Adeline adalah putri dari kerajaan kecil yang diabaikan, setelah di jodohkan ia malah melarikan diri dari pernikahan dengan Grand Duke Bahdrika yang terkenal dingin setelah bercerai dari istri pertamanya. Siapa sangka setelah semua itu ia malah terlibat dengan putra grand duke, menjadi pengasuh duke muda dan tinggal di dalam Kediaman
Bahdrika.
Akankah identitas asli Adeline terbongkar?
Bisakah Adeline bertahan tinggal di kediaman itu?
Nantikan alur ceritanya pada bab-bab yang akan datang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lasri Anariya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Melvin.
Bab 8
"Ayah akan pergi Adeline, tidak kah kau sedih? jika kau ingin ayah tinggal maka ayah akan tinggal saat ini juga." Erick merengek sambil memeluk Adeline di depan banyak tentara bayaran lainnya.
"Tidak usah pergi, tetaplah di sini dan cuci semua pakaian kotor di rumah. Malu lah sedikit dengan usia mu," ucap Anna tidak kuasa menahan malu.
Erick nampak tidak senang dengan ucapan Anna lantas ia pun beranjak dan memeluk sang istri, "Kau juga sama saja, aku akan pergi lama. Tapi lihatlah kalian berdua menangis saja tidak, aku sangat kecewa."
"Ayah akan pulang 'kan?" tanya Adeline membuat Erick heran lalu ia mengangguk, "Itu saja sudah cukup. Aku dan ibu bukan tidak sedih, kami hanya percaya pada ayah kalau nanti ayah akan kembali. Buat apa menangis saat ayah akan pergi meraih kehormatan sebagai pahlawan dalam perang, kami akan menantikan ayah kembali jadi pergilah dengan rasa bangga."
"Aku mencintai kalian berdua," ucap Erick meski berlinang airmata, beberapa saat setelah itu kereta yang di tumpangi semua tentara bayaran melaju meninggalkan desa.
"Ibu kembali saja dulu aku akan menyusul setelah membeli beberapa barang," ucap Adeline, ia berlari meninggalkan Anna menuju sebuah gang.
Anna pun kembali sendirian setelah membeli bahan masakan untuk siang nanti, dari kejauhan Anna melihat seorang pria berdiri di dekat pagar rumah membelakangi dirinya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Permisi tuan, apa anda butuh sesuatu?" tanya Anna setelah ia berdiri tepat di belakang pria tersebut.
Saat pria itu berbalik Anna terkejut setengah mati melihat wajah yang tidak asing dalam ingatannya, tangan wanita paruh baya itu mulai basah karena keringat dingin. Sebisa mungkin ia mengatur ekspresi agar tidak terlihat mencurigakan di depan pria yang tidak lain adalah Melvin.
"Maaf nyonya. Kemarin teman saya menjual tanaman herbalnya pada saya, karena tidak punya uang saya berjanji akan membayar hari ini kebetulan kami berpisah di dalam hutan dan berjanji akan bertemu lagi hari ini sayangnya, sudah 1 jam dia tidak datang jadi saya memilih untuk menyusul mengikuti jalan yang dia lewati kemarin." Melvin tersenyum ramah menjelaskan kejadian kemarin sebagai alasan kedatangannya.
"Be-benarkah? siapa nama teman tuan?" Anna merasa takut bercampur gugup sampai bicara terbatah-batah.
"Nama teman saya, Adeline. Hanya rumah ini yang saya temukan setelah mengikuti jalan dilaluinya kemarin, apa nyonya ibu Adeline?" Melvin bertanya lagi untuk memastikan.
"Nona, monster macam apa yang anda bawa ke rumah kita. Baru saja memulai hidup baru sudah ada ujiannya." batin Anna.
"Wah, Melvin!" Adeline berteriak senang melihat Melvin dari jauh kemudian ia berlari mendekat, "Kenapa kau bisa ada di sini?"
"Astaga, Adeline. Jangan bilang kau pelupa, jam janjian kita sudah lewat. Kau membuat ku cemas jadi aku menyusul kemari," jawab Melvin malu-malu, dalam ingatan Anna pria itu sangatlah berbeda.
"Benar juga aku lupa, maafkan aku. Sesuai janji kalung mu akan ku kembalikan," jawabnya menepuk pelan pundak Melvin.
"Dia kenapa lebih ramah dari kemarin? apa dia sudah menganggap ku teman?" pikir Melvin merasa malu sampai tidak tahu harus bagaimana menanggapi perubahan Adeline.
"Ibu masuk saja duluan, aku akan berbincang dengan teman ku," ucap Adeline seraya membuka pintu pagar, "Tunggu aku di dalam." Ia kemudian mendorong Anna masuk secara paksa, Anna menurut saja sebab ia tidak kuat lagi berdiri di dekat Melvin.
"Ikut aku kita bicara di tempat lain." Adeline menarik tangan Melvin ke arah hutan, saat rumah tidak lagi terlihat Adeline melepaskan tangan Melvin dan tatapan matanya berubah.
"Siapa yang meminta mu mengikuti ku sampai kemari?" Tanya Adeline kesal, entah ke mana perginya semua keramahan Adeline tadi, "Waktu janjian kita siang, apa kau pikir aku bodoh?"
"Maafkan aku, sudah ku katakan kalung itu penting bagi ku jadi aku ingin segera mengambilnya," jawabnya.
Adeline mengeluarkan kalung Melvin dari saku baju lalu ia melemparnya begitu saja, Melvin dengan sigap menangkap benda berharga itu sebelum jatuh ke tanah dan Melvin bergegas mengeluarkan kantong uang untuk Adeline.
"Pergilah dan jangan muncul di hadapan ku lagi, jika kau sampai datang ke rumah ku lagi percaya atau tidak bukan hanya kau. Tapi kalung itu akan ku hancurkan, kalau tidak percaya bisa kau coba," pungkas Adeline menyambar uang di tangan Melvin dan berlalu.
Di sisi lain pada waktu yang sama Anna merasa cemas melihat keluar jendela, sikap Adeline pada Melvin membuatnya takut jika terjadi sesuatu atau Melvin melakukan sesuatu yang berbahaya dan Adeline terluka.
Beberapa tahun lalu sakit selir semakin parah, Anna memohon belas kasihan Raja Ashraf untuk memberikan uang pengobatan pada selir sayangnya raja malah mengatakan
"Sudah menjadi takdir selir karena penyakit itu dia meninggal, kalau pun dia kembali sehat maka ratu akan membunuhnya tetapi akan berbeda jika dia bisa melahirkan untuk ku seorang putra sebagai penerus selebihnya dia tidak berguna. Jangan memohon pada ku lagi."
Dunia Anna hancur saat itu, ia tidak punya pilihan lain lagi. Selama ini ia bisa hidup dengan layak karena selir mengambilnya dari tempat kumuh, mereka berbagi sepotong roti, tempat tidur, sampai uang yang seharusnya menjadi jatah bulanan dari kaisar selalu dibagi tanpa perhitungan oleh beliau, lantas bagaimana ia akan hidup tanpa selir? ia tidak akan sanggup menghidupi Adeline sendirian, begitulah pikir Anna.
Suatu ketika Anna bertemu dengan ahli ramuan paling terkenal di benua Alaskan, ia adalah ahli ramuan pengembara dari ras elf yang kebetulan saat itu ia datang ke Ashraf untuk membeli herbal, keduanya bertemu di daerah kumuh. Kala itu Anna tidak tahu-menahu tentang identitas Melvin, ia menghalangi jalan semua orang yang memakai bros tanda mereka seorang dokter atau Ahli ramuan dan sialnya salah satu dari mereka itu adalah Melvin.
"Obat yah ...." Melvin berpikir lebih dulu seusai Anna menyampaikan niatnya, "Aku ini tidak kekurangan uang, tidak peduli dengan status juga tetapi aku orang yang paling tidak suka dirugikan oleh siapa pun bahkan oleh seorang pengemis. Berikan aku sesuatu paling berharga bagi mu maka akan ku obati tuan mu itu."
Anna merasa harus pasrah juga kali ini karena permintaan yang tidak bisa ia turuti, "Aku tidak punya barang berharga apa pun, tidak ada yang bisa ku berikan pada mu."
"Tangan." Melvin berkata tidak jelas, "Tangan bayi, aku ingin membuat eksperimen dengan ramuan baru ku untuk meregenerasi tangan bayi yang sudah di potong."
Bola mata Anna membulat seolah akan terlepas dari matanya, ia menjauh beberapa langkah dari Melvin. Namun Melvin malah meraih tangannya lalu ditarik untuk mempersempit jarak diantara mereka, "Kenapa? kau sangat sayang tuan mu, apa bayaran ini terlalu mahal? itu hanya tangan bayi saja, kalau untuk tangan orang dewasa ramuannya sudah aku buat, bereksperimen dengan tubuh orang dewasa sudah ku lakukan jadi saatnya ganti objek. Bau mu seperti pengasuh bayi, benarkan?"
*****
Bersambung
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti 😘
Adeline adalah karakter yang kuat dan kompleks, mewakili banyak wanita yang berjuang melawan batasan sosial. Dalam perjuangannya, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan mempertanyakan identitasnya sendiri. Hubungan yang dia jalin dengan tokoh lain menambah kedalaman cerita, menciptakan ketegangan yang menarik.
Gaya Penulisan:
Gaya penulisan Lasri Anariya sangat engaging, dengan narasi yang mengalir dan dialog yang natural. Pembaca akan mudah terhubung dengan emosi dan perjalanan karakter, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam.
Kesimpulan:
"Mirage of Love" adalah novel yang menarik dan relevan, memberikan pandangan mendalam tentang cinta, kebebasan, dan identitas. Dengan alur yang menegangkan dan karakter yang kuat, novel ini akan membuat pembaca terbawa dalam kisah perjalanan Adeline.
Rekomendasi:
Bagi penggemar cerita romantis dengan elemen drama dan konflik emosional, "Mirage of Love" adalah pilihan yang tepat. Ini adalah bacaan yang akan membuat pembaca merenungkan pilihan hidup dan arti sebenarnya dari cinta.
/Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile/