Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amukan Keira!
Kedua tangannya menggenggam stir mobil dengan gelisah sesekali jari tangannya mengetuk stir mobil. Rasa bersalah di dalam dadanya tidak pernah hilang ataupun hilang sedikitpun. Dia juga tidak pernah bisa melupakan Keira yang sudah ia sakiti begitu dalam.
"Aku terlalu pengecut!" Logan memaki dirinya sendiri ketika ingatan masa lalu itu kembali melintas di benaknya. Dulu ia terlalu bodoh dan naif tidak berani mengakui pada kedua orang tuanya jika dirinya sudah jatuh cinta pada Keira. Bahkan dia masih ingat jelas jika dirinyalah pria pertama untuk wanita itu.
Kini masa lalunya yang selalu membayanginya kembali hadir di hadapannya. Logan tidak tahu harus berbuat apa mengingat kesalahannya sangat besar dan fatal.
"Apa yang harus aku lakukan?" Dengan gelisah ia bertanya kepada dirinya sendiri. Logan mengusap wajahnya dengan frustrasi.
Larut dalam segala pikiran yang berkecamuk, tidak terasa jam sekolah sudah selesai, semua murid telah membubarkan diri.
*
*
"Bu Guru sudah janji akan makan siang bersamaku dan Daddy," ucap Mia pada Keira yang sedang merapikan mejanya.
Keira tersenyum dan menatap Mia dengan lembut. "Iya, Bu Guru akan menepatinya." Sejujurnya Keira sangat malas bertemu lagi dengan Logan. Pria kejam itu sudah menghancurkan hidupnya tanpa belas kasihan.
"Yess! Aku sayang, Bu Guru." Mia sangat bahagia lalu memeluk kedua kaki Keira dengan erat.
Keira mengulas senyum seraya mengusap pucuk kepala gadis itu dengan lembut. Ia turut senang melihat gadis kecil itu bahagia. Bahkan ia tidak tega melihatnya bersedih. Nasib Mia sama seperti dirinya, kehilangan orang terkasih untuk selamanya. Bedanya Mia kehilangan ibunya, sedangkan dia kehilangan putranya.
Keira menarik nafas panjang ketika Keira menggandengnya keluar kelas. Ia mengumpulkan energi untuk berhadapan dengan Logan.
"Mia, Bu Guru akan naik mobil sendiri," ucap Keira pada Mia.
Mia menghentikan langkah, mendongak dan cemberut menatap Keira.
"Kenapa begitu?" protesnya, tidak suka dan keberatan.
"Ya, karena Bu Guru bawa mobil sendiri."
"Tidak bisa begitu, Bu Guru harus satu mobil dengan Daddy dan aku!" paksa Mia dengan bibir semakin cemberut, wajah semakin merah menandakan jika sebentar lagi akan menangis.
"Tapi, Mia..." ucapan Keira terhenti ketika melihat Logan memasuki area sekolah.
"Sayang! Ayo, pulang!" seru Logan pada putrinya lalu beralih menatap Keira yang memalingkan wajah tidak mau menatapnya.
"Daddy, Bu Guru sudah janji akan makan siang bersama kita, tapi Bu Guru tidak mau satu mobil dengan kita!" adu Mia pada Daddy-nya.
Logan mendekat lalu menarik tangan putrinya lembut. "Tidak boleh begitu. Bu Guru pasti sibuk, jadi Mia tidak boleh memaksa." Logan berusaha memberikan pengertian pada putrinya, tapi sayangnya Mia malah tantrum dan menangis histeris.
"Mia!" bentak Logan pada putrinya. Ia kesal karena putrinya ini sudah keterlaluan.
"Kenapa kau membentaknya?!" balas Keira membentak Logan tidak lupa melayangkan tatapan dingin dan tajam.
"Dia sudah keterlaluan!" jawab Logan, menatap Keira.
"Kalau tidak becus jadi orang tua tidak usah membuat anak!" amuk Keira lalu menarik lembut tangan Mia dan menggendong gadis kecil itu yang masih menangis histeris.
Logan terkejut, dan hatinya rasanya seperti di cubit mendengar amukan Keira.
"Sudah jangan menangis ya, Bu Guru sayang Mia. Bagaimana kalau Mia naik mobilku dan Daddy-mu bisa mengikuti dari belakang dengan mobilnya sendiri?" Keira membujuk sekaligus menenangkan Mia yang masih menangis tersedu-sedu.
Gadis kecil itu terkejut dan syok karena pertama kalinya sang ayah membentaknya seperti tadi.
Mia mengangguk sebagai jawaban atas ucapan Keira.
Melihat Keira sangat lembut pada Mia membuat Logan terpaku di tempat. Tidak menyangka kalau wanita itu sangat perhatian dan sayang pada putrinya.