NovelToon NovelToon
5 Hari Sebelum Aku Koma

5 Hari Sebelum Aku Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romantis / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Suami Hantu
Popularitas:19.1k
Nilai: 4.6
Nama Author: Maylani NR

5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________

"Celine, kau baik-baik saja?"

"Dia hilang ingatan!"

"Kasian, dia sangat depresi."

"Dia sering berhalusinasi."
__________________

Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.

Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?

Aku harus menguak misteri ini!
___________________

Genre : Horror/Misteri, Romance

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyelidikan (02)

Di dalam ruangan polisi yang penuh dengan berkas-berkas kasus, jarum jam menunjukkan pukul 15:10 sore. Sinar matahari yang masuk melalui jendela besar memberikan sedikit pencahayaan alami di ruangan yang didominasi aroma kopi dan kertas tua.

Sammy, seorang polisi berpengalaman, duduk di kursinya dengan ekspresi serius. Jemarinya dengan cekatan merapikan berkas-berkas yang berserakan di meja sambil membaca ulang laporan kasus penembakan yang diceritakan oleh Celine. Ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya, tetapi ia belum bisa menyusunnya menjadi kesimpulan yang masuk akal.

"Hemmm..." gumamnya lirih.

Ketukan sepatu terdengar dari luar ruangan, diikuti oleh suara langkah cepat. Seorang polisi lain, Alex, masuk sambil membawa sebuah berkas tebal di tangannya. Wajahnya terlihat sedikit tegang, seolah membawa kabar yang tidak menyenangkan.

"Sammy, ini berkas kasus baru yang belum sempat kamu lihat," ujar Alex sambil meletakkan map di atas meja kerja rekannya.

"Kasus baru?" Sammy mengangkat alis, mengambil berkas itu dengan penasaran.

Alex mengangguk. "Ya, dua hari yang lalu, bertepatan dengan kematian Jack, warga melaporkan penemuan dua mayat di tempat yang berbeda. Setelah diselidiki, ternyata mereka adalah teman-teman Jack yang sempat terlihat bersama dengannya pada malam kejadian."

Sammy mulai membuka halaman pertama berkas itu. Pandangannya tertuju pada foto-foto korban yang sudah tak bernyawa. Ia mengernyitkan dahi dan mencocokkan wajah mereka dengan potongan video CCTV yang ada di laporan sebelumnya.

"Kamu benar," katanya sambil mengetuk ujung jarinya ke atas salah satu foto. "Mereka memang teman Jack."

Alex melipat tangannya di dada. "Dan yang aneh adalah... mengapa mereka bertiga tewas dalam waktu yang berdekatan pada malam yang sama?"

Sammy mengangkat bahu. "Ya, mungkin memang takdir mereka."

"Tidak, ini bukan kebetulan, Samm!" Alex mencondongkan tubuhnya ke depan, menunjuk ke arah foto salah satu korban. "Lihat ini! Mike tewas karena menyeberang jalan saat lampu masih hijau."

"Dan?" Sammy masih belum menangkap keanehan yang dimaksud.

Alex menghela napas, lalu menunjuk foto korban lain, Roy. "Roy ditemukan tewas dengan besi panjang menancap di tubuhnya... Dan yang membuat ini semakin aneh, besi itu persis sama dengan yang menancap di perut Jack!"

Sammy terkejut. "Apa? Itu tidak masuk akal!"

"Aku memastikan sendiri saat menginvestigasi kedua mayat tersebut. Besi itu hanya ada satu! Awalnya aku berpikir mungkin ada dua potongan yang serupa, tetapi setelah aku mencari ke mana-mana, aku tidak menemukan potongan lainnya."

Sammy menyandarkan punggungnya, mencoba mencerna penjelasan Alex. "Tunggu... jadi menurutmu, besi itu digunakan untuk membunuh Jack dan Roy dalam malam yang sama? Tapi bagaimana mungkin? Bukankah besi itu tertancap di perut Jack?"

"Persis," Alex mengangguk tegas. "Tapi saat kami memeriksa barang bukti, besi itu hanya ada satu. Tidak ada duplikatnya."

"Kamu ingin mengatakan... besi itu bisa berpindah sendiri?"

Alex menggeleng, lalu berkata pelan, "Atau lebih buruk... besi itu membunuh dengan sendirinya."

Hening sejenak. Suasana ruangan tiba-tiba terasa lebih dingin dari sebelumnya.

"Jangan konyol," Sammy berusaha menepis ketegangan. "Mungkin saja seseorang mengambilnya dan menggunakannya lagi."

Alex menghela napas panjang, lalu membuka laptopnya. "Aku juga berpikir begitu pada awalnya... sampai aku melihat ini."

Ia memasukkan sebuah flashdisk ke port USB dan membuka file rekaman CCTV. Di layar, terlihat rekaman dari sebuah toko yang lokasinya dekat dengan tempat Roy ditemukan tewas.

Sammy memperhatikan dengan saksama. Dalam rekaman itu, Roy terlihat berlari dengan ekspresi panik, seolah sedang dikejar sesuatu yang tidak terlihat. Gerak-geriknya penuh ketakutan.

Lalu tiba-tiba—

Sebuah besi panjang melesat dari udara kosong dan menancap tepat di jantung Roy!

Mata Sammy membelalak. Ia menatap layar dengan penuh ketidakpercayaan.

"Ini... ini tidak mungkin..."

"Masih berpikir ini hanya kebetulan?" Alex menutup laptopnya dengan suara klik yang terdengar keras.

Sammy terdiam. Ia bukan orang yang percaya pada hal-hal supranatural, tetapi rekaman itu terlalu nyata untuk diabaikan.

"Sepertinya yang dikatakan oleh Celine benar," lanjut Alex. "Ini bukan perbuatan manusia biasa... ini ulah hantu."

"Hantu?" Sammy tertawa kecil, meskipun suara tawanya terdengar lebih sebagai bentuk penolakan terhadap rasa takut. "Itu tidak masuk akal. Jangan percaya omong kosong Celine. Dia itu sakit jiwa."

Alex menatapnya tajam. "Sakit jiwa? Apa kamu benar-benar yakin?"

"Aku melihatnya sendiri," Sammy bersikeras. "Dia berbicara sendirian di depan kantor ini, lalu menangis tanpa alasan. Apa namanya kalau bukan orang gila?"

Alex menggelengkan kepala. "Kalau begitu, lihat rekaman ini lagi."

Ia mengulang video, kali ini menunjukkan rekaman lain dari CCTV yang merekam Mike sebelum tertabrak truk.

Mike juga terlihat ketakutan. Sama seperti Roy.

Dan sebelum tertabrak, ia menoleh ke belakang, seolah ada sesuatu yang mengerikan mengejarnya.

"Masih mau menyangkal, Sammy?" Alex menatap rekannya dengan serius. "Kedua korban ini sama-sama ketakutan sebelum mati. Mereka seperti melihat sesuatu... sesuatu yang tidak terekam oleh kamera."

Sammy menatap layar, lalu mengalihkan pandangannya ke Alex.

Untuk pertama kalinya dalam kariernya sebagai polisi, ia merasa logika dan realitas mulai goyah.

"Aku akan cari tahu," gumamnya akhirnya.

...****************...

Di sebuah kedai makanan kecil di sudut kota, aroma sedap dari berbagai hidangan memenuhi udara. Waktu menunjukkan pukul 15:30 sore. Di salah satu meja dekat jendela, Celine baru saja menyelesaikan makan siangnya. Tangannya perlahan mengaduk sisa minuman di gelasnya, sementara pikirannya melayang jauh, tenggelam dalam berbagai hal yang baru saja terjadi.

Tiba-tiba, dering ponsel mengusik lamunannya.

Triririring!

"Hm?"

Celine merogoh saku celananya, mengambil ponsel yang sejak tadi ia abaikan. Layar menyala, menampilkan nama seorang pria yang cukup familiar baginya.

Devid.

Celine menatap layar selama beberapa detik, sebelum akhirnya menghela napas dan mengangkat panggilan itu.

Pip!

"Halo?" ujar Celine dengan suara tenang.

"Halo, Celine!" suara Devid terdengar di seberang sana, penuh semangat seperti biasa.

"Ya, Dev," balas Celine santai.

"Hari ini kamu tidak masuk kerja, ada apa? Kenapa kamu tidak mengabari aku?" tanya Devid dengan nada sedikit khawatir.

Celine sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab, "Maaf, aku hanya mengabari Reina dan lupa mengabari mu."

"Apakah kamu sakit?"

"Ah... ya, tiba-tiba aku merasa tidak enak badan," jawabnya sambil berusaha terdengar meyakinkan.

"Kamu sudah berobat? Mau aku temani ke rumah sakit?"

Celine tersenyum tipis, meskipun tidak ada siapa pun yang bisa melihatnya. "Tidak perlu, Dev. Aku sudah minum obat tadi, jadi kamu tidak perlu khawatir."

"Begitu ya... Tapi kalau kamu ingin pergi ke rumah sakit, aku bisa mengantarmu kapan saja," tawar Devid lagi, suaranya penuh perhatian.

"Terima kasih, Dev, tapi tidak perlu! Aku sudah jauh lebih baik sekarang," ucapnya dengan nada meyakinkan.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Tapi kalau terjadi sesuatu, kamu bisa menghubungi aku, oke?"

"Ya, mungkin nanti aku akan menghubungimu," jawab Celine.

"Baiklah, sekarang istirahat yang cukup, ya! Dan semoga lekas sembuh."

"Terima kasih, Dev."

"Ya, sampai nanti."

"Sampai nanti."

Pip!

Panggilan berakhir.

Celine menatap ponselnya sejenak sebelum memasukkannya kembali ke dalam saku celananya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan nya perlahan.

"Untung saja Devid tidak curiga dengan alasan yang aku buat..." pikirnya dalam hati.

Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, lalu menyesap minuman terakhir dari gelasnya. Matanya menatap kosong ke luar jendela kedai, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di trotoar.

"Aku harus tetap berpura-pura menjadi kekasihnya... dan mencari lebih banyak informasi dari dirinya."

...****************...

Di depan kedai tempat Celine makan, sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam tampak menepi di trotoar. Catnya yang mengilap memantulkan cahaya sore yang mulai meredup, sementara kaca gelapnya membuat sulit untuk melihat siapa yang berada di dalam.

Mobil itu tampak mencurigakan.

Sejak Celine memasuki kedai, kendaraan itu tidak bergeming. Mesin tetap menyala dalam keheningan, namun tidak ada satu pun tanda bahwa pengemudi atau penumpangnya berniat keluar.

Seperti sedang menunggu sesuatu, atau seseorang.

Tak lama kemudian, pintu kedai terbuka.

Creek.

Celine melangkah keluar dengan langkah santai, matanya menyapu sekitar sebelum akhirnya berhenti pada sebuah halte yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Itu dia halte-nya," gumamnya pelan.

Tanpa membuang waktu, ia mulai berjalan menuju halte dengan langkah ringan.

Tap Tap Tap!

Namun, tanpa ia sadari, seseorang di dalam mobil hitam itu mengamati setiap gerak-geriknya.

Dari balik kaca gelap, sepasang mata tajam menyoroti sosoknya. Tidak ada ekspresi yang terlihat, hanya kesunyian yang penuh dengan maksud tersembunyi.

...Bersambung ......

1
AmSi
Gilaaaa /Angry/ tega sekali mereka semua ini!!!
AmSi
masalah apa si Emelin sama nenek Ema? /Shy/ kok ngegas begitu..
AmSi
Kasihan Celine.../Cry/ yg bikin dia sedih pergi saja selamanya...!
AmSi
oh noooo/Sob/ kabuuurrr Celiiine!
AmSi
cih! semoga rencana gagal /Panic/
AmSi
ujiannya masih belum selesai /Sob/
Tinta pink
ya lord tegang banget ehhhh semoga nenek baik-baik aja /Cry/
Tinta pink
dukun sama paranormal beda nya apa?
Tinta pink
semoga Briyon baik-baik aja /Scream/
Nan
kok ngegass sih? /Angry/
Nan
Alex sama Sammy bakal ke Zwaar ya?
Nan
issshhh kasian Sovia 🥺
gugun
lanjut kak
Acil Supriadi
Emelin asli dukun ilmu hitam nih 🤔
Gebi s.
omg Briyon mau di kurung? 😱
Syelina Putri
berasa kaya peliharaan /Sweat/
Nan
Sovia dalam bahaya nih/Scare//Scare//Scare//Scare//Scare//Scare//Scare//Scare/
Nan
cinta mereka bikin iri
Ulfa Ariani
sovia di jadiin alat Briyon marah gak?/Blush/
Ulfa Ariani
tor harusnya mereka bahagia 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!