Sinta tidak tahan lagi dengan perlakuan tidak baik dan semena-mena oleh Ayah dan keluarganya, terlebih mereka selalu menghina Ibunya.
Sinta yang awalnya diam saja, sekarang tidak lagi. Dia akan membalas sakit hati Ibu nya kepada orang-orang yang sudah menolehkan luka di hati Ibu.
Apa yang akan Sinta lakukan untuk membalaskan luka sakit hati sang Ibu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30 Cari Muka
Tok...tok...
"Ya masuk." titah David mempersilahkan masuk.
Bagas berjalan menghampiri meja kerja David. David yang sedang menyelesaikan berkas-berkas mendongak menatap ke arah Bagas.
"Sore, Pak. Saya..."
"Mau apa lagi kamu, Bagas? kamu masih nggak terima dengan keputusan saya tadi yang berani membentak kamu!." sanggah David memotong pembicaraan Bagas dengan sang ketus.
"Oh tidak Pak. Saya tidak akan melakukan hal itu kok, karena saya merasa bahwa saya tidak salah. Jika saya bersikap demikian seharusnya Bapak patut mencurigai saya, bukan?." ucap Bagas.
"Saya menghadap ke ruangan Bapak hari ini,
karena saya ingin memberikan laporan yang telah saya buat ini, Pak. Saya juga menyertakan beberapa bahan untuk persentasi penting yang hendak di lakukan esok hari. Mohon di cek ya Pak! Jika Bapak tidak puas dengan hasil kerja saya ini, mohon berikan koreksi nya, supaya persentasi saya besok menjadi sempurna." ucap Bagas menjelaskan.
"Oh begitu kirain apaan, ya udah sini!." balasnya.
Selang beberapa menit, David melihat laporan dan juga bahan persentasi yang telah di buat Doni atas nama Bagas.
Bagas tersenyum melihat ekspresi David yang terlihat tampak puas.
"Hhmm bagus, good job Bagas. Saya suka! Nah ini nih yang saya suka dari kamu. Kinerja kamu sangat bagus, brillian dan selalu memuaskan saya. Oke good job nggak ada masalah kok, aman." ujar David.
"Syukurlah kalau begitu, kalau begitu saya permisi dulu yah Pak. Saya harus mengerjakan beberapa pekerjaan lagi. Sekaligus memotoring laporan bulanan yang telah anak-anak kerjakan hari ini karena dari tadi saya pantau masih ada beberapa karyawan yang memberikan laporan keliru mulu. Jadi saya terus memotoring kinerja mereka semua." pungkas Bagas.
"Good! tapi kan ini sudah mau jam pulang kantor, Gas. Kan kamu masih bisa kerjakan di esok hari." ucap David dengan nada lembut tidak seperti di awal tadi yang berbicara ketus pada Bagas.
"Oh tidak apa-apa Pak. Kan lebih cepat lebih baik? saya pulangnya nanti agak malaman seperti biasa, gak papa kok Pak." sahut Bagas.
David menegakan badannya dan menyandarkan tubuhnya seraya tersenyum menatap Bagas. "Bener-bener hebat kamu, Bagas. Saya benar-benar salut dengan kamu. Selain kinerja kamu yang sangat brilian, totalitas kamu dalam bekerja pun patut di acungi jempol!." David seraya memberikan jempolnya.
"Tapi kamu atur-atur baiknya seperti apa, tapi ingat jangan lupa jaga kesehatan mu, kamu juga jangan keseringan lembur." balas David seraya terus memuji Bagas.
"Baik Pak, terima kasih. Kalau begitu saya ijin permisi dulu yah, Pak!." pungkas Bagas sembari melangkah keluar dari ruangan David.
David melangkah berjalan masuk ke dalam ruangan, Doni dan Edo, mereka masih berada di sana.
Bugh.
Bagas melayangkan pukulan ke kepala Doni, seketika membuat Doni menoleh mengenyitkan alis nya ke arah Bagas, kenapa tiba-tiba Bagas memukulnya.
"Apaan sih lu sob pake acara noyor kepala gue segala? kesambet lu ta?." tanya Doni
"Mantap lo Don! keren. Gak salah gue mempercayakan semua itu ke lu, kerjaan lu gak pernah gagal soalnya. Bos besar sangat menyukainya, mantap! lu memang yang terbaik!." ucap Bagas penuh semangat memuji Doni.
"Halah biasa aja kalau itu mah, kecil." ucap Doni menyombongkan diri.
"Asyik kalau gitu, ntar malem bakal ada party dong, ya! bisa kali." sahut Edo ikut menyambar.
"Ah lu Do party mulu kerjaannya, perasaan yang kerja nya bagus kan si Doni, kok lo sih yang heboh minta reward nya, heran." balas Bagas.
"Tau nih, kan lu tau banget kalau gue nggak suka minum, nanti yang ada lu yang keenakan!." ucap Doni.
"Ya gak papa dong, Don! kalau si Bos lo gak todong kayak gini, dia mana bisa mikir, lagian lu tuh sih lempeng banget jadi orang tiap ngerjain kerjaan nya si Bos. Bukannya minta reward malah diem-diem bae, keenakan tuh dia!." cerocos Edo mengompori Doni.
"Bangs*t lu Do, kompor!kompor! bisa diem nggak lo, nyambar aja kerjaan nya, heran." balas Bagas.
"Gak asik lu Don, gue mau balik, ah. Lama-lama gue pusing ngomong sama lu berdua." pungkas Edo seraya mengenakan jaket dan hendak pulang.
"Idih apaan sih, ngga jelas banget lu! marah-marah mana langsung balik lagi, hahaha,"
"Gue juga langsung balik, yah Bos. Capek gue seharian, double job soalnya." ucap Doni yang juga ikut pamit pulang.
"Lah lo juga balik juga, Don. Ya udah oke, thanks ya Don! Nanti kalau lu lagi buruh apa-apa bilang aja ke gue, gampang!." balas Bagas.
"Lah lu gak akan balik juga Bos?." tanya Doni heran yang melihat Bagas justru duduk di kursi kerja nya sembari membuka laptopnya.
"Kagak, gue balik malem, biasa cari muka dulu hahaha." Ucap Bagas nyengir.
Doni hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Bos nya itu.
"Mony*t lu kebiasaan! Ya udah bye!." pungkas Doni seraya melangkahkan kaki dan pamit pulang.
Bagas pun membuka file laporan yang telah Doni kerjakan di laptop nya sambil membuang-buang waktu bermain games hingga langit menjadi gelap.
***
Tak terasa waktu berlalu, langit pun sekarang nampak gelap. Bagas melirik jam di dinding kantor menunjukkan pukul 9 malam, Bahas pin bergegas absen dan bersiap-siap untuk pulang.
Ting.
"Siapa lagi sih ini? jangan bilang ini adalah si orang misterius br*ngs*k itu lagi," gerutu Bagas seraya merogoh ponsel yang ada di saku nya dan membuka pesan itu.
[Adel : Gimana? kamu sudah memikirkan mau membungkam mulut anakmu itu bagaimana?.]
Ternyata yang mengirim pesan pada Bagas kali ini adalah Adel, dia menanyakan perihal Sinta yang sempat aku lupakan.
[Bagas : Oh yah Sinta, duh gimana ya aku belum memikirkan cara untuk membungkam anak ku itu, Sayang. Otak ku buntu, kamu ada ide ngga?.]
[Adel : Ya ampun, Bang. Dari pagi sampe malem kaya gini kamu masih belum bisa mikirin hal kecil kaya gitu, kamu itu t*l*l atau beg* sih sebenarnya, Bang! makannya punya otak tuh jangan di anggurin mulu bisa nggak sih? untuk kali ini kamu pikirkan saja caranya sendiri. Jangan temui aku atau mengirimkan aku pesan sebelum kamu benar-benar mengatasi masalah yang satu itu, bye!."
***
"Ayah tidak pulang, Bu?." tanya Sinta sembari membantu Ibu menyiapkan bahan jualan.
Ibu menggeleng. "Tidak tahu, Ayahmu mungkin lembur.
Sinta menatap wajah Ibu dengan sorot mata sedih, teringat jika pagi tadi dia memergoki Ayah nya bermesraan dengan Tante nya. Bukan hanya sekali tapi sudah berkali-kali, tetap saja Sinta merasa sedih dan amat sangat marah dengan kelakuan Ayah kandungnya itu. Dan tadi siang Sinta baru saja mengirim bukti foto selingkuhan Ayahnya bersama adik ipar ke meja atasan Ayah.itu masih ada
"Sinta, kenapa kamu senyum-senyum sendiri?." tanya Sarifah kepada anaknya itu.
.
.
.
Bersambung...
biarkan adik ayahmu yg mmbalas perbuatan bejat mereka sinta