Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Temani mereka!
"Tinggalkan kami bertiga disini," ujar Javier menatap Emma. Wanita itu lalu mengangguk. Ia tidak mungkin ikut campur dengan urusan keluarga bosnya. Lagi pula ia hanya orang luar. Saat Emma ingin pergi, ia ditahan oleh Leon dan Lucio. Keduanya menggeleng agar Emma tidak meninggalkan mereka. Emma semakin bingung dengan keadaan sekarang. Apakah ia harus pergi atau tetap disana.
"I..itu, kakak ada pekerjaan yang harus diselesaikan," ujar Emma.
"Tidak...jangan pergi. Daddy pasti akan memarahi kami. Kami tidak salah, mereka yang duluan melakukannya. Tapi daddy akan selalu memarahi kami dan memberi kami hukuman," ucap Leon menunduk. Emma yang tidak tega melihat kedua anak itu, mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Ummm....begini pak," ucap Emma meremas jari tangannya.
"Bukannya saya ingin menggurui Bapak, tapi ada baiknya Pak Javier melihat dari dua sisi. Jangan langsung percaya begitu saja. Bagaimana jika yang dikatakan anak-anak Bapak benar. Bapak akan menyesal nantinya," ujar Emma menelan ludahnya karena takut bosnya akan marah. Javier diam sejenak menatap Emma, memikirkan apa yang dikatakan oleh Emma. Namun Javier kurang percaya, karena memang anak-anaknya sangat nakal. Entah kenapa emosi Javier mulai surut mendengar perkataan Emma.
Javier mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Paman, jemput anak-anak ke kantor sekarang juga," ujar Javier pada Ramiro supir keluarganya. Javier lalu mematikan ponselnya.
Javier kembali duduk di kursi kebesarannya. Pandangannya tidak beralih dari tiga orang yang ada di depannya itu.
"Paman Ramiro akan menjemput kalian," ucap Javier. Kedua anak itupun mengangguk. Awalnya mereka datang ke kantor Javier karena marah dengan daddynya yang punya kekasih baru lagi. Tapi keadaan malah terbalik.
"Kalau begitu saya pamit dulu Pak," ujar Emma menunduk.
"Leon mau ikut dengan kakak saja.." ucap Leoncio.
"Cio juga..." timpal Lucio
"Tapi kakak mau kerja dulu. Lagi pula sebentar lagi kalian akan pulang," ucap Emma.
"Temani mereka disini sampai supir datang menjemput mereka, ini perintah!" timpal Javier memeriksa berkas yang ada di mejanya.
"Baik Pak," ujar Emma tidak bisa menolak, lalu mengajak anak-anak duduk di sofa.
15 menit berlalu namun Ramiro tak kunjung datang. Javier melirik jam tangannya kemudian menghubungi Ramiro.
"Halo tuan, maaf saya mungkin akan datang terlambat, saya sedang di bengkel tuan. Tiba-tiba mobil yang saya bawa mengalami sedikit kerusakan tuan," ujar Ramiro dari balik telepon. Javier melihat ke arah sofa, suasana sudah hening tidak seperti tadi saat anak-anaknya bermain-main dengan Emma. Ternyata mereka sedang tertidur.
"Paman tidak perlu menjemput mereka lagi. Saya yang akan membawa mereka pulang nanti," ucap Javier.
"Baik tuan," panggilan pun berakhir.
Javier berjalan mendekati Emma dan si kembar yang sedang tidur pulas. Kedua anaknya tidur dengan posisi kepala mereka berada di paha Emma. Javier menunduk dang mengamati ketiganya sebelum ia mengangkat tubuh Leon dan membawanya menuju kamar miliknya yang ada di ruangannya. Ia sengaja membuat kamar disana karena terkadang Javier tidur dikantornya. Sejak kematian istrinya, Javier selalu menyibukkan dirinya untuk bekerja di kantornya. Ia juga dekat dengan beberapa wanita, namun hanya sebatas pacar saja. Ia tidak ingin terikat dalam pernikahan. Siapa yang tidak ingin menjadi kekasih Javier, menjadi simpanan pun mereka rela. Bahkan mereka rela memberikan dirinya secara percuma hanya untuk bisa dekat dengan Javier.