Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Setelah selesai dari pasar Minggu mereka kembali pulang ke rumah.
Luna mengerucutkan bibirnya karena gagal membuat Damian malu.
Damian menahan tawanya saat melihat Luna yang sedang mengerucutkan bibirnya.
Sesampainya di rumah Luna langsung masuk kedalam kamarnya.
Ia melihat ponselnya dimana Sebastian yang mengirimkannya pesan agar lekas meng**n kandungannya kalau ingin kembali rujuk dengannya.
"Iya Mas, aku akan melakukannya hari ini" ucap Luna yang juga sudah tidak sabar untuk kembali menikah dengan Sebastian.
Luna lekas mengambil obat yang sudah dibelinya dan ia segera meminumnya.
Ia berharap agar bisa berpisah dengan Damian dan kembali dengan Sebastian.
Damian mengetuk pintu kamar Luna dan memintanya untuk keluar dari kamar.
Luna membuka pintu dan melihat Damian yang sudah menyiapkan makanan yang sudah dibeli tadi.
"Ayo kita makan dulu, bukankah kamu tadi ingin makan ini." ucap Damian sambil menggandeng tangan Luna.
Damian mengambil tahu bakso dan roti bakar untuk Luna.
"Kamu makan dulu ya, aku tidak mau kalau kamu anak kita kelaparan." pinta Damian.
Damian mengatakan akan mencapai cara agar bisa membahagiakan Luna.
"Aku rela jika harus bekerja lembur agar kamu dan anak kita bisa makan." ucap Damian.
Luna melihat suaminya yang sedang berbicara seperti itu.
Untuk sesaat ia tersentuh dengan perkataan Damian, tetapi ia tidak mau jika rencananya yang ingin kembali bersama dengan Sebastian hancur karena ucapan Damian.
"Tidak usah berpura-pura seperti itu, aku ingin kita secepatnya bercerai." ucap Luna.
Luna mengatakan kalau sampai kapanpun ia tidak bisa mencintai Damian.
Walaupun sebenarnya Damian lebih tampan dari Sebastian, tetapi hatinya sudah terkunci untuk Sebastian.
Setelah menghabiskan tahu bakso dan roti bakarnya, Luna kembali masuk ke kamarnya.
Damian mengelus dadanya saat melihat istrinya yang masih belum bisa menerima dirinya.
Ia pun memutuskan untuk duduk diluar sambil mencabut cara agar Luna bisa mencintai dirinya.
Tiga puluh menit kemudian Luna merasakan perutnya yang sangat sakit sekali.
"Apa obatnya sudah mulai bekerja? Tapi kenapa rasanya seperti ini?" gumam Luna sambil merintih kesakitan.
Luna melihat darah yang keluar dari kedua pahanya dan ia langsung berteriak kesakitan.
Damian yang masih ada di depan langsung terkejut ketika mendengar teriakkan istrinya.
Ia pun langsung masuk dan melihat apa yang terjadi pada Luna.
Saat membuka pintu kamar Damian langsung membelalakkan matanya ketika melihat darah yang keluar dari kedua paha istrinya.
"Luna, apa yang terjadi pada kamu?" Damian langsung membopong tubuh istrinya.
Ia mencoba mencari taksi untuk membawa istrinya ke rumah sakit.
"Kenapa tidak ada taksi yang lewat?" Damian terusan berjalan sambil membopong tubuh istrinya yang sedang menangis kesakitan.
Luna melihat perjuangan suaminya yang berjalan sambil membopong tubuhnya untuk mencari taksi.
Tak berselang lama ada sebuah mobil yang berhenti dan mereka meminta Damian untuk masuk kedalam mobil.
Salah satu dari mereka langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.
Damian menggenggam erat tangan Luna yang sedang merasakan kesakitan.
Dua puluh menit kemudian mereka telah sampai di rumah sakit.
Damian segera memanggil dokter untuk menolong istrinya.
Dokter memanggil perawat untuk membawa brankar dan segera Damian menaruh Luna diatas brankar
"Anda tunggu disini saja, saya akan memeriksa kandungan pasien.' ucap Dokter.
Damian menganggukkan kepalanya dan ia menghampiri mereka yang telah menolongnya.
Mereka berdua langsung berpamitan kepada Damian.
Damian kembali di depan luar ruang UGD dimana istrinya ada disana.
"Apakah Luna keracunan tahu bakso atau roti bakar?" gumam Damian.
Damian sangat takut jika terjadi sesuatu dengan istri dan calon anaknya.
Dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil Damian yang sedang berdiri.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Damian dengan wajah yang sangat cemas.
"Istri anda harus segera di operasi karena mengalami keguguran." jawab dokter.
"Keguruan? Bagaimana istri saya keguguran? Apakah tahu bakso atau roti bakar bisa menyebabkan keguguran?" tanya Damian.
Dokter mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Damian.
"Penyebabnya bukan dari makanan melainkan dari obat penggugur kandungan." jawab dokter sambil memperlihatkan hasil laboratorium kepada Damian.
Dokter mengatakan kalau obat itu berbahaya dan bisa merenggut nyawa.
"Luna, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menggugurkan anak kita?" gumam Damian yang langsung kecewa dengan Luna.
Dokter meminta Damian untuk menandatangani surat pernyataan untuk operasi Luna
Dengan tatapan kosong Damian langsung menandatanganinya.
Setelah mendapatkan tanda tangan dari Damian, Dokter meminta perawat untuk segera membawa Luna ke ruang operasi.
Damian masih duduk di depan ruang UGD dengan tatapan kosong.
Ia masih tidak percaya jika Luna akan melakukan hal itu.
Satu jam kemudian perawat mencari keberadaan Damian.
"Pak Damian mari ikut saya ke ruang pemulihan."
Damian berjalan menuju ke ruang pemulihan dan ia melihat istrinya yang sudah selesai di operasi.
Satu jam kemudian Luna membuka matanya dan ia melihat suaminya yang sedang duduk dengan tatapan kosong.
"Apakah kamu sudah puas membunuh anak kita? APA KAMU PUAS!!" bentak Damian.
Luna langsung terkejut ketika mendengar suaminya yang membentaknya.
"Apa salah anak itu sampai kamu tega membunuhnya? Kamu ingin kembali ke Sebastian?!"
"Iya, aku ingin kembali ke Mas Sebastian. Gara-gara perbuatan kamu, masa depanku hancur! Jika malam itu kamu tidak masuk dan melakukan hal itu. Pasti hidupku akan baik-baik saja!! Aku ingin kita cerai!" jawab Luna sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.
Damian yang mendengarnya langsung menarik nafas panjang, ia tidak ingin tangannya menyakiti Luna jadi ia langsung menghantam dinding tembok sampai tangannya berdarah.
"Kamu yakin kalau Sebastian lelaki yang baik?" tanya Damian.
"Tentu saja aku yakin dan setelah perceraian kita. Aku akan menikah dengannya." jawab Luna.
"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan, semoga kamu tidak menyesal. Mulai sekarang aku jatuhkan talak 1 kepadamu Luna." ucap Damian yang kemudian langsung keluar dari kamar pemulihan.
Melihat suaminya yang sudah menjatuhkan talak kepadanya, Luna langsung menghapus air mata.
Ia memanggil perawat agar menghubungi Sebastian agar datang ke rumah sakit.
30 menit kemudian Sebastian datang dan langsung memeluk Luna.
"Maafkan aku yang datang terlambat." ucap Sebastian sambel mencium kening Luna.
Sebastian tidak melihat keberadaan Damian di ruang pemulihan.
"Adikmu sudah menjatuhkan talak kepadaku dan sekarang sudah ada tidak ada pengganggu lagi." ucap Luna.
"Iya sayang, setelah kamu sembuh kita akan menikah lagi. Aku mencintaimu sayang." ucap Sebastian.
"Iya Mas, aku juga mencintaimu."
Sebastian meminta Luna untuk beristirahat kembali agar lekas sembuh.
Luna tersenyum tipis dan ia kembali memejamkan matanya.
Sementara itu di tempat lain dimana Damian membuang semua barang milik Luna.
"Aku yakin kamu pasti akan kembali kepadaku Luna!" Damian memasukkan pakaiannya dan setelah itu ia memutuskan untuk pergi dari sana.