Visual Cast bisa cek Tiktok @Raline_Story 94
Menceritakan kisah wanita muda yang baru menyelesaikan pendidikan Spesialisnya dikairo. Ia terpaksa harus menikahi seorang CEO yang kejam, dan tidak tersentuh. Pria itu adalah calon suami kakaknya. Ia terpaksa menjadi wanita pengganti di pernikahan mereka. Karena sang kakak yang memilih kabur tepat dihari pernikahan mereka.
Ayyura dan Aydeen pernah bertemu berapa tahun yang lalu di Newyork sebelum Ayyura menutup dirinya seperti ini. Ayyura seakan tidak mengingat wajah Aydeen sama sekali. Sedangkan, Ayyura sudah mengenakan cadar saat ini, otomatis Aydeen belum bisa mengenali wajahnya Yura sekarang.
Yang penasaran bagaimana kelanjutannya?
silahkan dibaca gaes ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 Ternyata kenal
Selama diperjalanan Ayyura dan Aydeen tidak ada satupun yang berani buka suara duluan.
Sesekali Yura melirik sang suami yang nampak fokus menyetir mobilnya tanpa memalingkan wajahnya kemanapun.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit akhirnya mereka sampai di kediaman Addison.
"Selamat datang tuan muda Aydeen, Nyonya muda Ayyura". sapa berapa pelayan yang ada disana.
Ayyura dan Aydeen tersenyum ramah pada mereka.
"Assalammualaikum Abi, Mami". ucap Aydeen dan Ayyura serempak. Fahri dan Hanna langsung menyambut mereka dengan penuh cinta.
"Walaikumsalam sayang". Jawab Hanna langsung memeluk menantunya, sedangkan Aydeen sang putra mengernyitkan dahinya.
Saat pulang kerumah kedua orang tuanya, dia malah menjadi seperti menantu dan Ayyura seperti tuan putri dikeluarganya.
"Walaikumsalam, Kalian baru sampai nak"? sahut Abi Fahri dengan wibawa dan kharismanya.
"Iya bi, tadi kita mampir ke masjid dulu. Kita berdua magriban disana sebentar". jawab Aydeen.
"Yasudah kita masuk yuk". ajak Mami Hanna.
"Mam, kok cuma Yura sih dipeluk dan dicium". gerutu Aydeen memanyunkan bibirnya.
"Karena dia putri Mami". jawab Hanna monohok.
"Mam dia menantu Mami, Abang ini putra Mami".
"No, Kamu itu hanya bisa membuat menantu Mami sedih terus, gimana mau kasih cucu buat kita".
cibir Mami Hanna, sembari mendelik tajam pada putra satu-satunya itu.
"Mam, Aydeen gak pernah ada niat buat Yura sedih, hanya saja". Aydeen diam sebentar lalu menatap mata Yura yang mulai tidak nyaman karena Aydeen ingin bercerita yang sebenarnya pada Maminya.
"Hanya saja apa"? sentak Hanna pada putranya itu.
"Sudah-sudah kasihan Yura, tiap kali ketemu Mami selalu saja berantem sama suaminya".
"Abang, Zahra telah menunggumu sejak tadi".
"Cepat temui dia, sebelum dia tantrum". sahut Fahri menengahi perdebatan antara istri dan anaknya.
"Zahra? Siapa dia"? batin Ayuyura.
"Baiklah Abi, Abang akan menemuinya sebentar". balas Aydeen lalu pergi meninggalkan mereka.
"Ayo sayang kita kedapur, Mami lagi masak besar malam ini, buat menyambut kepulangan Zahra". ucap Hanna membuyarkan lamunannya Ayyura.
"Ahhh .. Baiklah mam". balas Yura dengan mengedipkan matanya tanda setuju.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tok .. tok ..
"Assalammualaikum adek kesayangan". ucap Aydeen saat sudah sampai dikamar Zahra.
"Walaikumsalam, Abang". teriak Zahra saat membuka pintu kamarnya, ia langsung memeluk sang kakak yang begitu ia rindukan berapa tahun terakhir ini. Azzahra sangat manja pada Aydeen.
Karena sang kakak yang kerap kali selalu menuruti semua permintaan dan kemauannya.
"Wah .. Masya Allah, Adik kecil Abang udah cantik banget sekarang ya, jangan-jangan bentar lagi". goda Aydeen pada adik bungsunya itu.
"Apaan sih Abang, Zahra mau taaruf. Gak mau kayak Abang yang udah celap celup sana sini, Dosa tau"! tukas Azzahra dengan spontan.
"Adek"! sentak Aydeen menoleh sana sini takut kalau omongan Zahra didengar oleh Ayyura istrinya.
"Kenapa? Emang benar kan yang dikatakan Zahra"!
"Aku gak suka kalau Abang itu nikah sama wanita bekas orang lain! Aku gak sudi gak ikhlas Abang"! ucap Zahra yang sudah terisak.
Karena Zahra sendiri sangat menentang hubungan Aydeen dengan Malika. Dulu, Aydeen tidak pernah mau percaya sama adiknya itu, bahwa Malika adalah gadis yang bebas dan cukup liar, dia adalah Cassanova dalam bentuk wanita.
"Azzahra"! bentak Aydeen kesal.
"Lihat Abang sini! Kamu itu kenapa sih"? tanya Aydeen kembali.
"Zahra gak mau ketemu perempuan ular itu Bang"!
"Siapa yang kau sebut perempuan ular itu, Zahra"?
"Siapa lagi kalau bukan ..".
Namun belum selesai adiknya menjelaskan maksudnya, Mereka sudah lebih dulu dipanggil agar cepat kebawah sekarang.
"Kita kebawah dulu, temui kakak iparmu dengan hormat dan sopan. Jaga cara bicaramu padanya, karena dia dari keluarga yang terhormat".
Ccckkk ... Azzahra mencebik kesal.
"Azzahra ..". tegur Aydeen kembali.
"Baik Bang". jawabnya pelan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya diruang makan, semua makanan sudah tertata rapi dan siap untuk dihidangkan.
"Waw makan besar nih, siapa yang masak Mam"? sela Zahra yang baru saja keluar dari lift bersama kakaknya itu. Dia sangat Antusias sekali saat melihat betapa banyaknya makanan dimeja makan.
"Kakak iparmu yang masak nak". sahut Abi Fahri.
"Hah? Yang benar aja wanita itu bisa masak"!
"Bukannya cuma bisa belanja dan bersolek aja". celetuk Zahra tanpa sadar.
"Zahra"! sentak Aydeen yang mulai emosi.
"Azzahra, jaga ucapanmu nak". tegur Abi Fahri.
"Shhh .. semua orang selalu saja membelanya". desis Zahra tidak terima.
"Sudah Ayo duduk sini, makan dengan tenang".
"Syukuri apa yang ada dihadapan kalian sekarang".
"Jangan ada yang berani membantah saat makan". tegur Abi Fahri dengan tegas.
"Baik Abi". jawab Aydeen dan Azzahra kompak.
"Ahh .. kalian sudah kumpul rupanya". ujar Maminya yang baru saja tiba disana, karena mereka berdua masih sibuk didalam dapur sejak tadi.
"Istri Aydeen mana mam"? tanya Aydeen karena tidak melihat Yura dibelakang maminya.
"Menantu Mami sedang cuci tangan Bang".
"Kita tunggu dia sebenatar ya gak papa kan"?
Cckk ..
"Selalu seperti Ratu, maunya ditunggu terus".
"Kamu kenapa sih bawaannya sensi mulu sama istrinya Abang"? sentak Aydeen dia mulai jengah dengan sikap adik bontot nya itu.
"Kenapa? Enggak suka? Emang Zahra enggak pernah suka padanya, dan itu berlaku untuk selamanya, salah Abang yang mau menikahinya". ketus Azzahra dia masih menganggap istrinya Aydeen itu adalah Malika, bukan Ayyura.
"Kamu! Emang Kamu udah kenalan sama istrinya Abang, hah"? sentak Aydeen yang tidak mengerti dengan jalan pikiran dari Zahra saat ini.
"Untuk apa ..". lagi-lagi ucapan Zahra terpotong karena ada seseorang yang datang menyela.
"Maaf semuanya, Yura terlambat". lirih Yura pelan.
Azzahra tersentak saat mendapati ada wanita lain dirumahnya. Dan wanita itu siapa? kenapa dia tidak tahu ada wanita lain disini. Lalu dimana musuh bebuyutannya Malika si wanita ular pikirnya.
"Ahh .. gak papa kok sayang. Silahkan duduk nak". jawab Mami Hanna sembari mendelik tajam pada Aydeen dan Azzahra. Betul-betul ya mereka berdua, bagaimana jika sampai Ayyura mendengarnya tadi.
Ayyura pun duduk disebelahnya Aydeen, namun dia belum melihat ada orang lain disana selain suami dan juga dua mertuanya. Dia masih terus menunduk, entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini.
"Mam siapa wanita ini"? sela Azzahra mulai kepo.
Ccckkkk ..
"Dia adalah kakak iparmu yang sejak tadi selalu kau bicarakan". potong Aydeen sembari menatap tajam pada adiknya itu.
"Hah? Kakak ipar"? pekik Azzahra.
Ayyura mendongak saat mendengar suara yang sudah tidak asing ditelinganya itu. Lalu dia menatap kearah meja yang berlawanan, yang duduk disebelah Mami mertuanya itu. Ayyura tersenyum simpul dibalik cadarnya. Dia sangat mengenal wanita itu.
"Humaira"? panggil Ayyura tiba-tiba.
Azzahra pun menoleh, tidak asing dengan panggilan barusan. Dia pun segera berdiri dan menatap mata teduhnya Yura dengan begitu seksama.
"Ayyura! Ra itu Kamu"? teriak Azzahra langsung mendekat kearah meja makan Ayyura.
Ayyura mengangguk kecil dan malu-malu.
"Ahhh ... Akhirnya sekian lama kita bertemu juga". pekik Azzahra antusias lalu memeluk Ayyura dengan isak tangis yang menggema diruangan itu.
"Aku kangen banget sama Kamu ra, kenapa Kamu gak balik ke New York lagi saat itu". cicit Azzahra dengan tangisan yang semakin menjadi disana.
Aydeen, Hanna dan Fahri menatap bingung pada putrinya itu. Tadi saja mencebik, mencibir kakak iparnya. Lah, sekarang malah saling memeluk dan menangis dengan hebohnya, dasar bocah labil.
semakin kesini akan semakin seru