Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Luka di bibir
Begitu membuka mata, Elora bergegas turun dan menuju ke dapur. Dia mengambil segelas air untuk membasahi tenggorokannya. Dia lantas duduk di ruang tengah, sambil bersandar di sofa, kepalanya mendongak menatap langit-langit kosong.
Dia begitu terkejut saat tiba-tiba Alden menunduk, melihatnya dari dekat. Sontak dia bangun, namun dahi mereka berbenturan. El mengusap dahinya, dengan kesal.
"Pak Al ngapain sih, ngagetin orang?"
Alden tidak menghiraukannya, ia berlalu begitu saja. Tapi, tidak lama dia kembali membawa segelas air, dan ikut duduk bersamanya.
"Sebelum turun, seharusnya kau mandi dulu," kritiknya
Elora tidak percaya dengan pendengarannya, "dia bahkan mengatur saat di luar tempat kerja." pikirnya
Dia pun menoleh, menatap Alden, "bukan urusan anda kalau saya mandi atau tidak, suka-suka dong," balasnya sinis
"Kau tidak malu saat pacarmu melihatmu seperti ini?"
"Nggak, dia menerimaku apa adanya," balasnya dengan penuh percaya diri, yang membuat Al langsung terdiam. Dia mengamati bosnya, yang sudah terlihat sempurna. "Nih orang rajin banget pagi-pagi sudah mandi," batinnya.
Lalu dia menyadari ada bekas luka di bibir Alden, Elora langsung memastikannya, melihatnya dari dekat.
"Kau sedang apa?" tanya Al kebingungan
"Kenapa dengan bibirmu?"
Alden sontak mengerutkan alisnya, "kau tidak ingat?" Al menunggu jawaban El, tapi melihat dari ekspresi bodohnya sepertinya sia-sia, dia pun mendesah kesal. "Digigit nyamuk," jawabnya asal
"Nyamuk apa? anda pikir saya percaya." bantahnya
"Lalu, apa menurutmu?"
Elora langsung terdiam, dia melihat ke arah kamar tidur pacarnya, "apa mungkin..,?" batinnya
Alden mengibaskan tangan di depan wajah El, dia pun menoleh.
"Kenapa bengong,?" tanya Al
El tampak gusar, "kak Nolan.." ucapnya datar, lalu dia langsung beranjak kembali ke kamar tanpa mendengar penuturan Al
Alden tercengang tidak percaya, "dasar gadis bodoh! dia sendiri yang melakukannya, malah bicara yang tidak-tidak! Apa dia memang seperti itu, saat mabuk kelakuannya sangat buruk, dan tidak ingat apa pun saat bangun,"
***
Elora dan Alden keluar bersama saat makan siang, mereka akan bertemu dengan rekan bisnis. Perjalanan cukup lama karena tempat tujuannya ada di batas kota. Mereka tiba di sebuah restoran bergaya eropa klasik.
Setelah beberapa saat, rapat pun selesai dengan hasil yang memuaskan. Mereka segera pamit, untuk langsung kembali ke kantor.
"Kak El...!"
Elora langsung menengok ke arah sumber suara, rupanya seorang anak laki-laki. Anak itu langsung berlari dan menggenggam tangan El.
"Aku nggak nyangka bisa ketemu kakak di sini, aku seneng banget."
Elora masih berpikir, berusaha mengingat tentang anak lelaki di depannya. Dan sepertinya anak itu menyadari kalau Elora belum mengingatnya.
"Kak El adalah penyelamatku dan adikku, kakak ingat?"
"Jadi kamu anak yang waktu itu?" Dia pun mengangguk
"Chris.." seorang pria tinggi dengan jas hitam dan anak perempuan datang mendekat.
"Daddy, ini kakak yang sudah menyelamatkanku waktu itu," tuturnya antusias dengan mengapit lengan Elora
Anak perempuan yang pernah di tolongnya langsung memeluknya, "terima kasih banyak kak, kalau kakak nggak menyelamatkanku, mungkin aku sudah.."
Elora langsung mengusap kepalanya, "sudah, jangan bicara macem-macem, itu sudah berlalu,"
"Nona Elora," sapa ayah dari kedua anak itu dengan suara berat namun penuh kehangatan, "saya tidak akan pernah bisa membalas apa yang telah Anda lakukan untuk putra dan putri saya. Anda menyelamatkan dunia mereka, juga dunia saya."
"Terima kasih banyak. Mungkin ucapan terima kasih saja tidak cukup, demi menyelamatkan mereka, anda sampai menempuh bahaya." Wajahnya menunjukkan campuran emosi yang sulit dijelaskan, syukur, haru, dan penghormatan.
Elora tersenyum kecil, "saya hanya melakukan apa yang saya bisa," balasnya lembut
Pria itu juga berniat ingin memberikan sesuatu, apa pun yang Elora mau, tapi dia langsung menolaknya. Karena dia menolong dengan ikhlas. Akhirnya mereka hanya bertukar kartu nama, dan meminta Elora agar menghubunginya kalau saja dia membutuhkan bantuan atau apa pun.
Elora dan Alden akhirnya kembali ke kantor, mereka sampai di kantor saat petang, dan para pegawai sudah pulang. Elora merasa tidak enak, karena waktunya terbuang gara-gara dia terlalu lama mengobrol dengan keluarga itu.
Namun Elora merasa heran, karena sikap bosnya itu tidak seperti biasanya, yang suka mengkritik dan gampang kesal.
Keesokan hari,
Elora tengah menemani bosnya pergi ke sebuah toko luxury brand, mereka harus membeli sebuah hadiah untuk menghadiri pesta rekan bisnisnya.
"Menurutmu sebaiknya kita membeli apa?" tanya Alden
"Dia sukanya apa?" tanya El balik
Alden mengetuk kepala Elora, "dasar bodoh! kalau aku tahu buat apa aku mengajakmu?"
Elora berdecak kesal, "anda mengajakku hanya untuk membullyku," gerutunya
"Aku meminta pendapatmu, karena ini pesta ulang tahun istrinya, kamu kan perempuan, jadi harusnya bisa membantu,"
Elora lantas melihat deretan tas, menurutnya hadiah itu yang paling cocok. Dia memilih sebuah tas tangan dengan warna hitam, yang di rasa cocok untuk segala usia.
Sementara Alden sedang ke kasir, Elora melihat-lihat koleksi parfum di toko itu. Dia sangat tertarik saat mendapati sebuah parfum yang beraroma manis dan segar, hampir sama dengan parfum yang dia gunakan. Tapi, dia tidak membelinya sekarang, karena pengeluarannya sudah melewati batas. Agar tidak semakin tergoda, dia lebih memilih menunggu Alden di depan toko.
Saat keluar dari toko seorang wanita tiba-tiba berseru,
"Alden..!" dia berlari dan langsung merengkuh Alden erat. "Aku kangen banget sama kamu.."
Alden melepaskan tangan wanita yang melingkari tubuhnya, "kapan kamu datang?"
"Kemarin, aku mau langsung menemui mu tapi ketiduran, makanya niatnya nanti malem," wanita itu lalu menoleh ke arah Elora. "Dia siapa?"
"Sekretarisku,"
"Celine," katanya sambil mengulurkan tangan
"Elora,"
Setelah berkenalan singkat dengan El, akhirnya dia memutuskan ikut ke perusahaan.
Dengan santainya Celine mengikuti Alden masuk ke ruangannya.
"Selama hampir dua bulan gue kerja di sini, baru kali ini gue lihat dia mau deket sama cewek. Siapa ya dia?" gumam El pelan, masih mengamati pintu ruangan yang tertutup
Selama kurang lebih dua jam, Celine akhirnya keluar seorang diri dari ruangan Alden. Sebelum beranjak pergi, tidak lupa dia menyapa Elora singkat.
Alden keluar dari ruangan dan meletakkan sebuah paper bag diatas meja.
"Apa itu pak?"
"Milikmu," ujarnya singkat lalu kembali ke ruangannya
El segera membukanya, dia terkejut. Di dalamnya berisi 5 botol Parfum yang tadi dia lihat sewaktu di toko. Elora sontak terkekeh, dia langsung menemui Alden di ruangannya.
"Apa maksudnya ini pak?"
"Anggap saja upah karena sudah membantu membeli kado," ucapnya datar, matanya tetap terpaku pada layar monitor
"Semua?"
"Ya,"
"Padahal satu aja cukup, kenapa beli sebanyak ini?" gumamnya pelan sambil melangkah pergi.
Rinai hujan terus mengguyur sore itu, Elora yang tidak membawa payung, masih berdiri di depan pintu masuk, berharap hujan akan segera reda.
Mobil Alden tiba-tiba berhenti di depannya, lantas membuka kaca mobilnya.
"Aku antar!" ucapnya, bukan tawaran melainkan semacam perintah
Elora akan membuka pintu mobil, namun seketika dia mematung saat teringat kalau bos nya ini belum mengetahui, kalau dirinya tinggal di gedung sebelah. Dia pun mengurungkan niatnya, "pak Al duluan saja, aku masih nunggu kak Nolan,"
Alden langsung tersenyum sinis, "bukankah hari ini pacarmu pulang malam?"
"Sial! gue lupa siapa dia. Dia pasti tahu jadwal kak Nolan," batinnya kesal
"Intinya, aku nggak mau bareng Pak Al," pungkasnya. Tanpa pikir panjang, Elora berlari menerobos hujan, dia hanya ingin segera menjauh dari bos yang menyebalkan.
*
*