NovelToon NovelToon
R²

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:764
Nilai: 5
Nama Author: Caramels_

Di usianya yang beranjak remaja, pengkhiatan menjadi cobaan dalam terjalnya kehidupan. Luka masa lalu, mempertemukan mereka di perjalanan waktu. Kembali membangun rasa percaya, memupuk rasa cinta, hingga berakhir saling menjadi pengobat lara yang pernah tertera

"Pantaskah disebut cinta pertama, saat menjadi awal dari semua goresan luka?"
-Rissaliana Erlangga-

"Gue emang bukan cowo baik, tapi gue bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo."
-Raka Pratama-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caramels_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 02

Hari telah berganti setelah kemarin ia bertemu Raka di sebuah kafe. Hari ini adalah weekend yang berarti ia harus menepati janjinya untuk datang ke turnamen Diano. Sekedar informasi, Diano adalah salah satu atlet sepak bola yang telah mendapatkan banyak prestasi di bidangnya. Ia pernah menjadi salah satu perwakilan sekolahnya untuk pergi ke London.

Rissa telah merencanakan bahwa ia akan tampil secantik mungkin untuk bertemu Diano. Ia merasa begitu senang karena kini mereka akan bertemu setelah LDR beberapa bulan sebab Rissa yang pindah ke Jakarta.

...****************...

Sesampainya Rissa di tempat turnamen, tak lupa ia membelikan minuman dingin untuk Diano nantinya. Ia memilih duduk di tengah-tengah para penonton untuk menyaksikan pacarnya bertanding. Disela-sela ia menyaksikan pertandingan itu, ia tak sengaja mendengar seorang cewek berbaju croptop yang familiar sedang meneriaki nama Diano.

“Semangat Diano!” teriak cewek tersebut dengan senyum begitu sumringah.

“Liat deh, Diano ganteng banget ya?” tanya cewek tersebut kepada teman segeng-nya.

“Iya, beruntung banget kalau lo bisa dapetin hati dia,” jawab salah satu cewek di gerombolan itu.

“Gue pasti bisa dapetin hati dia kok. Tinggal beberapa langkah lagi, dia pasti bakal putus sama pacarnya yang sekarang. Apalagi mereka LDR, lebih mudah buat gue ngambil hatinya deh,” Rissa yang mendengar berusaha untuk mengabaikannya dan kembali fokus menyaksikan Diano.

...****************...

Pertandingan telah selesai beberapa menit yang lalu dan Rissa masih sibuk mencari keberadaan Diano. Sesaat kemudian, ia menemukan dimana Diano berada. Namun, ada hal yang membuatnya sakit hati. Seorang cewek yang kemungkinan adalah cewek yang meneriaki nama Diano dan mengharapkan hubungannya mereka putus kini sedang bergelayut manja serta mengusap keringat di dahi Diano. Jarak mereka begitu dekat, membuat Rissa terbakar api kecemburuan. Akan tetapi, ia tetap melanjutkan tujuannya untuk menemui Diano dan memberikan sebotol minuman. Perlahan, ia berjalan ke arah Diano sambil menahan air mata yang ingin menetes.

“Eh maaf ganggu, gue tadi cuma mau ngasih minuman ini ke Diano, tapi kayaknya lo udah dapet dulu deh, hehe.” Diano melihat kedatangan Rissa sontak kaget dan refleks menjauh dari cewek tadi.

“Iya, lo telat banget. Dia sudah dapat minuman dari gue jadi lo gak perlu ngasih minuman lagi,” ujar cewek itu sambil berusaha mengelap keringat Diano kembali. Sedangkan Diano hanya bisa termenung di tepatnya.

“Ya udah deh kalau gitu gue kasih minumannya ke temen lo aja, kebetulan itu ada Yogi,” Rissa berusaha tersenyum menghadapi semua.

“Yog! Sini-sini!” ia mengalihkan perhatian dengan memanggil Yogi. Yogi adalah sahabat Diano yang kebetulan juga teman Rissa di SMA Tunas Bangsa dulu. Ia juga mengerti tentang hubungan antara Rissa dan Diano. Setelah Rissa memanggilnya, ia langsung mendekat ke arah Rissa.

“Eh lo ada disini juga ternyata. Mau liat Diano kan?” tanya Yogi belum sadar dengan keadaan sekitarnya.

“Tadinya sih gue mau ngasih minuman ini, tapi ternyata dia udah dapat duluan,” arah mata Rissa melirik ke arah Diano yang memegang sebuah botol air mineral. Yogi mengikuti lirikan Rissa, ia pun baru menyadari apa yang sedang terjadi. Seketika ia menatap Diano penuh tanda tanya meminta penjelasan.

“Ya udah gue mau pulang duluan, ini buat lo aja,” Rissa menyodorkan sebotol minuman dingin kepada Yogi lalu pergi meninggalkan mereka semua dengan senyuman. Sedangkan Yogi hanya bisa melihat punggung Rissa yang perlahan menjauh dengan perasaan kasihan. Saat Rissa tak terlihat lagi, ua langsung menarik tangan Diano pergi menjauh dari cewek tadi.

“Jelasin apa yang baru saja terjadi! Kenapa lo bisa sama si Bella sedangkan Rissa datang ke sini buat lo!” Yogi mendorong dada Diano hingga menyebabkan sedikit terhuyung ke belakang.

“Tadi Rissa tiba-tiba datang waktu Bella lagi ngusapin keringat gue.”

“Bukannya kemarin lo sendiri yang minta agara Rissa datang kesini? Terus kenapa lo diem aja waktu sama Bella?” Yogi sedikit emosi melihat kelakuan sahabatnya itu. Bella adalah nama cewek yang bersama Diano tadi

“Emang masalah buat lo? Jangan-jangan lo suka sama Rissa ya?” Diano mulai emosi.

“Udahlah, lo nggak usah ikut campur. Ini bukan urusan lo!” tambahnya.

“Okey, ini memang bukan urusan gue, tapi gue gak mau liat sahabat gue nyakitin seorang cewek. Saran gue, jelasin semuanya ke Rissa sebelum lo menyesal,” ujar Yogi memperingati Diano.

“Lo lupa gimana perjuangannya buat bisa dapetin lo dari dulu? Jangan karena dia ngejar-ngejar lo, terus lo seenaknya sama dia. Inget, jaman sekarang udah jarang ada cewek yang mau berjuang mati-matian buat lo. Dia juga punya batas kesabaran buat ngadepin sikap lo yang kadang cuek itu,” Yogi menasehatinya panjang lebar yang masih berusaha dicerna oleh Diano. Setelah itu, Yogi pergi meninggalkan Diano yang termenung memikirkan apa yang baru saja diucapkan Yogi.

...****************...

Di lain tempat, Rissa yang sedari tadi berusaha menahan air matanya kini telah mengalir deras. Ia mulai mengingat bagaimana perjuangannya saat ingin mendapatkan hati Diano kala itu. Rissa rela begadang berhari-hari hanya untuk membuat sebuah buket bunga berbentuk bola yang akan diberikan kepada Diano di hari ulang tahunnya.

Akan tetapi, hal yang baru saja lihat membuat hati Rissa seperti mati rasa, ia sulit untuk percaya lagi kepada Diano setelah apa yang dilihatnya tadi. Ia merasa kecewa dengan pacarnya itu.

Di tengah isakan tangisnya ia merasakan tangan kekar menyentuh pundaknya berusaha menenangkan Rissa. Saat ia melihat pemilik tangan tersebut, sontak ia menjauhkan diri dari orang itu.

“Ngapain lo disini?” Rissa berusaha mengusap air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir.

“Kenapa lo nangis?” cowok tersebut balik bertanya kepada Rissa.

“Bukan urusan lo!” jawab Rissa jutek.

“Jangan nangis, ntar lo tambah jelek,” lalu cowok tersebut duduk di hadapan Rissa. Kali ini, Rissa sedang berada di sebuah kafe yang baru saja ia datangi kemarin waktu terjebak hujan dan kali ini pula orang yang sama datang menemani Rissa.

“Ihh apaan sih lo!” datang-datang langsung ngejek.”

“Hehe nggak kok. Lo tetap cantik,” ujar Raka diakhiri senyuman. Hal itu semakin membuat Rissa merasa aneh terhadap perlakuan Raka.

“Gombalan lo nggak ngefek. Ngapain sih lo disini, emang dimana pacar lo?”

“Gue nggak gombal kok. Gue juga nggak punya pacar.” Raka menatap manik mata Rissa dengan pandangan yang terlihat sayu.

“Terus yang kemarin itu siapa?” Rissa mengangkat satu alisnya menandakan bahwa ia bingung tentang apa yang baru saja Raka ucapkan.

“Gue baru putus tadi malam,” keheningan menyergap setelah Raka menyatakan hal yang sebenarnya. Sesaat kemudian semburan tawa mengejek dari Rissa tak bisa tertahan.

“Bwahahaha… kenapa lo bisa putus?” bukannya lo cinta mati sama dia? Hubungan kalian juga udah lumayan lama.”

“Dia udah ketahuan selingkuh sama cowok lain tapi dengan bodohnya gue tetep percaya kalau dia gak bakal ngelakuin hal yang sama lagi,” kepala Raka menunduk seraya bercerita penyebab ia putus dengan pacarnya.

“Terakhir kali gue lihat dengan mata kepala gue sendiri kalau dia lagi pelukan sama cowo lain dan mulai saat itu gue udah nggak tahan lagi dengan kelakuannya.”

#FLASHBACK ON

Malam ini Raka sudah merencanakan bahwa ia akan memberi kejutan kepada Dinda, pacarnya. Hari ini adalah hari ulang tahun Dinda yang ke-17 tahun, ia sudah menyiapkan sebuket bunga begitu indah serta sekotak hadiah. Pukul tujuh malam ia mengendarai mobilnya yang jarang ia gunakan menuju rumah Dinda.

Sesampainya di rumah Dinda, kenyataan pahit terpaksa diterimanya. Ia melihat di halaman rumah Dinda sedang berpelukan dengan seorang cowok. Dengan sekuat hati, ia memilih untuk tetap memasuki pekarangan rumah Dinda. Dinda yang menyadari kehadiran Raka langsung melepaskan pelukannya dan berusaha untuk berganti memeluk Raka. Namun, Raka menyingkir dan menatapnya dengan tatapan kecewa bercampur meremehkan.

“Sayang, jangan salah paham dulu, aku bisa jelasin sama kamu,” Dinda berusaha meraih tangan Raka agar mendengar penjelasannya hingga akhirnya ditepis kasar oleh Raka. melihat Raka yang menepis kasar tangan Dinda, si cowok yang tadi bersamanya kini ikut menghampiri.

“Eh, jangan kasar sama cewek dong!” cowok tersebut mendorong bahu Raka.

“Sorry, gue cuma mau ngasihin hadiah ini buat dia. Soalnya kemarin dia minta barang ini buat hadiah ulang tahunnya,” Raka menyodorkan buket dan hadian yang di bawanya ke cowok tersebut sambil melirik Dinda.

“Kalau gitu gue pamit pulang, sorry kalau ganggu kalian.”

“Oh ya, lo nggak perlu jelasin apa-apa lagi karena gue minta dari sekarang kita putus. Makasih buat waktu tiga tahun ini,” lalu Raka berbalik badan untuk kembali ke rumahnya dengan perasaan sehancur-hancurnya. Ia tak menghiraukan ketika Dinda berusaha memanggil-manggil namanya sebab ia sudah terlanjur kecewa.

#FLASHBACK OFF

“Gue emang cinta mati sama dia, tapi itu dulu. Sebelum akhirnya gue sadar selama apapun hubungannya, kalau dianya gak bisa dipertahanin buat apa dilanjutin.”

“Eh sorry, gue jadi curhat kek gini,” Raka menjadi salah tingkah sendiri lantaran dia yang tiba-tiba curhat kepada Rissa.

“Santai aja gapapa kok,” Rissa membalasnya dengan senyuman tipis.

“Oh ya, BTW ngapain lo nangis sendirian disini? Cerita aja ke gue jangan sungkan-sungkan,” lalu Rissa bercerita bagaimana awal mula ia bisa menangis seperti ini. Entah mengapa Rissa bisa dengan mudahnya menceritakan semua perkara kepada Raka, padahal mereka baru kenal dalam kurun waktu kurang dari seminggu.

“Ya udah lo sabar aja, mungkin dia bukan yang terbaik buat lo,” Raka menyemangati Rissa atas apa yang telah ia alami barusan.

“Thanks,” Rissa menanggapinya dengan sedikit senyuman.

“Lo juga sabar, mungkin aja tuhan punya rencana baik lain buat lo,” tambahnya.

“BTW dari tadi lo belum pesan sesuatu?” tanya Raka melihat meja yang di tempati mereka masih kosong. Rissa hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

“Ya udah lo mau pesan apa? Biar gue pesanin,” Raka menawarkan dirinya lalu memanggil salah satu petugas di kafe itu.

“Mas! Mas! Saya mau pesan,” petugas yang dipanggil langsung menghampiri meja mereka.

“Lo mau pesan apa?” tanya Raka kepada Rissa

“Cappuccino aja deh.”

“Okey, pesan cappuccino satu sama mochacino satu mas,” ujar Raka kepada si petugas.

“Baiklah mohon ditunggu,” petugas tersebut kemudian undur diri untuk membuat pesanan mereka.

Beberapa menit kemudian pesanan mereka telah datang. Rissa dan Raka sama-sama menikmati minuman mereka.

“Udah mau sore nih, gue pamit pulang dulu ya,” Rissa berdiri dari tempat duduknya berniat untuk pulang ke rumahnya.

“Mau gue temenin sampai rumah lo?”

“Nggak usah repot-repot, sekarang masih sore belum gelap jadi nggak apa kalau gue pulang sendiri. Lagian rumah kita kan beda arah,” tolak Rissa secara halus.

“Ya udah deh, hati-hati di jalan,” Raka melambaikan tangan ke arah Rissa yang hanya dibalas dengan acungan jempol.

...****************...

Malam harinya, Rissa tidur dengan memandang langit-langit kamarnya. Ia merenung mengingat tentang kejadian yang menimpanya. Rasanya sulit untuk percaya lagi kepada seseorang. Selang beberapa menit, Rissa merasa perutnya berbunyi meminta asupan. Namun, saat ia akan turun ke bawah untuk mengambil makanan, ia mendengar suaraa piring pecah.

Pranggggg…….

Rissa buru-buru turun ke bawah dan melihat apa yang sedang terjadi disana. Ternyata, papanya baru saja membanting sebuah piring kaca. Ia melihat di sebelah papanya terdapat mamanya yang terlihat baru pulang kerja. Rissa sudah bisa menyimpulkan kemungkinan papanya marah sebab mamanya yang pulang terlambat.

“JAM SEGINI BARU PULANG HABIS DARI MANA AJA?!! JADI PELACUR?!!” Ucapan Pak Ryand yang tak lain adalah papanya sungguh berhasil menusuk ulu hati orang yang mendengarnya.

Rissa melirik sekilas ke arah adiknya yang juga menyaksikan kejadian tersebut. Mereka sudah biasa hidup seperti ini sejak beberapa tahun belakangan. Hal itulah yang membuat Rissa terkadang merasa tak nyaman di rumahnya sendiri. Akhirnya ia memilih untuk kembali ke kamar. Rasa lapar yang sejak tadi ia rasakan terkalahkan oleh rasa kecewa yang bercampur aduk.

Rissa meninggalkan orang tuanya yang sedang bertengkar di lantai bawah. Sejujurnya, ia merasa kasihan kepada mamanya. Sebagai seorang perempuan, Rissa juga merasakan sakit hati ketika dihina seperti itu. Namun, ia tak tau harus menyalahkan siapa, papanya menjadi seseorang seperti saat ini sebab kesalahan yang telah terjadi di masa lalu.

Umpatan demi umpatan ia dengan dari lantai bawah membuat air mata Rissa menetes kian deras. Ia lelah dengan apa yang ia rasakan sekarang ini. Ia semakin susah percaya pada seorang laki-laki di kehidupannya. Bagaimana ia bisa percaya jika semua laki-laki yang hadir di hidupnya hanya menorehkan luka? Tentang pacarnya yang ketahuan selingkuh serta seorang ayah yang kata orang cinta pertama anak perempuannya tapi tidak berlaku bagi Rissa.

Tokk.. tokk…

Suara pintu kamar Rissa diketuk, lalu muncul seorang cowok dari balik pintu.

“Kak, lo udah makan? Nih gue bawain makanan,” cowok tersebut yang tak lain adalah Daeren, adiknya, masuk dan menyodorkan sepiring nasi dan segelas minuman.

“Makasih dek, lo udah makan?” Rissa bertanya balik kepada adiknya.

“Udah tadi.”

“BTW papa sama mama masih bertengkar di lantai bawah?” tanya Rissa.

“Udah nggak kak, barusan papa masuk ruang kerja sambil banting pintu.”

“Kalau gitu coba kamu cek keadaan mama. Mama pasti ngerasa sedih banget gara-gara ucapan papa tadi,” Rissa merintah Daeren untuk memeriksa keadaan mamanya setelah mendapat hinaan dari papanya karena apapun kesalahan yang terjadi di masa lalu hingga membuat keadaan hancur seperti ini, bagaimanapun Bu Emilia tetaplah menjadi satu-satunya ibu mereka berdua.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
author
mampir back ya kak
author
keren ih alur nya
Caramels_: terimakasiihh
total 1 replies
tasha angin
Membuat terkesan
Caramels_: terimakasiihhh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!