Bagaimana rasanya ditinggal suami saat sedang mengandung demi menikahi perempuan lain, apalagi kakaknya sendiri ? inilah cerita shanaya yang mencoba menyelesaikan masalalunya demi kebahagiaanya kedepan bersama kedua anak kembarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risss___, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Kamar Shanaya
Hakim, Ibu Tania, Pak Ahmad, dan sikembar masuk kedalam rumah.
“Disimpan diamanaya barang-barang nya Yah?” Tanya Ibu Tania pada sang suami
“Ngak tau Bund”
“Kamarnya juga cuman dua” jawab Pak Ahmad
“Coba disimpan dikamarnya Shanaya aja Bunda” ujar Hakim
“Eman yang mana Hakim?” tanya Ibu Tania
“Yang disana Bunda” jawab Hakim sambil menunjuk kamar Shanaya
Ibu Tania mengangguk. Lalu Ibu Thania melangka mendekati kamar itu, diikuti oleh Hakim dibelakangnya dengan koper mertuanya. Saat Ibu Tania mencoba membuka pintu itu ternyata terkunci.
“Terkunci ini” ucap Ibu Thania
Hakim yang mendengarnya, mendekat dan mencoba membuka pintu itu. Yang memang Ternyata memang dikunci. Apakah setidak percaya itukah Shanaya pada mereka, sampai harus seperti ini.
“Ya udah Bund, disimpab dikamar sikembar aja, baju-baju Hakim juga disana” Ucap Hakim pada inu mertuanya
“Emang gakpapa Hakim? Bunda taku malah buat Sikembar ngak nyaman” ucap Ibu Tania
“Udah ngak papa Bunda, walaupun kamar anak-anak sempit. Tapi cukup kok” Ujar Hakim melangkah kearah Sikembar
Rumah minimalis ini memang hanya mempunyai dua kamar, kamar yang dulu dijadikan kamar tamu oleh Hakim dan Shanaya saat pertama kali kesini, kini menjadi sikembar. Dulu tak pernah berpikir jauh akan seperti ini. Dia sengaja membeli rumah minimalis karna hanya mereka berdua yang menempati, namun ternyata Allah memberikanya dua anak sekaligus.
“Emang selama disini, kamu tidur diamana?” tanya Ibu Tania saat mereka sudah berada didalam kamar sikembar.
“Disini Bund, sama ana-anak” jawab Hakim sambil meletakkan koper itu disamping lemari pakaian sikembar
Ibu Tania yang mendengar itu menghembuskan nafasnya, tak habis fikir dengan jalan fikiran putrinya itu. Padahak mau bagaimanapun juga, Hakim ini masih menjai suami Shanaya diamata hukum maupun Agama
“Maafin anak Bunda ya” ucap Ibu Tania
Sedangkan Hakim hanya tersenyum menanggapi ucapan Ibu mertuanya. Baginya sikap Shanaya itu wajar, lagian mau bagaimanapun sikapnya selama ini memang tidak bisa dibenarkan. Hakim kalau jadi Shanaya juga pasti akan meklakukan hal yang sama. Shanaya walaupun tidak mengatakanya secara langsung pasti merasa jijik denganya. Hanya dia saja yang berusaha menebalkan mukanya, berusaha tak perdulu. Di hanya berusaha mempertahankan rumah tangganya dan menjadi ayah yang baik untuk sikembar. Shanaya tidak mengusirnya dari rumah ini saja, dia sudah bersyukur.
****
Saat ini mereka sedang diperjalanan menuju mall, sesuai dengan janji sang Nenek. Mereka langsung berangkat setelah Ibu Tania membereskan barang bawaanya. Mereka pergi menggunakan mobil yang dipesan Hakim melalui aplikasi.
Abi dan Ana sedari tadi tak berhenti bercoloteh, menunjuk apapun yang melewat apapun yang mereka lihat. Sampai pandangan Abi melihat hal yang menyita perhatianya
“Kakek kakekk!” panggilnya pada sang kakek yang duduk didekatnya
“Itu disana tempat kerja Bunda!” ujarnya menunjuk bank tempat Bundanya bekerja
Pandangan semua orang disana langsung mengarah pada bangunan itu
“Emang Abi pernah kesana?” tanya Pak Ahmad penasaran, darimana cucunya itu tauh
“Iya perna!” ucap Abi yakin
“Iya kan dek?” tanya Abi pada sang adik yang dudk dipangkuan sang Nenek
“Iya, sama Ayah juga perginya” jawab Ana membela kembaranya
“Emang Ayah juga kerja disitu?” tanya Ibu Tania penasaran
Ibu Tania ini memang tidak tau menauh tentang pembicaraan Suaminya dan Noval, malam sebelum kepulangan Shanaya, Noval, dan sikembar kesini. Pak Ahmad sengaja tak memberi tauh sang istiri, karna jika Ibu Tania tau bahwa dia sudah memberikan restu pada Noval, pasti dia tak akan setuju
Ibu Tania ini sudah terlanjur percaya pada Hakim, dan dia juga tak mau hubungan kekerabatan dengan keluar Hakim merenggang karna perceraian Shanaya dan Hakim. Makanya Ibu Tania berusaha meyakinkan putrinya itu untuk mengurungkan niatnya untuk bercerai dengan lelaki yang menurutnya baik seperti Hakim
“Ayah ngak kerja disitu Nek” jawab Abi
Yang hanya dibalas anggukan oleh sang Nenek
“Terus kalau Ayah sama Bunda lembur, kalian sama siapa?” Tanya Ibu Iren lagi
Mengingat Shanaya dan Noval sama-sama sibuk bekerja yang pasti mereka sekali-kali lembur
“Biasanya Aku sama Adek dijemput sama oma, terus Oma nemenin kita sampai Bunda pulang” jawab Abi
Ibu Tania dan Pak Ahmad, merasa heran dengan jawaban Abi. Oma siapa yang dimaksud Abi, sedangkan selama ini mereka kan ngak pernah bertemu, lantas siapa yang Oma yang diamaksud Abi?
Hakim yang duduk di samping supir mobil, langsung menjelaskan siapa yang diamaksud oleh putranya itu
“Oma itu Ibunya Noval, Bunda” jelas Hakim pada mertuanya
Pak Ahamad dan Ibu Tania yang mendengarnya hanya mengangguk, tak berniat melanjutkan pertanyaannya. Rasa penyesalan itu kian mendalam, bagaimana orang lain bahkan lebih dekat dengan anak cucu mereka rasanya seperti mengejek.
Pak Ahamad dan Ibu Tania merasa gagal sebaga orang tua, disaa seharus mereka berada disaat-saat Shanaya kesusahan. Mereka justru bersuaka cita dengan perniakahan Hakim dan Anaya, tanpa memikirkan kondisi Shanaya disini seorang diri. Entah apakah masih pantaska mereka disebut orang tua.