RAVASTARA ( Struggle Of Love And Sacrifice )

@@@@@@

Sudah dua hari sejak kepulangan Astara ke kediaman Rayder, dan selama dua hari itulah dia selalu memikirkan perkataan Ashlan pada Tristan, malam dimana Astara tidak sengaja mencuri dengar mengenai apa yang sedang mereka bahas.

Dan sekarang dia kembali terlihat sendirian di sebuah kafe tanpa ada kelima kakaknya yang menemani.

"Aku masih pusing dengan perkataan Bunda Melisa waktu itu, dan sekarang aku dibuat semakin pusing dengan kecelakaan kedua orangtua jiwa Astara,"

"Jika sudah seperti ini, siapa yang bisa kumintai tolong,"

Keluh Astara sambil menghela nafas panjang, berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang baru saja dia alami sekarang.

"Sepertinya kamu sangat hobi pergi sendiri tanpa pengawal," sahut seorang pria yang tiba-tiba langsung duduk di kursi di samping Astara.

"Siapa yang memperbolehkan dirimu untuk duduk di situ?," kesal Astara pada pria yang sempat dia hindari selama dua hari ini.

"Bukankah tempat ini kosong?,"

"Itu memang benar, tapi Tuan Ravandra yang terhormat, tidakkah kamu memiliki pekerjaan yang harus kau lakukan, kenapa kau selalu muncul saat aku sedang tidak ingin bicara denganmu," kesal Astara.

Ravandra yang melihat Astara kesal padanya malah tersenyum sambil terus menatap Astara tanpa henti.

"Aku bisa menundanya, lagipula lebih penting bertemu denganmu daripada pekerjaanku," jawab Ravandra sambil tersenyum.

"Itu berarti kau tidak memiliki tanggung jawab dalam pekerjaanmu,"

"Apa kamu khawatir jika aku kehilangan perusahaanku sayang ..."

"Tidak sama sekali, dan siapa yang memperbolehkanmu memanggilku sayang,"

"Aku hanya merasa terganggu saat aku ingin sendiri, dan entah darimana datangnya kau malah muncul dihadapanku," ucap Astara melanjutkan perkataannya tadi.

"Itu karena kita berjodoh, lagipula apa kamu tidak takut jika di culik lagi?,"

Mendengar perkataan Ravandra barusan, Astara jadi ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu. Dan sekarang di jadi penasaran dengan apa yang terjadi di rumah tua itu, tentunya dengan Olivia yang sampai saat ini tidak tahu keberadaannya dimana.

Padahal ada beberapa pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Olivia, namun dia malah tidak bisa lagi bertemu dengan Olivia.

"Sebenarnya apa yang terjadi waktu itu di rumah tua, dan apa kamu tahu dimana Olivia sekarang?," tanya penasaran Astara.

"Tidak terjadi apapun," jawab Ravandra yang tidak ingin jika Astara tahu kebenarannya.

"Sepertinya kau sedang membohongiku,"

"Jangan pikirkan apa yang sudah terjadi. Seharusnya, yang harus kamu pikirkan sekarang adalah acara malam ini," sambil mengusap sayang kepala Astara.

"Memangnya malam ini ada acara apa?," bingung Astara.

"Apa Arya tidak memberitahumu?," tanya balik Ravandra mengenai acara yang akan dia hadiri malam itu.

Dan sebenarnya bukan hanya dia saja yang akan hadir di acara itu, keluarga besarnya juga akan hadir di acara itu, dan Ravandra bermaksud untuk mengenalkan Astara pada keluarganya.

Yang besar kemungkinan akan di tentang keras oleh kelima kakak Astara, namun melihat Astara yang sepertinya tidak tahu mengenai acara nanti malam, membuat Ravandra berpikir jika Arya sengaja tidak memberitahu Astara.

Atau lebih tepatnya, kelima kakaknya tidak ingin jika Astara tampil di depan umum, dimana identitasnya sebagai putri dari keluarga Rayder akan di ketahui banyak orang.

"Kak Arya tidak mengatakan apapun padaku, memangnya nanti malam ada acara yang penting?," tanya balik Astara.

"Tidak ada, hanya pertemuan membosankan para pengusaha," jawab Ravandra yang menutupi kebenarannya.

Sebab, Ravandra berpikir jika dia tidak berhak untuk menjelaskan mengenai hal itu, dan memilih membiarkan Arya yang akan bicara nantinya.

Sedangkan Astara sendiri terlihat tidak begitu curiga dengan apa yang dikatakan oleh Ravandra barusan. Dan memilih untuk menikmati *milkshake* yang masih tersisa setengahnya.

Mengabaikan Ravandra yang masih menatap Astara sambil tersenyum, sambil melihat kearah luar kafe. Dimana Ravandra bisa melihat jika ada seseorang yang sedang memata-matai dirinya bersama dengan Astara.

Atau lebih tepatnya, orang itu sebenarnya ingin mendekati Astara karena maksud tertentu, namun saat melihat Ravandra mendekati Astara, dia urung mendekati Astara, dan berakhir hanya mengawasi apa saja yang mereka lakukan.

\*\*\*

**Dilain tempat**.

Arya terlihat sibuk melihat sekeliling galeri yang akan diresmikan malam nanti, dan acara tersebut bukan hanya peresmian pembukaan galeri saja.

Melainkan ada beberapa barang antik dan langka yang akan di lelang di tengah acara, karena itulah Arya sedikit sibuk dengan persiapan pembukaan galeri nanti malam.

"Apa ada yang kurang Arya?," tanya Tristan yang barusaja datang bersama dengan Ashlan.

Sedangkan Adrian dan Vian sudah lebih dulu ada di tempat itu sambil mengecek barang-barang yang akan di lelang nanti malam.

"Tidak ada kak, dan terimakasih atas pengamanan-nya," jawab Arya atas bantuan yang di berikan oleh Ashlan dan Tristan.

"Itu bukan masalah yang besar Arya, yang penting acara nanti malam berjalan dengan baik," jawab Ashlan sambil menepuk pundak Arya.

"Dan ... apa kau yakin ingin melelang barang itu kak?," tanya Arya memastikan barang yang Ashlan ingin lelang malam nanti.

"Untuk memancing ikan yang lebih besar, kita juga perlu umpan yang bagus Arya, dan kau tidak perlu khawatir, barang itu tidak akan jatuh ketangan yang salah," sahut Tristan sambil menyeringai.

"Jadi karena ini, kalian tidak ingin aku memberitahu Astara," ucap Arya yang sedikit banyaknya paham akan apa yang dilakukan oleh kedua kakaknya.

"Iya, karena aku tidak ingin jika dia terlibat dengan masalah yang rumit ini," jawab Ashlan.

"Aku paham, dan tidakkah kalian tahu jika adik kita memiliki orang yang kuat di belakangnya,"

"Jangan terlalu percaya dengan orang lain Arya,"

"Lagipula kami butuh bukti, bukan sekedar omong kosong yang mudah untuk di manipulasi," jelas Tristan memperingatkan Arya.

Mendengar perkataan Tristan tersebut, Arya memilih untuk diam. Sebab, dia tidak ingin bertengkar lagi dengan saudaranya.

Karena ada hal yang lebih penting yang harus mereka lakukan untuk saat ini, untuk mencari pembenaran jika apa yang mereka pikirkan selama ini bukanlah kesalahan belaka.

\*\*\*

**Di sebuah Mansion mewah**.

Seorang pria paruh baya terlihat sedang menikmati waktu luangnya bersama dengan sang istri yang sedang merangkai bunga di sebuah gazebo yang ada di tengah taman bunga yang mereka miliki.

"Apa kita akan hadir di acara nanti malam sayang ..." ucap sang istri yang masih dengan aktivitasnya merangkai bunga.

"Tentu saja, ini adalah acara besar putra dari sahabatku, dan aku ingin melihat kesuksesan mereka sebagai penganti kedua orangtua mereka," jawabnya tersenyum saat melihat sang istri yang fokus dengan merangkai bunga

"Meski mereka menganggap jika kamu penyebab orangtuanya tiada," sambil melihat kearah suami yang sedari tadi menatapnya.

"Ya, karena aku yakin jika suatu saat mereka akan menemukan kebenarannya, jadi ... yang harus kulakukan sekarang hanya menunggu,"

"Kau terlalu murah hati sayang,"

Dan setelahnya, mereka terlihat tertawa bersama, sambil menikmati suasana nyaman yang di kelilingi oleh tanaman bunga yang menyejukkan mata.

Sambil bersiap untuk menunggu badai besar yang nantinya akan menerpa kenyamanan yang mereka miliki sekarang.

**TBC**