Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-22
Ada senyuman tipis saat Evan melihat hal lain, sosok Dryana yang bergerak cepat menggunakan sesuatu yang kini sudah ada di genggaman tangannya, sambil terus memeriksa dan menyisir semua ruangan disana.
"Sepertinya cucu Tuan Darel sudah menjadi detektif" ucap Evan disambut dengan senyuman dari sang Grandpa.
"Jangan berisik, aku takut mereka memasang cctv atau apapun di tempat ini" sahut Dryana dengan wajah seriusnya.
Evan tersenyum saja, lalu melanjutkan perbincangan yang sempat tertunda.
"Maaf Tuan Darel, aku berniat serius menjadikan Dryana Mozart menjadi pendamping hidup ku" lanjutnya.
Evan menunggu reaksi yang akan di terima, dan tangan laki-laki lemah itu kini sudah menyambangi tangannya, memegang erat sambil anggukan di berikan, dengan senyuman dan mata yang berkaca-kaca.
Dryana segera ikut bergabung setelah memastikan semuanya aman.
"Bagaimana Grandpa, dia laki-laki yang baik bukan?" Tanya Dryana, yang disambut anggukan.
"Walau terkadang otaknya kotor!" Bisik Dryana lagi, dan sang Grandpa pun kini tertawa.
Evan hanya melihat hal itu sekilas saja, ada kelegaan di hatinya karena seperti yang dikatakan Dryana bahwa sang Grandpa setuju akan kehadirannya nanti sebagai suami Dryana, tapi dibalik itu semua, ada kecemasan yang di rasakan Evan saat ini.
Sentuhan dan beberapa interaksi skin to skin yang dilakukan Evan dengan Darel Mozart bukan tidak ada maksud tertentu, dan hasil dari semua itu adalah adanya kejanggalan dari keadaan Darel Mozart saat ini.
Namun, Evan tidak mau gegabah, karena masih ada banyak misi untuk membenarkan semuanya secara perlahan-lahan.
"Baiklah, sebentar lagi kita akan berpisah Dry, dan aku ingin kamu selalu menjaga Grandpa"
"Jadi, kita tidak jadi menikah?, itu maksud mu?"
Evan tersenyum, segera menghampiri Dryana dan mengecup keningnya.
"Tolong bersabar, kita akan menikah secepatnya, tapi tidak dengan kamu kehilangan segalanya Sweety"
"Tapi aku tak butuh semua itu Ev, Sungguh, aku bisa hidup seadanya dengan mu"
"Oh ya?" Sahut Evan.
"Iya, benar" Dryana mengangguk sungguh-sungguh.
Evan tersenyum, lalu memeluk Dryana sekejap, dan kini memangkunya seperti seorang anak kecil di pahanya.
"Dengarkan aku" ucap Evan dengan wajah seriusnya, dan Dryana pun kini menatapnya, "Aku akan menikahi mu Dryana Mozart, itu pasti, tapi aku juga tidak akan membiarkan dirimu kehilangan semua Hak mu, apalagi kebahagiaan mu, bukankah Mansion ini dan juga Mozart Company adalah peninggalan Almarhum orang tuamu?"
Dryana terdiam, lalu mengangguk perlahan, dan matanya seketika terlihat sendu, air mata ingin menetes, tapi berusaha di tahannya.
"Lalu, apa yang bisa kita lakukan?" Ucapnya kemudian.
"Banyak, dan itu bukan hanya tugasmu sekarang, ada aku, jadi_, tolong bersabarlah, dan semuanya akan segera berubah"
"Kau akan melawan mereka?" Tanya Dryana.
"Kita" jawab Evan.
"Tapi_"
"Aku hanya butuh kerjasama Sweety, selebihnya biarkan aku yang mengurus nya" ucap Evan.
"Apa kau yakin Ev?"
"Hem" ucap Evan, lalu tersenyum dan mengusap air mata Dryana yang sempat menetes tanpa diminta.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Dryana.
"Tetaplah di Mansion ini bersama Grandpa, bersikaplah biasa dan jangan melawan yang berlebihan, aku hanya butuh waktu satu Minggu, dan kita lihat saja nanti, okey?"
"Baiklah, jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan kami Ev" ucap Dryana yang kini menggantung kan harapan terakhirnya setelah bertahun-tahun berada di lingkaran permainan Paman dan bibinya.
Evan tersenyum, dan saat akan mencium bibir Dryana, tangan itu segera menahan, sambil melirik kesamping memberikan kode bahwa ada Grandpa yang masih memperhatikannya.
"Apa aku perlu ijin juga saat akan mencium mu Dry?"
"Ish, aku malu Ev, dasar!" Dryana lalu menjauh dan terlihat Evan tertawa, begitu juga dengan Grandpa.
Evan segera berpamitan, untuk saat ini memainkan peran dimana dirinya menyerah akan Dryana, dan tak melanjutkan lagi hubungannya, begitu juga dengan Dryana, bersikap seperti biasanya, tidak menurut namun juga tidak terlalu melakukan perlawanan.
Sementara itu, di balik pintu besar kamar itu, terlihat Ricky Harson dan Markus Harson beberapa kali mengumpat, karena tak berhasil mendengarkan pembicaraan apapun saat berusaha menempelkan telinganya di pintu yang tertutup rapat saat ini.
"Aku tak percaya mereka hanya diam saja Dad" ucap Ricky.
"Bagaimana mungkin kita tak bisa mendengarkan pembicaraan mereka?"
"Ck, kenapa Daddy tak memasang penyadap atau cctv di kamar laki-laki tua bangka ini?"
"Diam, berapa kali aku melakukan hal itu, hasilnya semua alat yang aku pasang tak ada artinya, Dryana berhasil mengetahui hal itu dan merusak nya"
Keduanya terdiam, dan karena merasa tak berhasil mendengarkan apapun, akhirnya berlalu pergi dengan tak membawa hasil apapun.
Di ruangan tengah, Sandiago dan juga Karla Miguel tengah membicarakan sesuatu.
"Sepertinya laki-laki itu menyerah dan ketakutan akan tindakan kita" ucap Karla.
"Hem, tapi aku tidak percaya, dan tak akan membiarkan dia lepas begitu saja Nyonya Karla" sahut Sandiago Gurven.
"Apa maksud mu?"
"Aku yakin dia yang menyerang ku dan membuatku seperti ini" ucap Sandiago yang sebenarnya tubuhnya masih di penuhi memar dan beberapa balutan perban di tempat-tempat tertentu.
"Oh, kalau itu urusan anda Tuan Gurven, yang penting Dryana masih takut dan mau menuruti keinginan kami"
"Hem, dan sebentar lagi aku akan menikahinya, tak perlu waktu lama lagi!" Tekan Sandiago dengan tatapan seriusnya.
"Tentu saja, setelah itu perusahaan akan menjadi milik kami sepenuhnya bukan?, itu janjimu pada kami"
"Tentu saja, setelah Dryana mau tidak mau menjadi milikku seutuhnya dan selamanya"
Karla Miguel tersenyum penuh arti, mungkin membayangkan tumpukan uang yang akan membuat hidupnya senang, tak peduli jika harus menjual keponakannya sendiri.
Dan keadaan itu di dukung dengan kedatangan Ricky dan Markus, mereka berdua kini sudah bergabung.
"Sepertinya Mommy senang sekali?" Tenaga Ricky.
"Apa ada yang kami lewatkan?" Sahut Markus.
"Sebentar lagi, semua akan seperti yang sudah lama kita inginkan sayang, tak ada lagi Dryana dan tua bangka yang selalu menghambat kita, Dryana akan di bawa oleh Tuan Sandiago secepatnya dan Pak tua itu akan kita amankan di panti jompo" jawab Karla Miguel.
"Aku tak menginginkan laki-laki tua itu, jadi urusan itu aku serahkan ke kalian, bagiku hanya Dryana yang harus aku dapatkan" ucap Sandiago dengan senyuman tipisnya.
Dalam hati, tentu seorang Sandiago Gurven tak akan semudah itu melepaskan semua aset yang Dryana miliki, hingga dia sudah merencanakan sesuatu untuk mengambil semuanya, Dryana dan hartanya, bagi Sandiago itu adalah dua hal penting untuknya.
Disaat yang bersamaan, Evan keluar dengan wajah yang terlihat sedih akan keputusannya.
"Aku sudah mengembalikan Dryana, dan tak akan lagi mengganggunya"
"Oh, ya, katakan alasannya?"
"Uang, aku butuh uang, dan kalian bisa memberikan itu padaku bukan?, setidaknya sebagai kompensasi karena sudah membuat Tuan Sandiago Gurven sudah tenang kembali"
"Cih, dasar laki-laki tak tau malu, seperti dugaan ku, kau hanya mengincar harta saja saat dekat dengan Dryana Mozart!" Ucap Sandiago dengan tatapan nyalang.
"Hem, siapa yang tak suka uang, apalagi aku orang yang sangat membutuhkan hal itu Tuan"
Sandiago melempar beberapa lembar kertas, cukup lumayan, dan Evan dengan santai mengambilnya.
"Thanks, aku pergi, dan sampai bertemu lagi"
"Sial, apa kata mu,?!" Teriak Sandiago.
"Oh Sorry, Maksud ku jangan sampai kita bertemu lagi" Evan tertawa, terlihat brengsek di mata mereka, walaupun dalam hatinya memang ingin tertawa sejak awal, dimana melihat keadaan Sandiago Gurven yang masih jelas ada jejak babak belur di sekujur tubuhnya.
Butuh support nih, yuk banyakin Comment nya, jangan lupa LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
segera halalkan Dryana lepaskan dia dari keluarga parasitnya
tinggal cling udah nyampe 😂