Bercerita tentang kehidupan manusia yang terusik dengan keberadaan iblis, sehingga terbentuk suatu kelompok pembasmi iblis.
Diawal cerita pemimpin kelompok pembasmi iblis berhasil membunuh raja iblis yang sangat kuat tetapi harus mengorbankan nyawanya.
Perseteruan antara iblis dan manusia tidak sampai disitu, terus berlanjut pada keturunan berikutnya. Keturunan inilah yang menjadi akhir dari perseteruan antara iblis dan manusia.
Tokoh utama : 2 anak kembar anak dari pimpinan kelompok pembasmi iblis awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifki Arifandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#21
“Benar atau tidak, semua itu atas izin Tuhan. Mungkin Tuhan sedang menguji mu, memilih jalan Tuhan yang sedikit harus berjuang dan penuh dengan pengorbanan atau bertahan mengikuti ketidak beneran yang hasilnya mudah di dapatkan.”
“Bukankah itu Tuhan yang sebenarnya jika bisa mengabulkan apa yang kit butuhkan?!” bentak Ney.
Key tersenyum, “Untuk apa Tuhan menciptakan manusia hidup dunia?” tanya Key.
“Untuk menikmati hidup!” jawab Ney.
“Jika memang manusia dilahirkan di bumi hanya untuk menikmati hidup, kenapa Tuhan mematikan manusia?”
“Sudah cukup, jika memang perkataanmu benar, buktikan kepada kami!” lugas kata Silfi.
“Biar ku bantu jawab, Manusia lahir dan hidup di dunia hanya diberi 2 pilihan, taat terhadap ajaran Tuhan, atau taat terhadap ajaran iblis. Manusia sejak lahir sudah diberikan batas waktu hidup, proses dalam menjalani hidup adalah ujian dan kematian adalah akhir dari ujian itu sendiri.
Manusia yang taat terhadap Tuhan akan di berikan hadiah surga, sedangkan manusia yang mengikuti iblis akan dimasukkan kedalam neraka bersama iblis.” Key berbicara dengan wajah yang sangat serius.
“BUKTIKAN SAJA!” betak Silfi.
“Akan ku buktikan, besok kita ke batu itu, kami akan tunjukkan apa yang ada di dalam batu tersebut. Sudah berapa banyak penduduk yang tewas karena penyakit aneh?” ucap Key.
Saat mendengar pertanyaan Key, Silfi dan Ney menatap satu sama lain. Wajah mereka terlihat bingung dan heran.
“Bagaimana kamu bisa tau?” tanya Silfi dengan wajah terkejut.
“Tentu saja aku tau, kebanyakan penduduk mati mendadak bukan?”
“Iya benar,” jawab Silfi sambil menundukkan kepalanya.
“Lebih baik kalian hidup normal jika tidak ingin bernasib sama dengan orang-orang yang telah mati karena penyakit aneh itu.” Key menatap mata Silfi dan Ney.
Dengan sangat emosional Ney mengatakan, “Bukan karena hubungan kami yang mengakibatkan penyakit itu, tapi karena kesalahan kami lupa memberikan seserahan untuk batu itu!”
“Apa yang kalian berikan untuk batu itu?!” bentak Key.
Ney langsung menutup mulut dengan tangannya, kemudian menggelengkan kepalanya.
“Kami hanya memberikan persembahan berupa buah dan hasil pertanian,” jawab Silfi, wajahnya terlihat panik.
Key berseru, “Jangan membohongiku, dari ekspresi kalian memberitahuku kalau ada sesembahan lain!”
“Tidak ada!”
“Akan ku beri tau penyakit itu sebenarnya adalah penyakit yang disebabkan karena hubungan sesama jenis, banyak sekali jenis penyakit yang dikarenakan hubungan sejenis, tadi aku hanya menebak salah satunya. Bukan karena batu terkutuk itu!” tegas jawab Key.
Key menjelaskan secara detail penyebab kematian para penduduk. Setelah mendengar semua perkataan Key, Silfi dan Ney terlihat kebingungan karena apa yang dikatakan Key masuk akal.
“Kita sudahi saja pembicaraan ini, aku sudah bisa menebak apa yang kalian sembahkan untuk batu itu. Besok kami akan menunjukkan kalau batu itu adalah rumah iblis. Jangan sesekali kabur, seandainya kalian nekat kabur, kalian pasti akan diburu oleh hewan buas. Aku akan membuat tempat untuk beristirahat.” Key berdiri dari duduknya, mencari dan membangun tempat untuk tidur kedua wanita itu.
“Key aku mendapat kambing hutan besar haha….” Sky terlihat keluar dari semak belukar sambil menggeret kambing hasil buruannya.
“Hahaha, bagus Kak, malam ini kita pesta daging kambing.” Key mengacungkan jempolnya ke arah Sky sambil tersenyum lebar.
“Siapkan api! Aku akan membersihkan dagingnya terlebih dahulu.”
“Siap! Tapi tunggu sebentar aku menyelesaikan tempat tidur ini dulu untuk kedua wanita itu,” jawab Key.
Sky sibuk membersihkan kambing buruannya, setelah selesai membangun tempat istirahat untuk Silfi dan Ney. Key bergegas mencari kayu bakar. Malam ini mereka akan makan kambing guling.
Silfi melihat kebersamaan dan kedekatan Key dan Sky teringat masa lalunya saat bersama ibunya. Ibu yang sangat ia sayangi, terbesit pertanyaan dalam hati Silfi, “Apakah ibu bahagia melihat aku yang seperti ini?”
Silfi mulai sadar apa yang selama ini ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Harusnya ia menjadi wanita normal, mempunyai keturunan dan hidup bahagia.
Silfi mulai menyadari tidak semua pria memiliki kelakuan yang sama dengan ayahnya. Bukankah kebahagian itu ada karena adanya rasa sakit, 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan menjadi orang yang bisa memahami maka kita akan terhindar dari rasa sakit itu sendiri.
Jika bicara tentang hak setiap manusia, maka benar manusia memiliki haknya masing-masing untuk hidup seperti apa, tapi yang perlu diingat hidup bukanlah sebuah kebebasan, hidup bukanlah tentang siapa yang salah dan benar, sejatinya hidup di dunia adalah sebuah ujian.
Ada aturan, tidak membuat aturan sendiri, seandainya orang hidup berlandasan “selagi banyak orang yang melakukan maka cara hidup seperti itu adalah suatu kebanggaan dan normal saja” dampaknya sangat buruk.
Ya… kalau banyak yang melakukan kebaikan berdasarkan agama, tidak apa. Tapi jika lebih banyak orang melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama dan menjadi suatu gaya atau kebanggan, sungguh hal ini yang sangat di khawatirkan.
Dampaknya pada generasi yang lupa akan norma, timbulnya kekerasan, sudah tidak malu mengumbar lekuk tubuhnya terutama wanita dan hal yang tak pantas dilakukan manusia lainnya. Disini iblis bergerak bebas mengendalikan hati manusia, agar lebih tersesat.
“Kak apinya sudah siap, angkat kambingnya kita panggang sekarang,” keras ucap Key.
Dari kejauhan Sky menjawab, “Tunggu sebentar!”
Tak lama kemudian Sky membawa kambingnya, kambing itu langsung diletakkan di atas bara api yang membara, Key memutar kayu yang menusuk tubuh kambing.
Perlahan mulai menetes air dan daging mulai berwarna coklat. Kulitnya seperti dilumasi dengan minyak, mengkilap. Aroma kambing bakar yang menyebar kemana-mana, Silfi dan Ney mendekat.
“Boleh kami ikut makan?” tanya Ney sambil memegangi perutnya.
“Kalian juga lapar?” tanya Sky.
“Boleh, kemari! Kami pria yang tak bisa melihat wanita kelaparan dan diperlakukan kasar haha….”
Silfi dan Ney mendekat, duduk di atas batu di depan api unggung. Menunggu daging matang. Setelah daging matang mereka duduk melingkar menikmati kambing guling.
“Rasanya enak sekali!” Mata Ney terbelah nga, menikmati daging yang ia pegang.
“Bagaimana kalau seandainya kambing di dunia berhenti berkembang biak?” tanya Ke sambil tertawa-tawa.
“Jangan dong, lama kelamaan kambing akan punah jika berhenti berkembang biak dan manusia tidak bisa merasakan nikmatnya daging kambing ini haha,” ucap Ney sambil menggigit daging.
“Benar juga, aku tidak bisa membayangkan seandainya semua mahluk hidup baik tumbuhan dan hewan berhenti berkembang biak, manusia pasti ikut akan punah.” Key menepuk jidatnya.
“Pasti akan punah, bagaimana manusia bisa makan jika semua mahluk hidup berhenti berkembang biak? Aneh-aneh saja perkataanmu,” kata Silfi sambil menggelengkan kepala.
“Haha…. Ternyata semua sudah diatur dengan sedemikian rupa agar kehidupan di dunia ini tetap ada, adanya tumbuhan dan hewan adalah suatu nikmat untuk manusia. Mereka tidak protes akan takdirnya menjadi makanan dan mahluk yang membantu manusia, padahal mereka tidak memiliki akal.”
Sky tersenyum saat mendengar kata-kata Key.
