NovelToon NovelToon
My Cold Bodyguard

My Cold Bodyguard

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: fasyhamor

KESHI SANCHEZ tidak pernah tahu apa pekerjaan yang ayahnya lakukan. Sejak kecil hidupnya sudah bergelimang harta sampai waktunya di mana ia mendapatkan kehidupan yang buruk. Tiba-tiba saja sang ayah menyuruhnya untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang di sekelilingnya di tumbuhi hutan belukar dengan hanya satu orang bodyguard saja yang menjaganya.

Pria yang menjadi bodyguardnya bernama LUCA LUCIANO, dan Keshi seperti merasa familiar dengan pria itu, seperti pernah bertemu tetapi ia tidak ingat apa pun.

Jadi siapakah pria itu?

Apakah Keshi akan bisa bertahan hidup berduaan saja bersama Luca di rumah kecil tersebut?

***

“Kamu menyakitiku, Luca! Pergi! Aku membencimu!” Keshi berteriak nyaring sambil terus berlari memasuki sebuah hutan yang terlihat menyeramkan.

“Maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku.” Luca terus mengejar gadis itu sampai dapat, tidak akan pernah melepaskan Keshi.

Hai, ini karya pertamaku. Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasyhamor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akan Mendapatkan Hadiah

“Kenapa aku harus menolongmu? Apa yang akan kudapatkan saat aku sudah menolongmu?” tanya Luca.

“Aku akan melakukan apapun untukmu, Luc. Bantu aku bebas dari sini.”

Luca tidak segera menjawab, ia mengeluarkan sebatang rokok dan pematiknya yang bergambar naga dari saku celananya. Pria itu menyelipkan rokoknya pada bibirnya dan mengisapnya dalam-dalam, lalu mengembuskan asap rokoknya tepat di wajah Nina.

“Aku mengajukan diri untuk membawa dirimu ke sini hanya untuk mengatakan suatu hal kepadamu.” jawab Luca setelahnya.

Wajah Nina sembab dan basah, ia masih berusaha keras untuk menunjukkan tatapan memohon pada Luca.

“Jangan pernah untuk menampakkan wajahmu di depan Keshi lagi.” Luca melanjutkan perkataannya.

Nina menggeram marah, tangannya terkepal kuat.

“Kenapa? Apa kamu sudah jatuh cinta dengan majikanmu sendiri?”

“Perasaannku bukanlah urusanmu.” selak Luca sambil terus mengisap dan mengembuskan rokoknya.

“Jadi benar bahwa kamu sudah jatuh cinta dengannya?” Nina bertanya lirih.

“Bukan urusanmu.” jawab Luca dengan tajam.

“Bukankah kita sama? Sama-sama di tinggal pergi oleh orang yang kita sayangi? Rio Sanchez bukan hanya membunuh ibuku, tapi juga membunuh adikmu. Bukankah itu benar, Luc?” ada senyum ganjil di wajah Nina melihat Luca yang terdiam dengan rahang yang mengetat kencang.

“Kamu bekerja di sini dan menjadi bodyguard Keshi karena ingin membalas dendam pada Rio?” Nina melanjutkan.

Luca membuang sebatang rokoknya ke bawah dan menginjak bara apinya.

“Salah total, aku bekerja di sini tidak sepenuhnya untuk membalas dendam. Aku ada di sini karena perlu mencari faktanya sebelum bertindak bodoh sepertimu.” jawab Luca tajam.

“Lalu jika memang Rio benar membunuh adikmu dulu, apa kamu akan membunuh pria itu dan juga gadis yang sekarang sudah kamu cintai?”

Luca bungkam, tangannya terkepal erat.

“Itu bukan urusanmu.”

Luca membalik tubuh dan berjalan keluar dari ruangan tersebut melewati jeruji besi.

“Jika kenyataan itu benar, aku akan selalu ada untukmu dan membantumu. Luc!” Nina masih saja berteriak dan mengatakan omong kosong pada Luca yang kini sudah menaiki tangga menuju atas.

Rick, rekan kerja Luca berhenti tepat di depan Luca yang terlihat menunjukkan wajah marah.

“Ada apa?” tanya Rick.

Luca menghela napas dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

“Bukan apa-apa. Kamu turun dan ikat gadis itu dengan kencang, jangan lupa untuk mengunci jeruji besinya karena tadi aku kelupaan menguncinya.” ucap Luca sambil berjalan melewati Rick menuju rumah para penjaga.

Rick mengerutkan dahinya bingung melihat sikap aneh Luca, ia mengedikkan bahunya dan turun menuju ruang bawah tanah.

...\~\~\~...

Luca berjalan menuju halaman belakang untuk merokok seperti biasa. Langkahnya terhenti saat melihat Keshi yang berdiri mematung dengan tubuhnya di balut sebuah selimut tebal.

Luca melangkah mendekati gadis itu dan berdiri di sebelahnya, matanya melihat wajah Keshi yang menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

“Nona Keshi?” tanya Luca.

Keshi masih terdiam, tak lama kemudian gadis itu menoleh dan mendongak, membalas tatapan Luca.

“Luca.” Keshi menyebut namanya.

Luca dapat melihat jelas bahwa kedua mata gadis itu memerah bengkak dan kemungkinan saja sehabis menangis.

“Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Luca, jarinya yang tadinya sedang memegang rokok baru, kini ia masukkan kembali ke dalam saku celana.

Keshi membuang muka, kepalanya menghadap lurus memperhatikan lapangan golf dan juga hutan lebat di depan sana.

“Aku tidak tahu butuh apa.” jawab Keshi dengan lirih.

Luca melepas jas hitamnya dan mengatakan, “aku tahu apa yang kamu butuhkan.”

Perkataan aneh Luca membuat Keshi menoleh dengan dahi berkerut bingung. Sedetik kemudian matanya melebar kaget.

Luca baru saja menarik tubuhnya dan memeluknya dengan erat, menenggelamkan wajah Keshi untuk bersembunyi dalam dada bidang Luca.

“Kamu bisa menangis sepuasnya, aku ada di sini untukmu.” ucap Luca sambil menyelimuti punggung Keshi dengan jas hitam yang sudah ia lepas.

Keshi menekuk bibir bawahnya, ia kembali memangis untuk kesekian kalinya. Sedikit berbeda kali ini karena Luca memeluk tubuh bergetarnya dengan erat. Rasa hangat dari suhu tubuh Luca membuat Keshi nyaman dan membalas pelukan tersebut.

“Luca…..” gadis itu masih terisak, beberapa kali terus menyebut nama Luca.

“Ya, aku di sini.” Luca menjawabnya dengan lembut.

Pria itu membiarkan kemeja putihnya basah oleh air mata Keshi, ia terus memeluk tubuh bergetar gadis itu.

...\~\~\~...

“Kamu lihat itu, paman?” Dante menyesap secangkir kopi sambil bersandar pada pintu dapur kotor yang menyambung dengan halaman belakang. Mulutnya berucap pada Rio yang berdiri mematung di sebelahnya, mata Dante tetap menatap lekat pada dua insan di depan sana yang sedang berpelukan.

Rio menghela napas panjang melihat putrinya berpelukan dengan pria lain.

“Apa kamu akan diam saja? Putrimu sedang berpelukan dengan pria lain.” Dante memprovokasi.

“Setidaknya Luca bukan orang asing.” jawab Rio.

Kedua pria itu masih tetap berdiri di sana, menonton Keshi dan Luca yang berpelukan erat.

Dante mendengkus mendengar jawaban pamannya.

“Apakah identitas Luca itu benar-benar nyata? Atau hanya tipuan? Apa tidak aneh melihat seorang mantan koki bisa menembak senjata dan menjadi seorang bodyguard?” tanya Dante.

Rio menoleh menatap keponakannya.

“Aku percaya dia memang seorang koki, mungkin saja setelah tidak menjadi koki, dia pernah berada di sebuah tempat yang mengharuskan dia melatih kekuatan dirinya.” jawab Rio setenang mungkin.

Dante menoleh, membalas tatapan datar pamannya.

“Paman tidak takut jika dia adalah orang yang dulunya pernah bekerja bersama Mikael atau para musuhmu di luar sana?”

“Sedikit, tapi aku lebih takut jika orang yang berada di belakang Luca adalah pihak kepolisian.” jawab Rio, mengalihkan tatapannya ke arah putrinya yang masih nyaman memeluk Luca.

Dante ikut menoleh dan menatap sepupunya.

“Benar, kita bisa mengalahkan para musuh organisasi lain di luar sana dengan mudah. Tapi jika sudah menyangkut tentang kepolisian, itu akan sangat sulit.” Dante menjawab dan berdecak lidah.

“Semoga saja Luca memang bukan orang yang berada di kepolisian untuk menangkap kita dan juga pekerjaan kita.”

...\~\~\~...

“Ehkem.” suara dehamam seseorang membuat Keshi melepas paksa pelukan itu.

Kepalanya mendongak dengan wajah sembab melihat Dante berdiri menjulang tinggi di sebelah tubuhnya yang mungil.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Dante?” tanya Keshi, tatapannya berubah tajam melihat sepupunya itu.

Dante mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusan, lalu menyalakannya dengan pematik. Pria itu mengisap rokoknya sambil matanya menatap datar pada Luca yang berdiri canggung di antara mereka.

“Masuk ke dalam kamar, adik kecil. Cuacanya semakin dingin.” titah Dante tanpa menatap Keshi dan hanya menatap Luca.

Keshi menatap Dante yang melihat Luca, lalu gadis itu menggeleng.

“Aku masih ingin di sini.”

“Masuk, cuacanya dingin.” Dante mengalihkan tatapannya pada gadis itu.

Keshi menahan kesal, kedua tangannya mengepal kuat. Jika Dante sudah memberikannya perintah, Keshi selalu tidak pernah berani menolaknya sejak kecil. Gadis itu berjalan melewati tubuh sepupunya sambil menghentak kedua kakinya kesal.

Dante mengembuskan asap rokoknya keudara, ia menatap lekat ke arah Luca yang sedang menggunakan jas hitamnya kembali.

“Luca. Luca. Luca.” Dante berdecak lidah, ia maju dan berdiri di sebelah pria itu.

“Apa kamu benar-benar bisa memasak?” tanya Dante.

Luca merapihkan jasnya dan mengangguk guna membalas pertanyaan Dante.

“Bagus, kamu tidak boleh sampai membuat adik kecilku kelaparan…” Dante menjeda perkataannya, satu tangannya merogoh senjata di dalam saku celananya, lalu mengarahkannya tepat di dahi Luca. “Jika kamu membuat adikku kelaparan, kamu akan mendapatkan hadiah dariku. Kamu tahu maksudku, bukan?” tanya Dante.

Luca diam, tidak takut sama sekali dengan senjata yang sedang terarah ke dahinya. Raut wajahnya datar dan matanya tajam menatap Dante.

“Aku tahu.”

1
Anna Kartika Ningrum
lanjut thor
Anna Kartika Ningrum
lanjut thor.. semangat
Amoramor: itu udah ada bab 27 yg baru
total 1 replies
Anna Kartika Ningrum
lanjiut thor.. suka cerita nya
Anna Kartika Ningrum
lanjut thor /Smile/
Anna Kartika Ningrum
bagus cerita nya thor.. kpn kelanjutannya
Amoramor: sabar yaa, lagi di review
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!