko yang tengah merapihkan meja untuk pesta mereka hari ini, Odelia segera membantu mereka sedagkan Penelope berjalan menuju dapur untuk membantu Elio mempersiapkan hidangan. Dua pekerja pria lain masuk membawa wine dan bir.
Berbagai hidangan telah siap di atas meja, Elio membuka botol wine untuk memulai pesta.
“Sangat di sayangkan, Tuan Laurent tidak ikut saat ini” Penelope mengingat Tuan Laurent.
“Dia akhir-akhir ini sedang sibuk” Elio meminum wine di gelasnya. Mereka pun bersenang-senang bersama di toko menikamati makanan dengan bir dan wine, membicarakan Penelope yang merubah peraturan secara mendadak dan membicarakan apa yang akan mereka lakukan setelah festival musim semi.
Sebuah kereta berhenti tepat di toko Tuan Laurent, pengemudi kereta membuka pintu gerbong terlihat dua orang turun terlihat seperti pasangan suami istri mengenakan pakaian yang cukup mewah.
Kedua berjalan ke depan toko, melihat keduanya mendekat Elio menghampiri mereka di luar toko. Setelah berbicara dengan pasangan itu, Elio berjalan kembali menuju toko.
“Catherine, mereka mencari mu” Elio memasuki toko.
“Baiklah” Odelia segera bangkit dari kursi, keluar dari toko melihat kedua pasangan itu Odelia tidak mengenali mereka namun saat berjalan mendekat Odelia menyadari satu hal warna mata dari pria ini sama dengan warna mata Adrian dan Calix.
“Catherine?” pria itu bertanya.
“Ya” Odelia memberikan hormat.
“Wah.. kamu telah tumbuh besar dan cantik”
“Mungkin kamu tidak terlalu mengingatnya kami merupakan orang tuan Calix Emerson”
“Harvey Emerson dan istri ku Cora” Tuan Harvey bersalam dengan Odelia, berbeda dengannya Cora tidak menunjukan ketertarikan untuk berbicara dengan Odelia.
Odelia melihat ibu Calix, ia memiliki warna rambut yang sama dengan Calix.
“Catherine, kami ingin membicarakan sesuatu dengan mu”
“Apakah kamu bisa makan malam bersama dengan kami, malam ini?” Tuan Harvey sangat mengharapkan Odelia dapat makan malam dengan mereka.
“Tentu saja” Odelia ingin mengetahui apa yang membuat kedua orang tau Calix ingin menemuinya.
“Terimakasih, ini dia undangan untuk makan malam di restoran kota”
“Kami sangat berharap kamu untuk makan malam bersama” Tuan Harvey memberikan undangan pada Odelia.
“Saya akan datang” Odelia tersenyum tipis dan menerima undangan itu.
“Baiklah, sampai jumpa nanti” Tuan Harvey dan Lady Cora pergi memasuki keretanya.
Melihat kereta itu pergi, Odelia menatap undangan di tanganya kemudian berjalan kembali memasuki toko.
“Siapa mereka, Cath?” melihat Odelia telah kembali Penelope segera bertanya.
“Tuan dan Lady Emerson” Odelia dengan tenang kembali duduk.
“Apa! Maksud mu Tuan Harvey Emerson!”
“Ayah Calix” Penelope terkejut mendengar nama itu, ia segera berdiri menatap Odelia di ikuti semua yang ada di meja.
“Ya, tenang saja mereka hanya ingin bertemu dengan ku” Odelia bersikap sangat tenang.
“Tapi..” Penelope tidak yakin dengan yang di katakan Odelia.
Mereka kembali menikmati pesta hingga sore hari, berjalan pulang bersama Penelope memeluk satu tangan Odelia.
“Katakan dengan jujur Cath, apa yang mereka inginkan bertemu dengan mu”
Penelope merasa pasti ada yang sembunyikan Odelia padanya.
“Baiklah, mereka ingin makan malam bersama ku malam ini” Odelia mengeluarkan undangan dan memberikanya pada Penelope, ia segera membaca undangan itu.
“Kamu akan pergi?” Penelope.
“Tentu saja” Odelia dengan santai.
“Cepatlah, aku harus bersiap sebelum matahari terbenam” Odelia mengambil undangan di tangan Penelope bergegas kembali ke rumah Catherine, Penelope pun segera mengejarnya.
......................
“Kamu yakin akan pergi makan malam dengan mereka?” Penelope memasuki kamar Odelia.
“Tentu saja” Odelia tengah merapihkan rambutnya dan mengenakan anting-anting, ia tetap dalam pendiriannya untuk pergi menemui kedua oeang tua Calix.
“Cath, biarkan aku pergi bersama mu?” Penelope menghawatirkan Odelia.
“Baiklah” Odelia sangat memahami apa yang dipikirkan Penelope saat ini, jika ia melarangnya pergi mungkin Penelope akan tetap pergi mengikutinya.
Penelope merasa lega Odelia mengijinkannya untuk pergi bersama, setelah bersiap keduanya segera menuju restoran yang cukup mewah di kota ini.
“Itu dia” Penelope serta Odelia berhenti di sisi lain gedung restoran dengan bangunan tiga lantai, tidak seperti kebanyakan bangunan yang menggunakan kayu hitam restoran ini terlihat kokoh seperti istana.
“Aku akan menunggu mu di toko ini” Penelope akan menunggu Odelia di sebuah toko yang telah tutup terdapat beberapa tempat duduk.
“Jangan membuat dirimu lelah, Pen” Odelia tersenyum dan pergi ke restoran itu.
...----------------...