NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Dan Kenangan

Setelah berhasil membawa Sasha keluar dari tempat aborsi dokter Eliza, tanpa segan-segan Anya menyeret adiknya dengan paksa ke dalam mobil.

"Kak, harusnya kamu biarin aku gugurin anak ini! Kalau pun dia lahir, dia cuma akan menderita karena dipandang sebelah mata sama semua orang!" ucap Sasha dengan suara keras di akhir kalimatnya.

"Sasha! Kamu bisa enggak sih sekali aja berpikir waras?"

Anya sudah lelah bersabar dengan sikap adiknya.

"Kamu cuma ngomong aja, kamu pikir mudah bagi aku untuk ngelewatin ini semua seorang diri hah!? Bukan cuma aku, tapi anak ini!" Sasha menunjuk perutnya. "Dia juga akan menanggung malu seumur hidup, dan pastinya ini akan berdampak buruk bagi mentalnya dia," ucap Sasha dengan emosi yang semakin menggebu-gebu.

"Oh, jadi sekarang ceritanya kamu malu? Kamu baru ngerasa malu setelah melakukan ini semua? Ke mana aja kamu dari dulu, kenapa enggak dari awal berpikir, Sha! Seharusnya kamu itu mikir dulu sebelum bertindak! Kamu pikir dengan aborsi ini kamu bisa menyelesaikan semua masalah, yang ada malah nambah masalah dan kamu akan lebih menyesal ke depannya! Kamu udah melakukan dosa besar dengan berzina, dan sekarang mau nambah lagi? Belum cukuplah dengan dosa-dosa itu, Sha!?"

Anya mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak kencang, ia sangat marah dengan apa yang dilakukan Sasha hari ini.

Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut Sasha kala melihat kemarahan kakaknya. Wajah Anya berubah merah padam, saking tak kuat menahan emosinya.

"Anya, sudah adzan. Lo enggak mau sholat dulu, gue bisa anterin lo ke masjid terdekat, yuk sholat dulu!" ajak Windi.

sengaja Windi mengajak Anya untuk segera sholat, karena dia juga tidak mau keributan itu terus berlanjut.

Anya menghela napas pelan, dia mengusap dadanya berkali-kali, mencoba menenangkan pikiran dan perasaannya yang remuk redam karena emosi.

"Win, aku boleh minta tolong sama kamu enggak?"

"Boleh, buat lo apa aja boleh," jawab Windi.

Anya kembali menoleh ke arah Sasha yang sudah masuk lebih dulu dalam mobil. "Anterin dia pulang, aku bisa minta tumpangan sama mereka!" Anya menunjuk ke arah anak buah Windi yang masih sedia menunggu di dalam mobil.

"Ya udah, kalau gitu gue pulang duluan sama Sasha. Lo hati-hati ya, kalau mau gue jemput, nanti kabarin aja!"

Windi pun masuk ke dalam mobilnya, sebelum pergi, ia melambaikan tangan kepada Anya diiringi dengan senyuman manis seperti biasa.

Setelah mobil yang dikendarai Windi benar-benar sudah hilang dan tak lagi terlihat dari pandangannya, dia pun menghampiri kedua anak buah Windi dan meminta mereka untuk mengantarkannya ke masjid.

.

.

"Aku turun di sini aja!" kata Anya seraya mengambil mukena yang memang selalu dibawa ke mana pun ia pergi.

Yogi menghentikan mobilnya, ia mengambil sarung dalam plastik yang terletak di samping Rehan.

"Lo enggak turun, Han?"

"Entar lagi, gue mau napas dulu!" jawab Rehan sambil menaikkan jendela mobil.

Anya tertegun melihat Yogi yang ikutan turun dan memakai sarung juga peci.

"Kenapa ngeliatin saya segitunya, Mbak?" tanya Yogi.

"Kamu mau ke mana?"

Pertanyaan Anya kali ini benar-benar menggelitik perut Yogi, cowok itu merasa aneh mendengar pertanyaan Anya tadi.

"Hahaha..." tawa Yogi membuat Anya semakin bingung.

"Ngapain ketawa?"

"Mbak lihat kan saya udah berpeci dan bersarung gini, masa iya mau nyambret orang," seloroh Yogi sambil menatap Anya yang masih bengong.

"Oi, malah ngobrol di sini. Yuk sholat!" Rehan yang baru keluar dari mobil langsung menghentikan obrolan mereka.

Anya masih juga bengong, dia baru sadar saat Yogi melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Mbak! Malah bengong, mikirnya nanti aja, kita udah dipanggil sama yang di atas, ini waktunya untuk sholat," ucap Yogi, suaranya berlalu begitu saja dari telinga Anya.

Anya menatap Yogi dan Rehan yang lebih dulu masuk ke area masjid, mereka berdua pergi menuju tempat wudhu.

"Apa yang selama ini aku pikirkan tentang mereka? Astaghfirullah!" ucap Anya berkali-kali dalam hati.

Anya melangkahkan kakinya perlahan menuju masjid, seseorang tiba-tiba lewat di sampingnya dengan langkah tergesa-gesa.

Anya penasaran, ia menoleh ke samping. Namun wajah orang tersebut tidak kelihatan, hanya punggungnya saja yang bisa dilihat Anya.

"Dia..."

Anya kembali mematung, hatinya bergetar, lelaki yang tadi lewat di sampingnya seolah tidak asing.

"Ah, mungkin cuma perasaan aku aja," gumamnya. Anya pun kembali berjalan untuk menunaikan ibadah sholat maghrib.

*

Selesai sholat, Anya tidak langsung pergi dari sana. Ia tampak betah duduk di atas sajadah kesayangannya, ada sesuatu yang menggelayut di pikirannya saat ini.

"Suara tadi, suara yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Ya Allah, hamba sudah berusaha sebisa mungkin untuk mengubur semua rasa ini, namanya yang dulu selalu ada dalam doa, kini sudah hamba tinggalkan. Namun, kenapa ia hadir lagi?" hatinya bertanya getir.

Yang menjadi imam sholat magrib di masjid itu adalah Rizki, dan berarti lelaki yang dilihatnya tadi juga Rizki.

Masjid yang dia datangi memang tidak jauh letaknya dari kediaman Rizki, letaknya dari rumah Rizki juga dekat meski jalan kaki saja.

Anya melipat mukena dan sajadahnya, kemudian ia memasukkan lagi ke dalam tasnya.

Dengan langkah pelan ia berjalan menuju pintu keluar, dia dan Rizki berjalan bersisian. Rizki berjalan tidak jauh darinya kala itu, dan mereka bertemu di satu titik yang sama.

Pertemuan keduanya tepat di akhir tangga, saat itu Anya sedang mencari gantung kuncinya yang terjatuh, dia tidak mau kehilangan benda itu, karena benda tersebut adalah pemberian seseorang.

"Mbak cari ini?"

Anya yang sedang menunduk langsung saja berdiri tegak, sepasang mata indahnya membola dan tak berkedip.

"Mas Rizki."

"Anya!"

Keduanya terdiam, berharap waktu berhenti untuk sesaat. Sudah lama tidak berjumpa, dan nyatanya masih ada rindu yang begitu menggebu-gebu.

Rindu yang terlihat jelas di kedua mata mereka.

Sudahlah! Keduanya tidak ditakdirkan untuk bersama, semua hanya masa lalu, sudah waktunya untuk dikubur dan membuka lembar baru.

Mungkin, ada beberapa dari masa lalu itu yang tidak akan pernah bisa terlupakan. Namun, keadaan memaksa untuk melupakan dan melepaskan.

"Ya, ini punya aku. Terima kasih," ucap Anya. Ia mengambil gantungan kunci dengan bentuk love yang ada tulisan nama mereka berdua di sana, namun Rizki menggenggamnya kembali.

"Kamu masih menyimpan benda ini?"

"Maaf, aku lupa membuangnya." Anya mengulurkan tangannya hendak mengambil benda itu.

"Kamu ingin membuangnya?"

Anya merasa Rizki sedang mengulur waktu agar mereka bisa bicara lebih lama, ia tidak mau itu terjadi. Anya tahu dan sadar diri, dia juga tidak mau nama baik Rizki tercoreng di mata warga di sana kalau tahu bahwa mereka berdua saling kenal.

"Nah, itu anak saya!"

Di belakang Anya dan Rizki sudah ada bu Mila bersama dua temannya.

"Rizki! Ayo sini, Nak!" seru mamanya.

Rizki kaget begitu juga dengan Anya, baru saja Anya hendak pergi dari sana, namun Bu Mila malah menghampiri mereka.

Rizki lupa akan gantungan milik Anya, bukan memberikan benda itu kembali pada Anya, dia malah memasukkan ke dalam saku baju kokonya.

"Mama, Mama kok belum pulang?"

"Sengaja, mama nungguin kamu dari tadi."

Anya mengambil kesempatan untuk kabur dari sisi mereka, ia berjalan menunduk, takut ada yang mengenali dirinya.

Setelah video Sasha yang hamil di luar nikah beredar, pasti banyak dari netizen yang mencari tahu siapa saja keluarga Sasha, dan pastinya itu juga membawa nama Anya.

"Anya!"

Giliran Bu Mila yang kaget melihat Anya juga ada di sana.

"Loh, Mbak Mila kenal sama gadis ini?" tanya temannya.

"Dia kan kakaknya perempuan itu, yang lagi viral sekarang itu loh, hamil di luar nikah katanya," kata ibu yang lainnya.

Bu Mila tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tadi, dia berpura-pura saja tidak kenal dengan Anya.

"Saya tidak kenal, saya tahu namanya karena video adiknya yang viral," jawab mamanya Rizki.

Anya mulai menatap satu per satu lawan bicaranya, tidak ada niat membantah, ya meskipun hatinya sakit dan malu saat itu.

Hari Rizki ikut merasa sakit saat melihat tatapan Anya yang memendam begitu banyak beban, ia tahu kalau perempuan yang dicintainya itu masih menyimpan rasa yang sama.

1
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
P 417 0
dlm artian mnusia hnya bisa berencana/Smile/
P 417 0
ini pastinya bner/Hey/
P 417 0
yg ini mngkin bisa di cek lgi/Silent/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!