"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu siapakah jodoh yang tepat untuk Leah? Austin atau Alister?..
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Setiap manusia pasti memiliki rahasia, tujuan mereka seperti itu adalah tidak lain karena keserakahan. Dimana mereka menginginkan satu hal tanpa berani melepaskan hal lain. Keserakahan di sini bukan selalu dalam arti negatif, lebih ke sifat manusiawi yang ingin memiliki banyak hal tanpa kehilangan apapun.
Tapi jika terlalu berlebihan, bisa jadi masalah, terutama jika akhirnya malah menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Leah menatap dirinya pada cermin besar, tubuhnya berbungkus korset. Jane, pelayan Belly masih setia membantu mengenakannya.
"Apa aku juga serakah?." Pikir Leah. Wanita itu ingin membalas budi dengan menikah, tapi di saat yang sama, dia belum yakin dengan perasaannya. Dia ingin menjalankan tanggung jawab tanpa benar-benar melepaskan kebebasan hatinya. "Ternyata ini bentuk keserakahan ku karena ingin menggenggam keduanya."
Leah menghela nafas panjang.
Di negara ini, setiap putra dan putri bangsawan telah dijodohkan oleh orang tua mereka. Tidak semua tapi sudah jadi tradisi untuk mencapai status kehormatan tertinggi. Leah sudah tahu itu dan ia tak bisa lari, tinggal menikmati kehidupan yang telah ditata dengan baik, tapi kenapa sekarang ia ragu?.
Bukankah tinggal menikmatinya?.
"Sudah selesai." Jane menutup kembali pakaian Leah setelah korset terpasang.
"Baiklah."
Pelayan itu keluar dan berlalu untuk kembali ke mansion.
"Leah!." Panggil bibi Maria dari luar.
"Kenapa bi?."
"Itu ada tamu, cepat temui."
Leah mengerutkan keningnya, wanita itu pun keluar untuk melihat siapa yang datang. "Ketua Jay!?."
Setelah beberapa minggu tak bertemu Leah bersua kembali dengan mantan atasannya.
"Apa kabarmu baik?."
"Tentu saja, bagaimana dengan ketua?."
"Seperti yang kau lihat dan ini berkat bantuanmu aku berada di posisi yang stabil." Balas Jay.
"Syukurlah." Leah senang.
"Leah, aku tak bisa lama-lama di sini. Ini hadiah yang ingin ku berikan untukmu sekaligus aku ingin merepotkan mu juga." Ketua Jay mengeluarkan sebuah kotak lain berwarna putih. "Ini berkas yang diminta oleh Nexora Group, tapi aku tak bisa memberikannya langsung. Anakku yang kedua sedang sakit Leah aku harus segera menyusulnya ke rumah sakit. Apa kau tak keberatan?."
Leah terkejut mendengar itu. "Tentu, biar aku saja yang menyerahkannya ke kantor. Cepatlah pergi."
"Terimakasih Leah."
Setelah mengobrol sebentar ketua Jay langsung pergi menancap gas mobilnya meninggalkan pelataran rumah itu.
Leah menatap kotak putih yang dititipkan ketua Jay. Sudut mata Leah tertuju pada kediaman pribadi Alister yang tidak jauh dari rumahnya, ia bisa menyerahkan melalui pria itu.
Namun karena Leah masih cukup malu dan canggung setelah kejadian di semak-semak, wanita itu mengurungkan niat. "Jika menyerahkannya pada direktur Ali pasti ada saja yang dipersulit, jangan Leah. Sepertinya ia juga sedang tidak ada di kediaman."
Leah akan langsung memberikannya pada Austin, tapi sudah beberapa kali melakukan panggilan pria itu tak menjawab sama sekali. Tak biasanya Austin seperti itu. "Apa karena sangat sibuk? berkas ini penting jadi aku harus segera menyerahkannya."
"Bibi aku pergi dulu!." Ucap Leah mengambil kunci mobilnya.
"Sekarang?."
"Iya."
"Yasudah, jangan kebut-kebutan."
Maria melihat kepergian Leah hingga hilang dari pandangan.
Karena Austin susah dihubungi, Leah memilih mendatangi perusahaannya saja. Tak memakan waktu lama akhirnya Leah tiba di parkiran perusahaan.
"Ini sudah 10 panggilan, kenapa tak terjawab semua?."
Leah diam sejenak, mungkin saja Austin sedang genting mengurus pekerjaan. Wanita itu keluar dari dalam mobil dan memasuki lantai utama untuk naik lift.
Di tengah perjalanan, pintu lift Leah terbuka. Mata hazel nya terbelalak saat melihat seseorang yang akan masuk dan bergabung.
"Alister.."
Mata Ali bertemu dengan Leah. Sejenak keduanya saling tatap.
"Ah Leah kau sedang di sini?." Tanya Chris yang selalu excited.
"Iya." Balas Leah segera mengalihkan pandangan.
Leah geser ke sebelah kanan saat dua pria bertubuh tinggi ikut masuk lift. Rasanya jadi sempit karena tubuh mereka yang besar dan kekar itu. Apalagi Alister.
Lift kembali berjalan.
"Apa ada sesuatu yang ingin dilakukan?." Penasaran Chris saat melihat kotak yang dibawa Leah.
"Benar, aku harus menemui Austin untuk menyerahkan ini."
"Oh begitu. Kebetulan kita juga akan ke sana."
"Benarkah?."
"Iya."
Bisa saja Leah menyerahkannya melalui mereka tapi karena aturan Alister rumit Leah tak mau kejadian awal terulang lagi, maka dari itu ia akan tetap menemui Austin.
Lift mereka tiba di lantai tujuan, tempat di mana ruang CEO berada.
"Silahkan anda duluan direktur." Ujar Leah pada Ali.
Namun Alister tak sempat menjawab saat seseorang menghubunginya. Ia berjalan menuju arah lain.
"Ah Leah kau duluan saja." Timpal Chris.
"Baiklah kalau begitu."
Leah melangkahkan kakinya menuju ruang CEO, tak perlu mengetuk pintu karena Leah sudah tahu kata sandi pintunya. Tak lama pintu itu terbuka, Leah masuk ke dalam. Dua langkah berjalan seketika langkah Leah terhenti.
Wanita itu berdiri mematung, matanya tak berkedip. Sebuah lonjakan yang terasa menghantam menyudutkan diri Leah dengan dalam, perasaan berat yang menekan dirinya beberapa hari ini kembali terasa bahkan hampir meledak. "Apa ini?."
Leah membeku saat mendengar desahan kenikmatan yang bersahutan dari dalam kamar pribadi Austin.
"Tuan.." Lirih Chris yang tiba di sana juga.
Alister mengangkat tangannya untuk menahan. "Biarkan saja."
Mata Leah tertuju pada meja kerja Austin, di sana handphone pria itu berada. Pantas saja panggilannya tak dijawab rupanya ia sedang...
Leah masih terdiam seolah berusaha mencerna kejadian apa yang sedang dialaminya sekarang. Wanita itu melangkah mendekati kamar pribadi, celana dalam dan bra berserakan di lantai. Semakin dekat Leah semakin jelas pula desahan mereka.
Jantung Leah naik turun, tangannya yang gemetar menyentuh dada berusaha menyangkal. Sampai saat ini ia masih tak bisa berkata-kata, satu langkah lagi ia bisa melihat semuanya.
Deg.
Leah membeku melihat pemandangan dari dalam kamar pribadi Austin. Seorang wanita dan pria tanpa busana menyatu menggapai kenikmatan dalam keheningan untuk mencapai kepuasan.
Apa ini jawaban atas keresahan yang memberatkan hati Leah belakangan ini? rupanya benar.
"Austin.."
Mendapati suara yang familiar, Austin menoleh ke belakang. Pria itu terguncang bukan terhenyak lagi. "Leah!."
Kini Leah sudah bisa melihat siapa wanita yang sedang ditiduri calon tunangannya, wanita itu benar-benar tak menyangka jika hal konyol seperti ini akan menghampiri hidupnya.
Leah menunduk dengan perasaan yang sangat sulit dijelaskan, ia kembali menatap mereka berdua sebelum akhirnya mundur beberapa langkah dan memilih pergi meninggalkan ruangan itu.
"Tsk! sial, Leah!!!." Austin mencabut miliknya, ia keluar kamar untuk mengejar wanita itu
Namun di ruangan CEO sudah tidak ada Leah.
Sebuah tangan besar menahan tubuh Austin, Alister menatap dingin kakaknya. "Perhatikan penampilan mu, apa kau mau keluar ruangan dengan tubuh telanjang dan p*nis yang sedang ereksi?."
"Bagaimana pandangan mereka jika CEO Nexora Group ternyata seperti ini?."
"Kau!!!."
Mksh udah update lagi
Lanjut thor...makin seru critanya
Mksh othor...UP nya yg byknya dong, krg kalau cuma 1 mah
Mksh othor atas up nya, gak sabar nunggu part selanjutnya