Dia meninggal tapi menghantui istri ku.
Ku genggam tangan Dias yang terasa dingin dan Bergetar. Wajahnya pucat pasi dengan keringat membasahi anak rambut di wajahnya. Mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa, sekalinya menarik nafas darah mengucur dari luka mengangga di bagian ulu hati.
"Bertahanlah Dias." ucapku.
Dia menggeleng, menarik nafas yang tersengal-sengal, lalu berkata dengan susah payah. "Eva."
Tubuhnya yang menegang kini melemas seiring dengan hembusan nafas terakhir.
Aku tercekat memandangi wajah sahabat ku dengan rasa yang berkecamuk hebat.
Mengapa Dias menyebut nama istriku diakhir nafasnya?
Apa hubungannya kematian Dias dengan istriku, Eva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupa diri sendiri
Seno berjalan di tengah hutan berkabut yang gelap, berbagai macam makhluk menyeramkan tampak berkeliaran memperhatikan kehadirannya. Kabut tebal menutupi cahaya bulan yang bersinar penuh.
"Dimana aku?" dia berputar-putar melihat kesana kemari. Tiba-tiba mendengar orang sedang bicara, tapi tak menemukan keberadaannya.
"Cepatlah kesini!" seorang lelaki berteriak, jelas terdengar di telinga Seno.
"Iya!"
"Lihatlah! Kau suka?"
"Ya, aku suka!" jawab seorang wanita itu kemudian tertawa senang sekali.
Seno seperti orang linglung mendengarkan tawa khas yang sangat di rindukannya, dia yakin itu suara Eva.
"Tidak!" dia menggeleng.
Ketika ia memasang telinganya malah suara-suara itu menjauh. Tapi ketika dia berteriak memanggil Eva, suara itu seperti ada di dekat telinga.
"Eva! Kau dimana? Siapa yang sedang bersamamu?" teriak Seno.
"Aku mencarimu, Sayang. Pulanglah!" Seno terus berteriak sambil mencari ke berbagai arah, kakinya terseok-seok menginjak rerumputan yang kering, sosok-sosok hantu pun, tak kalah menyeramkan. Mereka tertawa mengejek, menyaksikan Seno yang sudah seperti orang yang kehilangan akal. Tubuhnya yang lelah itu limbung tersandung akar yang menonjol.
"Evaaaa...!!!" Seno berteriak di tengah hutan berkabut nan gelap itu, enggan beranjak dari posisi terjerembab sambil menangis.
Tiba-tiba sebuah tangan kecil terulur tepat di hadapan wajahnya. Seno pun, mendongak
"Kau? Siapa?" tanya Seno, menatap tajam sosok perempuan seperti anak-anak.
Namun sosok perempuan yang tersenyum itu kemudian berubah menyeramkan. Senyumnya berubah menjadi tawa, lalu seringai mengerikan nampak seperti ingin menerkam.
Byuurrr!
Seno melempar wajah perempuan itu dengan segenggam garam, namun perempuan itu terlalu lincah, dia berhasil menghindar dan berdiri tegak.
"Siapa kau?" tanya Seno.
Perempuan itu tersenyum sinis, lalu berbalik, berjalan menerobos apa saja yang ada di hadapannya. Tubuhnya yang kecil itu mampu mematahkan pohon-pohon seukuran betis orang dewasa, bahkan semak yang padat bisa terinjak merapat ke tanah. Membuat Seno melongo melihatnya.
Ia kembali menunduk lemas setelah perempuan kecil itu pergi jauh. Namun matanya terbelalak kaget ketika bekas genangan air yang mengering itu terdapat sebuah jejak kaki.
"Terbalik!" gumam Seno.
"Huh!...huh! Huh!" Seno baru saja terbangun dari mimpi buruknya.
"Syukurlah, kau sudah sadar dari mimpi buruk." kata Kiyai Rasyid, pria itu sedang duduk bersila menghitung tasbih di samping Seno.
"Eva Kiyai? Istriku!" kata Seno panik. Merasa mimpi itu nyata hingga memegangi dadanya.
"Minumlah, lalu ceritakan." titah Kiyai Rasyid. Memberikan air minum dalam botol yang mereka bawa.
Segera meneguk air putih yang di berikan Kiyai Rasyid, kemudian ia menceritakan tentang mimpinya.
"Gadis Muti!" Guam kiyai Rasyid. Menatap langit di kejauhan dengan raut wajah khawatir.
"Siapa gadis Muti itu Kiyai?" tanya Seno.
"Gadis yang tinggal di hutan sejak jaman dahulu kala. Mereka itu jenis makhluk yang menyesatkan di dalam hutan, karena kakinya terbalik. Mereka memiliki kekuatan yang besar, tenaganya pun tak main-main. Kami pernah merantau ke pulau Sumatera, dan kami menyebut mereka gadis muti, atau bisa juga di sebut gadis hutan. Tentu mereka tak hanya ada di Sumatera, di hutan besar lainnya pun ada, namun jarang di temui." kata Kiyai.
Seno menghela nafas, memikirkan Eva yang tak dapat di lihatnya meskipun di dalam mimpi.
"Kau mengenali suara pria yang berbicara dengan istrimu?" tanya Kiyai.
Seno menggeleng, tapi dia merasa tak asing.
"Ini sudah malam ke dua puluh satu istrimu hilang. Jangan sampai empat puluh hari, maka istrimu tidak akan pernah di ketemukan lagi." kata Kiyai Rasyid.
"Bagaimana caranya kita menemukan Eva, Kiyai?" kata Seno khawatir.
"Kita akan mencari keberadaan gadis hutan itu." kata Kiyai.
Hanya sebentar saja mereka tertidur, kemudian menghabiskan menunggu fajar dengan berzikir dan berdoa.
Pagi ini, mereka memutuskan untuk mencari perkampungan sekitar. Mereka harus mencari informasi terlebih dahulu sebelum terjun.
Lagipula, dalam penglihatan mata hutan rimbun itu tampak biasa, namun entah mengapa seperti ada misteri terselubung di balik arus sungai yang deras dan hutan tak terjamah manusia.
"Alhamdulillah, ada pemukiman warga di sekitar sini." kata Kiyai, pagi buta itu mereka tak menemukan kendaraan meskipun memutuskan untuk berjalan melewati jalan aspal.
Beberapa kali bertanya, akhirnya bertemu dengan seorang pria berpakaian serba hitam. Dia seorang dukun di kampung tersebut, tinggal tak jauh dari hutan yang akan mereka jelajahi.
"Seorang Kiyai, bertanya padaku." katanya dengan senyum Sinis, ketika Kiyai menanyakan pengalamannya memasuki hutan.
"Aku hanya manusia biasa, Ki." jawab Kiyai ramah.
Pria itu menilik wajah keduanya, lalu berjalan menuju gubuk kayu di belakang mereka. Seno dan Kiyai pun mengikutinya.
"Aku tidak pernah mendengar tentang perempuan hilang selama ini. Tapi jika lelaki? Ada." kata Pria bernama Sutejo itu mengelus jenggotnya.
"Kami ingin segera sampai, barang kali Aki pernah masuk ke hutan tersebut, aku ingin jalan yang cepat, anakku dalam bahaya." kata Kiyai Rasyid.
Pria berpakaian hitam itu terkekeh. " bukankah kalian yang berilmu putih tak menyukai keberadaan kami yang hitam ini?" kata dukun tersebut.
Kiyai tersenyum lagi, seraya menarik nafas lalu berbicara dengan lembut.
"Maafkanlah atas kesalahan paham itu saudaraku. Mungkin dalam ilmu yang bertentangan kita berbeda. Tapi percayalah kita hidup atas ciptaan tuhan yang sama. Jalan mu hitam, jalan ku putih, siapa yang tahu yang hitam itu kemudian malah bercahaya Karena kemurahan hatinya. Surga dan neraka hanya Allah yang tahu. Kita hanya manusia ciptaan yang sedang berusaha." kata kiyai dengan tawa ringan di wajah berserinya.
Laki-laki itu tersanjung mendengar ucapan Kiyai Rasyid yang tidak menghakimi dirinya. Padahal sejak awal sudah khawatir duluan.
"Aku bertanya sebagai saudara yang sedang mencari jalan. Barangkali saudaraku tau keberadaan gadis hutan itu." kata Kiyai lagi.
"Baiklah." pria itu mengangguk paham, Kiyai Rasyid berbeda dari Kiyai yang ia kenali. Pria bersorban itu sedang menunjukkan kerendahan hatinya, tidak usah beradu ilmu seperti yang lainnya.
"Pergilah malam lusa, ketika bukan bersinar penuh. Kalian akan melihat pintu gerbangnya terbuka. Aku pernah datang ke tempat itu satu kali, ketika anak saudariku hilang terbawa arus berputar di bawah pohon besar." jelasnya.
"Gerbangnya begitu rapat saudaraku." kata Kiyai Rasyid.
"Ya! Tapi jaraknya hanya sejengkal dari arus adalah alam mereka." kata pria itu dengan raut wajah sedih.
"Maaf, bagaimana dengan keponakan mu, Ki?" tanya Seno penasaran.
Pria itu menggeleng.
*
*
*
Di hutan berkabut, Eva duduk termenung di ambang pintu. Dia memikirkan semalam menghabiskan waktu duduk bercerita bersama Arya. Entah pukul berapa kemudian ia tertidur di ranjang kayu itu dan terbangun sudah tak menemukan keberadaan pria itu.
"Rasa-rasanya, semalam ada yang memanggilku. Tapi siapa?" ucapnya, semalam dia bermimpi ada seseorang yang sedang memanggil dirinya.
Beberapa hari tinggal di hutan ini membuat dia lupa akan kehidupan sebelumnya, lupa akan Gerry, lupa kepada Seno, lupa kepada anak sendiri. Bahkan tak ingat lagi siapa namanya sendiri. Meskipun masih terselip kata di dalam hatinya, yaitu pulang.
Brakk!
Suara kayu bakar yang di letakkan dengan kasar membuyarkan lamunannya.
"Ar!"
Pria itu tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya yang dalam.
Yg diacak acak rumh ..yg berantakan hati...gini amat yak jd dewasa...punya banyak kartu ATM tp gak ada saldonya,malam susah tidur ,pagi susah bngun /Facepalm//Facepalm/
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
nanti bosa sah negara
masa iya mati berjamaah kan g lucu lah pemeran utama kok mati nya berjamaah
ayo lah arya kasih balik lah si eva jgn oula kau tahan di alam mu kasihan klo di hati mu aq pun ogah kau kan jin.. wkwkwkwkkkk🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️
tp siapa n3nek itu yahhh mau nolong eva
wuihhh keren deh petualangan nua masuk demensi lain