NovelToon NovelToon
Pelabuhan Cinta Sang Pangeran Es

Pelabuhan Cinta Sang Pangeran Es

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: echa wartuti

Season kedua dari Batas Kesabaran Seorang Istri.

Galen Haidar Bramantyo, anak pertama dari pasangan Elgar dan Aluna. Sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Ia mewarisi semua ketampanan dari ayahnya.

Namun ketampanan juga kekayaan dari keluarganya tidak sanggup menaklukkan hati seorang gadis. Teman masa kecilnya, Safira. Cintanya bertepuk sebelah tangan, karena Safira hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik. Padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. Hal itu berhasil membuat Galen patah hati, hingga membuatnya tidak mau lagi mengenal kata cinta.

Adakan seorang gadis yang mampu menata hati si pangeran es itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berontak

Lucyana pulang ke rumah diantar oleh sopir keluarga Bramantyo. Di tangannya ada berkas yang Galen berikan padanya. Sesampainya di rumah, Lucyana melihat mobil Joni sudah terparkir di garasi, yang artinya keluarganya sudah lebih dulu pulang.

Lucyana memeluk erat berkas yang dibawanya, bukti akan kenyataan pahit mamanya semasa hidup. Matanya Lucyana kembali berkaca-kaca, bisa dipastikan dalam sekali kedipan cairan bening itu akan lolos dari matanya. Benar saja, ketika Lucyana berkedip cairan bening itu lolos dari matanya.

"Nona, kita sudah sampai," ucap sang sopir membuat Lucyana tersadar lantas menarik napas dalam-dalam, menetralkan rasa sesak di dadanya.

"Iya, Pak. Makasih ya sudah antar aku," ucap Lucyana seraya menyapu jejak air mata di pipinya. Setelah itu Lucyana turun dari mobil.

Lucyana berjalan dengan menyeret kakinya, seolah semua beban berat yang ada di dunia berada di pundaknya. Ia berhenti sejenak, menutup mata dan mengingat apa yang dikatakan oleh Galen.

"Mereka yang numpang hidup sama kamu. Jangan mau ditindas."

Lucyana kembali menarik-napas dalam-dalam, mengumpulkan semua keberaniannya, sebelum kembali melangkah. Sesampainya di pintu ia justru disambut dengan sebuah tamparan.

"Dasar anak pembawa sial!" maki Joni.

Joni lantas menyeret Lucyana ke dalam rumah, tanpa membiarkan anak gadisnya untuk sekedar menarik napas.

"Ini dia anak yang sudah membuat kita dipermalukan di acara itu," ucap Kamila. "Hukum cambuk saja 100 kali."

Lucyana menunduk masih dengan memeluk erat berkas di tangannya. Akan tetapi ada yang berbeda, auranya menggelap, ada senyuman sinis terukir di bibirnya. Berbeda sekali, Lucyana tidak seperti biasa yang selalu nampak ceria.

"Aku ambilkan cambuk, Pa," ucap Cintya.

"Papa kenapa capek-capek cambuk aku?" tanya Lucyana pada Joni dan membuat langkah Cintya terhenti. "Bukankah lebih baik Papa lenyapkan saja aku biar gak bikin susah Papa sama yang lainnya?"

"Sudah bosan hidup kamu?" tanya Joni marah.

Lucyana mendongak melihat ke arah Joni dengan tatapan teduh.

"Tapi aku yakin Papa gak akan pernah melakukan itu?" tebak Lucyana. "Karena jika aku mati Papa akan kehilangan semuanya." Lucyana mengarahkan pandangannya ke arah Joni. "Aku benar, 'kan, Pa?"

"Bicara apa kamu?" tanya balik Joni. Pria paruh baya itu mulai gelisah.

"Papa tahu jelas apa yang aku bicarakan," balas Lucyana. "Mungkin tante Kamila juga tahu."

Semuanya terdiam begitu Lucyana bersuara. Joni nampak gelisah begitu juga dengan Kamila. Batin mereka berkata, apakah Lucyana sudah tahu apa yang mereka sembunyikan selama ini?

"Aku sudah tahu apa yang terjadi sama mama. Selama ini Papa juga sudah bohong sama aku. Ternyata Papa sudah mengkhianati mama dengan berselingkuh dengan tante Kamila," ucap Lucyana. "Mama meninggal setelah aku lahir, tapi sebelum itu mama mengalami kecelakaan."

"Jangan bicara ngelantur kamu!" teriak Kamila.

"Udah, Pa usir saja dia," suruh Cintya. "Biar gak nyusahin."

Lucyana menoleh ke arah Cintya menatap saudara tirinya dengan tatapan mengejek. Hal itu jelas membuat Cintya heran. Ia merasa yang ada di depannya bukanlah Lucyana.

"Ini rumahku, semua uang yang kalian pakai untuk belanja juga uang aku. Harusnya yang pergi bukan aku tapi kalian," balas Lucyana. Pandangannya kembali mengarah pada Joni. "Aku benar lagi, 'kan, Pa?"

Joni diam, tidak berkutik begitu juga dengan Kamila, tetapi bisa terlihat dengan jelas kepanikan di wajah keduanya. Mereka tidak menyangka akan mendapatkan serangan dadakan dari Lucyana. Belum lagi mereka bingung, dari mana Lucyana tahu semua itu, tentang perselingkuhan itu juga.

"Mama sama Papa kenapa diam saja?" tanya Cintya kesal.

"Aku cape, Pa. Aku mau ke kamar." Tanpa menunggu waktu lagi Lucyana berlari ke kamarnya masih dengan memeluk berkas yang dibawanya. Tubuhnya sudah mulai bergetar, takut keberaniannya hilang.

Sesampainya di kamar, Lucyana langsung menutup pintu juga menguncinya. Napasnya nampak tidak beraturan, selain karena berlari juga beberapa saat yang lalu sempat menahan napas ketika berdebat dengan keluarganya. Lucyana bahkan sampai tidak menduga bisa berlaku seperti itu.

Di seberang sana Galen tersenyum tipis melihat bagaimana seorang gadis polos menunjukkan taringnya.

TOK TOK TOK

Lucyana terkejut saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia takut jika ayah atau ibu tirinya yang datang.

"Non Ana."

Suara pengasuhnya, Lucyana menarik napas lega. Ia langsung membuka pintu kamar, menarik pengasuhnya ke dalam kamar dan kembali mengunci pintunya.

"Non tidak apa-apa?" tanya Bibi.

Lucyana menggeleng, "gak, Bi. Aku cuma deg-degan."

"Tadi Non hebat bisa lawan mereka," puji Bibi.

"Iya, Bi. Sekarang aku tahu, kebenarannya," ucap Lucyana lantas menunjukkan berkas yang Lucyana bawa. "Bibi tahu kalau mama kecelakaan sebelum lahirin aku?"

"Nyonya Ivy kecelakaan?" Bibi nampak syok mendengar perkataan Lucyana.

"Iya, Bi."

"Bibi tidak tahu, Non. Bibi hanya dikasih tahu sama tuan kalau nyonya Ivy tidak bisa diselamatkan karena pendarahan saat melahirkan," jawab Bibi.

"Tentang perselingkuhan papa sama tante Kamila?" tanya Lucyana lagi.

Pengasuhnya diam, memberikan jeda sebelum menjawab. "Kalau itu Bibi tahu, Non. Karena itu pula nyonya Ivy sampai sedih," aku Bibi. "Maaf, Non. Bibi tidak bermaksud untuk menyembunyikan hal itu. Bibi tidak mau Non tambah sedih."

"Tidak apa, Bi," ucap Lucyana. "Oh iya, aku mau minta tolong sama Bibi." Lucyana merogoh tas kecilnya. "Tolong Bibi pasang ini di ruang kerja papa, di kamar papa, dan kamar Cintya. Pasangnya di tempat yang tersembunyi."

"Apa ini, Non?" tanya Bibi.

"Alat penyadap," jawab Lucyana.

"Alat penyadap?" ulang Bibi disambut anggukkan oleh Lucyana. "Non kenapa bisa dapet barang-barang kaya gini."

"Ada yang mau bantuin aku, Bi. Ada kemungkinan kecelakaan mama itu disengaja," jelas Lucyana.

"Maksudnya, Nyonya Ivy sengaja dicelakai?" tanya Bibi.

Lucyana kembali mengangguk, "Iya, Bi. Aku curiga sama papa juga tante Ivy."

"Kalau benar, itu sudah keterlaluan," geram Bibi. "Ya sudah, Bibi akan pasang ini di tempat yang Non tunjukkan tadi."

"Makasih ya, Bi," ucap Lucyana disambut anggukkan oleh bibi.

"Ya sudah, sekarang Non istirahat," suruh Bibi disambut anggukkan oleh Lucyana.

Di bagian lain rumah itu, Joni dan Kamila benar-benar panik. Mereka bahkan sampai bingung apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Cintya yah ada di dekat mereka ikut dibuat bingung.

"Pa, Ma, jadi benar semua yang dikatakan oleh Lucyana itu?" tanya Cintya disambut anggukkan Kamila.

"Ivy meninggalkan semua harta itu untuknya. Dan jika Lucyana meninggalkan harta itu akan disumbangkan. Perempuan itu tidak meninggalkan sepeserpun untuk papa kamu," jelas Kamila.

"Bagaimana bisa anak itu tahu semuanya?" tanya Joni geram.

"Pasti dia dapat semua informasi itu dari orang-orang Bramantyo," tebak Kamila. "Papa tahu gadis yang datang tadi? Itu putri Bramantyo," sambung Kamila.

"Apa?" seru Joni terkejut.

"Iya, Pa. Itu benar," imbuh Cintya.

"Beruntung banget Lucyana bisa dekat sama mereka," ucap Cintya ketus, merasa iri mengingat kedekatan Lucyana dengan keluarga Bramantyo.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak dekati si Arabella itu. Buat Arabella berpihak padamu," usul Kamila.

"Ide yang bagus," balas Cintya. "Tapi aku harus pindah sekolah lebih dulu."

"Papa yang urus."

1
4U2C
kenapa up nya cuma satu thor?? double up atau treeple up pun ok..alur ceritanya sangat bagus setakat ini,,moga kedepan pastikan lebih bagus lagi..semoga LUCYANA menemukan kebahagiaan..
Maricha: 😁😁😁 Penginnya gitu, kak. lagi ada kerjaan di RL Kak. insya Alloh tak kejar kalau kerjaan di RL selesai 🥰🥰🥰
total 1 replies
Mohamad Irvan
lanjut thor suka jalan ceritanya
Maricha: terima kasih kakak,untuk dukungannya
total 1 replies
Siti Aisyah Aisyah
lanjut
4U2C
🤣🤣🤣🤣🤣 pasti aku ngakak thor,,kerana terasa lucu,,"eh cil..suka aku dengan panggilan SAM sama ANA..
Maricha: 😁😁😁😁😁😁 panggilan sayang Sam ke ana
total 1 replies
Upi Raswan
ya ampuuuun sukaaa bgt sama part iniii...nambaaah thor hihi
Upi Raswan: kembali kasiiih /Kiss/
Maricha: Terima kasih kakak 😍😍😍🥰🥰🥰
total 2 replies
Siti Aisyah Aisyah
lanjut dn 💪💪💪💪💪
Maricha: siap 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Siti Aisyah Aisyah
lanjut up thor
Maricha: siap Kakak
total 1 replies
Riskazputri
bagus dan lebih sering aplod lebih banyak
Maricha: Terima kasih sudah mampir Kakak
total 1 replies
4U2C
kasihan sekali kamu LUCYANA,,sudahlah kena tampar ARABELLA,,ditampar dan dicambok lagi sama si JONI,,bertahanlah selagi kamu mampu bertahan ya LUCYANA nanti aku bawa kamu kaburrr..
Siti Aisyah Aisyah
lanjut
Maricha: siap Kak
total 1 replies
4U2C
terus ngakak aku baca "sini cil" kata SAM..lucu ya kamu cil..
4U2C
lihat saja kamu nanti KANIA,,kamu akan dikeroyok sama ARA dan LUCYANA🤣🤣🤣
4U2C
ayoooo ARA ajari LUCYANA beladiri biar gak gampang ditindas lagi,,dan ajari juga biar LUCYANA bisa licik 🤣🤣🤣🤣🤣
Maricha: asiaaap
total 1 replies
4U2C
LUCYANA,,baik kamu berteman sama ARA setidaknya KANIA enggak akan bisa bully kamu LUCYANA,,kalau GALEN susah kerana GALEN kukas 10 pintu🤣🤣🤣🤣🤣 nanti kamu beku..
Maricha: 😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!