Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 25
Arselo mengajak Sofyan untuk makan siang di salah satu restoran keluarga yang berada dekat dengan kantor mereka. Namun saat hendak masuk ia melihat dua anak laki-laki yang ia kenali turut masuk ke restoran itu bersama seorang anak perempuan yang se'usiaan dengan mereka dan seorang wanita yang memakai seragam pengasuh.
"Apa aku tidak salah lihat? Mereka mirip seperti Dayyan dan Raiyan" gumam Arselo pelan.
"Tuan, anda kenapa?" tanya Sofyan yang melihat tuannya diam di tempat setelah melihat kedatangan anak-anak Safira.
"Tidak ada, mungkin hanya perasaan ku saja jika dua anak laki-laki itu aku kenali" jawab Arselo.
"Oh" ucap Sofyan gamang.
"Apa yang dimaksud tuan itu Dayyan dan Raiyan? Bagaimana bisa tuan mengenali mereka" batin Sofyan.
Mereka pun masuk beringin, Arselo masih memperhatikan empat orang yang tadi masuk terlebih dahulu. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari meja kosong, dan tanpa sengaja ia melihat keberadaan dua wanita yang ia kenali tengah berhadapan dengan seorang wanita yang baru saja melepaskan pelukannya terhadap anak perempuan yang Arselo lihat di luar tadi.
Lantas ia pun berniat untuk menyapa dua wanita itu, namun saat Sarah bertanya tentang siapa anak itu, wanita itu menjawab bahwa itu adalah anak-anaknya.
Bahkan Sarah dan Devi pun mengungkit perbuatan yang mereka lakukan di puncak enam tahun silam.
Arselo tak jadi makan dan segera berlalu keluar restoran saat ia mengetahui bahwa wanita itu adalah korban k******nnya, bahkan ia adalah wanita yang dinikahinya kilat, yang ia remehkan dengan bayaran tempat tinggal sewaan selama setahun. Sungguh mengejutkan semua itu baginya.
Sofyan yang melihat gelagat aneh tuannya merasa heran, biasanya dia akan beramah tamah dengan teman-temannya, apa lagi Sarah dan Devi adalah anak-anak dari relasi bisnis papanya.
Arselo pergi ke kantor membawa mobilnya sendiri, bahkan ia melupakan Sofyan yang masih melihat Safira berbicara dengan Sarah dan Devi.
"S***, kenapa mereka yang harus jadi korban dari perbuatan ku dulu" umpat Arselo untuk dirinya sendiri. Ia kesal dan menyesal atas semua perilaku buruknya dulu.
"Apakah anak-anak itu mau mengakui ku sebagai ayah mereka?" ucapnya lagi.
Dia frustasi dan marah akan dirinya. Dia juga masih memikirkan anak yang dikandung oleh istrinya, Vivi.
Kandungan Vivi sekarang sudah memasuki usia tujuh bulan, dua bulan lagi dia akan melahirkan. Lalu bagai mana dengan anak-anaknya yang dari Safira, pemikiran Arselo pun buntu, akhirnya ia menghubungi Arsela untuk bertemu dan menceritakan semuanya.
"Sel, kamu ada waktu senggang gak? Abang mau ketemu" tanya Arselo.
"Datang aja ke kafe yang dekat RS bang, kita ketemu di sana" jawab Arsela.
Telpon pun berakhir dengan Arselo yang berlalu menuju kafe tempat dia akan bertemu adiknya. Saat sampai di sana, Arselo sudah melihat adiknya tengah duduk dengan ponsel di tangannya dan segelas minuman di atas meja, Arselo datang menghampirinya dan duduk di kursi kosong depan Arsela.
"Ada masalah apa bang?"
"Sel, Abang benar-benar menyesali perbuatan dan perilaku Abang yang buruk"
Arsela merasa heran dengan pembicaraan kakaknya.
"Maksud Abang apa? Aku gak ngerti"
"Dulu aku pernah di ajak teman buat main ke puncak, awalnya aku gak tahu niat rencana mereka. Tapi setelah sampai di sana, mereka ngomong kalau mereka ingin ngerjain temannya yang di bilang sok cantik, dan suka tebar pesona. Awalnya aku gak tertarik, tapi setelah melihat sendiri pesona wanita itu, aku pun tertarik dan menyetujuinya. Mereka menambahkan obat perangsang ke minuman wanita itu saat dia lengah, dan saat itulah aku melakukannya, hingga dia beberapa kali pingsan. Dan saat pagi hari kami di gerebek oleh warga sekitar, lalu kami di nikahkan secara siri. Saat itu aku yang belum siap untuk memikul tanggung jawab sebagai suami lantas menceraikan dia hari itu juga dan pergi ke luar negri untuk menghindar. Saat itu aku hanya menyewakan apartemen kecil selama satu tahun sebagai tunjangan, dan tanpa sepengetahuan ku, Sarah dan Devi merekam video itu dan menyebar luaskan, tapi mereka masih menghargai ku dan menutupi wajah ku tapi tidak dengan wanita itu"
Arsela masih mendengarkan cerita Arselo meskipun dirinya sudah marah dan kecewa atas perilaku menyimpang sang kakak, bahkan buku-buku tangannya sudah mulai memutih saking erat cengkraman tangannya, ia sudah ingin menghajar wajah Arselo namun masih dia tahan. Dan Arselo pun masih melanjutkan ceritanya.
"Saat aku pulang ke indonesia lagi dan mengecek Apartemen kecil itu Abang menemukan sebuah tespek dengan dua garis samar di sana, dan saat itu aku masih tidak peduli hingga akhirnya aku terpaksa menikahi Vivi dan pergi ke desa itu, aku sempat bertemu dengan dua anak laki-laki kembar yang mirip sekali dengan ku, hanya saja mereka memiliki warna rambut yang hitam-" ucap Arselo belum selesai dengan ceritanya karena Arsela sudah menyelanya.
"Tunggu. Apa anak laki-laki yang Abang maksud itu adalah Dayyan dan Raiyan?" tanya Arsela dengan tidak percaya.
"Iya, itu mereka. Aku bahkan baru ingat nama wanita itu adalah Safira Almayra" ucap Arselo frustasi.
Plak...
Saat itu juga Arsela sudah kehilangan kesabarannya, beruntung kafe yang mereka datangi sedang tidak ramai dan mereka juga duduk di meja pojok yang tak terlalu kentara oleh orang-orang.
Arselo yang mendapat tamparan keras di pipi kirinya hanya mampu meringis, ia tak marah atau turut emosi. Arselo malah menangis dengan sebelah tangan menutupi matanya.
"Aku benar-benar gak nyangka kalau Abang bisa sejahat itu, bahkan Abang gak kenal sama dia tapi Abang sudah menghancurkan masa depannya" ucap Arsela berapi-api.
Mereka tak menyadari bahwa ada seorang wanita hamil besar yang tak sengaja mendengar semua percakapan itu, karena ia terhalangi oleh vas bunga besar yang ada di dekatnya.
"Sekarang apa yang harus aku lalukan sel? Aku bingung dan malu untuk menemui mereka" ungkap Arselo saat ia sudah menguasai emosinya kembali.
"Entahlah, aku gak yakin apa Safira dan anak-anak mau memaafkan mu" ucap Arsela sinis.
"Tolong bantu aku Sel" ucap Arselo memohon.
Arsela diam menatap marah pada kakaknya.
"Apa Abang pernah berfikir, bagaimana jika aku yang berada di posisi Safira saat ini?" tanya Arsela.
Arselo pun menggeleng lemah.
"Tentu kau akan sangat marah dan benci terhadapku" jawab Arselo pelan.
"Ya, itulah yang Safira rasakan saat ini. Jadi, mulailah memohon maaf padanya dan juga anak-anak" ucap Arsela sebelum berlalu meninggalkan kakak kembarnya yang masih duduk di sana.