Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Pagi menjelang...
Mamah Ila segera berangkat untuk menemui Iva. Tapi tidak semudah yang ia bayangkan. Untuk bisa bertemu dengan Iva, membutuhkan waktu yang cukup lama dan butuh perjuangan.
"Pak, saya ingin bertemu dengan mantan menantu saya. Tolong ijinkan, saya mohon. Ada hal yang ingin saya bicarakan dengannya dan ini sangat penting tidak bisa di tunda lagi," ucap Mamah Ila menangkupkan kedua tangannya di dada dan pasang wajah mengiba di depan dua orang security.
"Hem, anda pikir kami tidak tahu bagaimana tabiat anda? Kami sempat melihat live di gedung waktu itu. Anda memang tidak punya malu ya? Mungkin urat ma lu anda sudah putus ya wanita tua," ucap seorang security sembari menjengitkan bibirnya.
Darah Mamah Ila serasa mendidih, tapi ia mencoba untuk menahan emosinya demi tercapainya tujuan. "Pak, saya mohon karena...
"Cukup ya Bu! Cepat pergi dari kantor ingin, sebelum kami berbuat ka sar dengan me nyeret paksa Ibu!" ucap lantang satu security yang memang terkenal galak.
Tubuh Mamah Ila terasa gemetar dan keringat dingin bercucuran begitu saja. Ia bahkan sempat menelan salivanya begitu kasar. Sejenak ia juga terlonjak kaget. "Duh, sadis amat security yang satu ini. Bagaimana ya caranya supaya aku bisa masuk dengan mudah ke kantor itu?" batinnya terus memutar otak mencari ide yang cemerlang.
Mamah Ila memutuskan pergi dari pelataran kantor tersebut. Tapi ia tidak lantas pulang ke rumah melainkan duduk di luar gedung kantor tepatnya di pinggir jalan tanpa sepengetahuan dua security tersebut.
Berjam-jam ia menunggu mobil Iva keluar hingga tak berapa lama muncul mobil yang di kendarai oleh Iva. Dengan gerak cepat Mamah Ila menghadang laju mobil tersebut dengan merentangkan kedua tangannya. Hampir saja Iva menabraknya untung saja ia dengan cekatan menginjak rem mobil.
"Astaghfirullah, hampir saja. Untuk apa wanita ja hat itu datang kemari? Menyebalkan sekali, tidak ada jeranya berulah," batin Iva dengan sangat terpaksa keluar dari mobil untuk menemui mantan mertuanya.
"Mau buat masalah lagi? Aku nggak ada waktu, cepat minggir sama!" bentak Iva sembari berkacak pinggang.
Dalam hati Mamah Ila sangat kesal melihat tingkah mantan menantunya. "Sombong, baru jadi orang kaya udah berlagak banget. Berani banget sama orang tua. Walaupun aku ini sudah bukan mertuanya, seharusnya dia masih hormat padaku dan punya sopan santun."
Mamah Ila tidak sadar jika saat ini pasang wajah sinis hingga membuat Iva kembali berkata. "Kenapa, nggak terima? Ya sudah nggak usah halangi laju mobilku! Lagi pula kita sudah nggak punya hubungan sama sekali. Walaupun surat cerai belum keluar, tapi aku sudah menganggap Mas Damar mantan suami dan kamu mantan mertua."
Wajah Mamah Ila berubah tersenyum sembari meraih kedua tangan Iva dalam genggaman tapi secepat kilat Iva menepis genggaman tangan mantan mertua bahkan ia membersihkan kedua tangannya dengan hand sanytaser.
"Iva, Mamah dan Damar memang bersalah padamu. Tolong maafkan kami dan berikan waktumu sebentar saja karena ada hal penting yang ingin Mamah bicarakan denganmu," ucapnya singkat.
"Mau apa lagi? Aku sudah hafal watak kalian berdua. Yang ada di otak kalian hanya itu uang dan uang saja. Setelah tahu identitas asliku, kamu berubah sok manis seperti ini. Kamu pikir, aku akan luluh dan percaya dengan trik basimu itu? Sudahlah, nggak usah mengulur waktuku karena waktuku sangat berharga. Dan bagiku kalian itu sudah seperti orang asing. Pergi sebelum, ku panggil security untuk menyeretmu!" ucap lantang Iva, ia segera masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan cukup keras sehingga membuat Mamah Ila tersentak kaget.
Tapi Mamah Ila masih kembali merentangkan kedua tangannya di depan mobil Iva. Dengan tiada henti, Iva memencet klakson yang berhasil memekakkan telinga Mamah Ila.
Dengan terpaksa, Mamah Ila minggir sembari menutup kedua telinganya.
Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Iva untuk segera melajukan mobilnya. Baginya sudah tidak penting lagi berhubungan dengan mantan suami dan mantan mertua. Apalagi selama ia hidup di rumah Mamah Ila, tidak pernah di perlakukan dengan baik.
"Huh, dia pikir aku akan memberikan kesempatan untuk mengobrol denganku. Sekali menyakiti tidak akan pernah aku melupakan. Aku yakin, niatnya tidak baik." batin Iva.
Sementara Mamah Ila menghentakkan kakinya pergi dari depan kantor Iva.Tapi ia tidak pulang ke rumah. Justru ia mencari tahu tentang tempat tinggal Iva yang baru lewat alat komunikasinya.
Setelah ia mendapatkan alamat rumah Iva, ia memesan taxi online untuk segera ke lokasi yang sudah di tuju. "Kali ini aku harus berhasil mengajak Iva untuk segera berbicara. Tidak peduli seberapa lama aku menunggu Iva balik dari kantor. Aku pikir mudah untuk menaklukkan nya ternyata dia sungguh keras kepala."
Setelah sampai di depan pintu gerbang rumah Iva. Mamah Ila sempat terperangah. "Astaga, rumah Iva yang baru benar-benar seperti istana di negeri dongeng. Besar sekali, bahkan di bandingkan dengan rumah kami sangat kalah. Wah kelak jika Damar sudah rujuk dengan Iva. Aku kan mengusulkan untuk tinggal di rumah ini saja."
Mamah Ila menunggu begitu lama, hingga akhirnya ia bisa tersenyum lebar saat melihat mobil yang dikemudikan oleh Iva datang.
"Astaghfirullah, dia lagi dia lagi. Nggak ada jeranya malah datang ke rumah," gumam Iva sembari mendengus kesal.
Akhirnya Iva memutuskan untuk menemui mantan Ibu mertuanya. Tapi tidak di dalam rumah. Ia sengaja menghentikan laju mobilnya telati di depan pintu gerbang dan ia keluar dari mobil menghampiri nenek tua itu. "Ada apa lagi sih? Kurang puas dalam menyakitiku, hah?" tatap tajam Iva bak sebilah pisau yang siap di hunuskan.
"Iva, apa nggak sebaiknya kita bicara di dalam rumahmu itu. Mamah kan ingin tahu juga seperti apa isi rumah barumu itu. Boleh ya Iva?" rengek Mamah Ila.
"Nggak usah basa basi, katakan apa maksudmu ingin bertemu denganku. Aku nggak ingin rumahku di kotori oleh orang sepertimu." Iva terus saja menatap tajam mantan mertuanya sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.
Lagi-lagi Mamah Ila bergumam dalam hati. Ia sangat kesal dengan sifat Iva dan terus menerus merutuki mantan menantunya itu. "Aku nggak menyangka jika Iva seberani ini padaku. Padahal...
"Cepat katakan, sebelum aku berubah pikiran. Karena lain hari aku tidak akan memberimu kesempatan untuk bisa berbicara denganku seperti ini!"
Perkataan Iva berhasil membuat lamunan Mamah Ila buyar dan hampir saja ia tersentak kaget. "Sialan neh Iva! Ternyata tidak seperti yang aku pikirkan. Belum juga aku berkata niatku, dia sudah lan cang bicara. Kok aku jadi pesimis ya?" batin Mamah Ila di liputi oleh rasa resah gelisah.
Awalnya dia sangat yakin bahwa usahanya akan berhasil. Tapi setelah ia jalani justru menjadi pesimis karena untuk bertemu dengan Iva saja butuh perjuangan berjam-jam. Tidak seperti yang ia bayangkan. Lantas apakah ia akan melanjutkan rencananya itu atau mengurungkan niatnya?
gak mau orang jahat yang datang