Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Roda mobil rolls royce berhenti di pekarangan Mension Parvez, itu juga menandakan perjalan mereka telah sampai. Tanpa ingin berlama-lama, Xaver membuka pintu keluar dari dalam mobil, tanpa mau menunggu ayahnya atau kepala pelayan membukakan pintu untuknya.
"Selamat datang Tuan muda," sambut Willy sebagai kepala pelayan yang berjaga di mansion Parvez.
"Hm," Xaver hanya membalas dengan gumaman, dan berlalu dengan cepat.
Zafran yang baru turun, disambut kembali oleh Willy. "Selamat datang Tuan," serunya sambil menundukkan kepalanya hormat.
"Hai Willy. Aku ingin sesuatu untuk kamu kerjakan," pinta Zafran yang berjalan masuk, dengan Willy yang mendengarkan apa yang diinginkan olehnya.
Melangkahkan kakinya masuk menuju mansion besar milik Parvez, satu kata yang terlintas untuk menggambarkannya adalah kemewahan. Langkah pertama Xaver membawanya ke dalam sebuah aula yang luas dengan lantai marmer yang mengkilap, refleksi cahaya yang datang dari lampu kristal gantung di langit-langit yang tinggi.
Dinding-dinding dihiasi dan terukir dengan detail, terdapat juga beberapa lukisan klasik yang terbingkai emas menghiasi setiap sudut yang tersedia.
Di salah satu sudut ruangan, terdapat perapian yang melengkapi estetika klasik yang elegan. Setiap perabot di ruangan ini tampaknya dipilih dengan cermat untuk menonjolkan kemewahan. Terdapat juga sebuah sofa yang semakin membuatnya lengkap.
Xaver menghentikan langkahnya saat melihat sosok yang membuatnya mau untuk pulang ke kediaman besar ini. "Ibu," seru Xaver, berjalan kearah ibunya yang sedang duduk di sofa sambil melihat layar televisi. Seperti biasa juga senyuman manis dari ibunya menyambut kedatangannya.
"Ibu senang sekali, kamu datang ke sini. Sudah sekitar seminggu kamu tidak pulang-pulang," ucap Alina ibu dari Xaver, walaupun umurnya tidak muda lagi, Alina masih memiliki paras yang cantik. Senyumnya terpancar cerah begitu senang mendapati kedatangan putranya ini.
"Maaf Ibu aku sedikit sibuk, jadi tidak bisa terus-menerus berkunjung," jawab Xaver sambil memeluk dan mengecup pipi ibunya.
Xaver memang lebih sering tinggal di apartemen pribadinya, alasannya karena dekat dengan kantornya bekerja. Jadi itu membuatnya terkadang jarang pulang ke mansion besar Parvez ini.
Menepuk samping tempat yang di duduknya, Alina meminta Xaver untuk menemaninya sebentar. "Duduklah dulu, di samping ibu."
Xaver menuruti permintaan ibunya, dirinya duduk diam tidak melakukan apapun. Menunggu sampai sebuah usapan tangan di wajahnya, dan suara lembut ibunya membuatnya tertegun. "Tidak ibu sangka putra ibu telah dewasa sekarang," ucap Alina pada putranya, dirinya telah melihat berita terbaru mengena Xaver tadi. "Kenapa tidak kenalkan pada ibu?"
"Maksud ibu?" Xaver sama sekali tidak mengerti, bahkan dibuat bingung.
Alina menekan tombol remot menampilkan berita akan Xaver dan Quella, terpampang jelas sebuah tulisan dan tayangan mengenai dirinya. Pewaris dari Parvez Company sedang memiliki hubungan khusus dengan pemilik Queez Hotel. Mereka terlihat menaiki taksi bersama untuk makan di sebuah restaurant, terdapat juga kata-kata yang sempat dikatakan oleh Tuan Xaver, sepertinya sebentar lagi kita akan mendapatkan berita bahagia dari mereka. Kita tunggu saja kabar dari mereka.
Seolah mengerti apa yang tadi ibunya katakan, Xaver sebenernya enggan sekali untuk menjawab, seketika ekspresi wajah tenangnya langsung berubah. Di kepalanya malah terlintas sebuah ingatan tentang Quella yang begitu mau melakukan apapun untuk Elvis.
"Xaver, ibu bertanya loh," seru Alina kembali, dirinya tau Xaver sedang dalam keadaan marah. Entah apa yang membuat putranya langsung memiliki mood buruk begini. "Ayo ceritanya pada ibu," bujuk Alina agar putranya mau mengatakan semuanya.
Xaver melihat jelas, ibunya yang mengkhawatirkan dirinya. Tidak mau membuat ibunya merasa terbebani akan sikap diamnya, Xaver bersuara mengatakannya.
"Aku bingung, aku marah saat tau dia lebih menyukai orang lain. Aku tidak terima, hatiku terasa aneh, bahkan tidak nyaman, saat mengetahui dia menjaga penuh akan barang pemberian dari orang itu," Xaver mengeluarkan apa yang menganggu pikirannya. "Aku ingin bersamanya ibu," ucap Xaver yang kemudian memeluk ibunya erat.
Mengusap punggung Xaver, Alina tidak mengatakan apapun untuk membalas ucapan dari Xaver. Dirinya sedikit masih tidak percaya, Xaver sedang mengalami hal yang namanya jatuh cinta. Tapi sayangnya, sepertinya wanita yang Xaver sukai, menyukai laki-laki lain.
"Ibu aku harus bagaimana?" Xaver bertanya dirinya ingin tau apa yang harus dilakukannya. Dirinya menatap ibunya dengan wajah bingung, seperti tidak tau arah.
"Xaver jatuh cinta itu memang terkadang agak membuat kita bingung, bahkan sampai membuat kita melakukan hal-hal gila. Tapi ibu ingin ingatkan ini padamu, jangan melakukan hal buruk agar bisa mendapatkannya. Karena sampai kapanpun, hal itu tidak akan pernah bisa berhasil mendapatkan hatinya," Alina menjelaskan sambil mengusap rambut putranya, dengan harapan Xaver tidak akan berbuat nekad.
Xaver tidak menjawab ucapan ibunya, dirinya mendengarkan dan menanamkan hal itu didalam dirinya. "Baik ibu, aku akan mengingatnya," seru Xaver menganggukkan kepalanya menuruti apa yang ibunya katakan.
"Ibu selalu bangga padamu, sudah sana istirahatlah dulu," ucap Alina yang seakan tau Xaver terlihat kelelahan.
Menganggukkan kepalanya mengerti. "Aku ke atas dulu, ibu juga jangan terlalu lelah," pamit Xaver yang setelahnya berjalan menuju lift, untuk lebih cepat menuju kamarnya yang ada dilantai atas. Diperjalanan menuju kamarnya, Xaver memang sudah memiliki rencana agar Quella mau bersamanya.
Tapi mendengar apa yang ibunya katakan tadi, membuatnya ragu seketika. Apa lebih baik dirinya lupakan saja perasaan yang membuatnya, sampai merasa perasaan yang pertama kali dirinya rasakan ini.
°°°°°
Alina terus memperhatikan Xaver dari jaraknya, hingga sebuah suara membuatnya mengalihkan pandanganya. "Sayang, aku pulang," Zafran berteriak gembira, sambil merentangkan kedua tangannya.
Memutar bola matanya dengan malas, Alina terkadang merasa Zafran terlalu tidak tahu malu. "Berisik Zaf, kecilkan suaramu," tegur Alina yang tidak senang.
"Maaf sayang, aku hanya terlalu gembira," Zafran langsung duduk di samping Alina, dan menarik istrinya agar bersandar padanya.
"Aku sedikit tidak percaya, akan Xaver," Alina mulai menceritakan apa yang tadi Xaver katakan pada dirinya.
Zafran mendengarkan apa yang diceritakan oleh Alina, setelah istrinya selesai bercerita, Zafran baru berbicara. "Yah aku juga merasa aneh, apalagi tadi aku melihatnya secara langsung. Bagaimana Xaver tiba-tiba bersikap aneh, sampai mau repot terlibat dengan media. Kita tau pasti akan Xaver, yang sangat membenci para media dari manapun," Zafran juga menceritakan hal yang dirinya lihat, secara rinci.
"Benarkah itu yang Xaver lakukan," Alina seolah semakin dibuat tidak percaya. Walaupun dirinya tadi sudah melihat melalui berita, tapi mendengar secara langsung ternyata lebih-lebih membuatnya terkejut.
"Iya itu benar sayangku," Zafran mengusap rambut Alina dengan sangat lembut. "Aku juga sudah berbicara pada pihak keluarganya, agar Xaver bisa memiliki kesempatan dekat dengan wanita yang diinginkannya," Zafran juga menceritakan, pertemuan nya dengan Owira selaku oma Quella.
"Wah itu bagus sekali," Alina ikut senang, karena Zafran juga melakukan sesuatu, agar Xaver bisa berhubungan lebih dekat. Tapi kemudian wajah Alina langsung berubah sedih.
"Sayang kenapa?" Zafran bertanya khawatir saat Alina tiba-tiba bersedih.
"Aku tidak apa-apa, hanya saja aku merasa Xaver akan mengalami kesulitan , karena sepertinya Quella memiliki seseorang yang disukai," Alina merasa sedih akan putranya sendiri, karena terasa tidak akan memiliki kesempatan apapun.
Zafran seolah paham, kenapa Xaver bisa-bisa langsung bersikap marah saat tadi. "Kita lihat saja apa yang akan dilakukan oleh Xaver," ucap Zafran tanganinya mengusap pipi Alina agar tidak bersedih.
"Aku hanya mau, Xaver tidak melakukan hal yang gila," ujar Alina yang sangat berharap putranya tidak berbuat jahat.
Menarik kembali agar Alina bersandar padanya, Zafran mengusap rambut istrinya dan memberikan sebuah kecupan di dahinya. "Yah aku juga."
'Tapi sayang sekali istriku, untuk seorang Parvez mengalah adalah hal yang paling mustahil.' Zafran hanya mengatakan hal itu dalam hatinya. Mungkin dirinya akan tau, hal segila apa yang akan dilakukan oleh putranya.
°°°°°
Bangun dari tidurnya, mengusap perutnya yang terasa mulai kelaparan. "Tidurku nyenyak sekali," gumamnya sambil sesekali menguap. Menatap keatas langit-langit, Quella segera bangkit untuk duduk, matanya melihat ke kiri dan kanan. "Pantas saja, aku berada di kamarku, tapi bukankah aku tadi bersama....."
Quella tentu terheran-heran, pasalnya sebuah ingatan tentang kejadian beberapa waktu bersama Xaver terlintas di kepalanya. "Bukankah seharusnya, aku berada di dalam mobil bersama dengan Parvez."
Memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit, Quella menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Turun dari atas kasurnya, Quella berniat mencari seseorang yang dapat menceritakan apa yang telah terjadi, semasa dirinya tertidur.
"Apa sudah puas menyelami dunia mimpimu?" Owira langsung bersuara saat mendengar langkah kaki dari Quella yang datang.
Mendengar suara dari Omanya, Quella dengan cepat menghampiri. "Oma," seru Quella yang kemudian duduk di samping omanya.
Menghembuskan napasnya perlahan, sebelum mengatakan sesuatu yang sepertinya akan memancing kekesalannya. "Baca ini, dan jelaskan," Owira menyerahkan sebuah tab pada Quella.
Quella menerima tab yang diarahkan padanya, ternyata terlihat sebuah berita di layar tab tersebut. Berita tentang kejadiannya bersama Xaver saat tadi. Terdapat banyak komentar buruk untuknya, dan pujian terus berdatangan kepada Parvez.
"Oma ini hanyalah berita biasa, yang pastinya akan tenggelam seiring berjalannya waktu," ucap Quella dengan santai, seolah merasa tidak terpengaruh.
"Kapan dirimu bisa untuk bersikap dewasa Quella?" Owira merasa sikap Quella terlalu menganggap enteng. "Image mu semakin buruk, bahkan tidak ada satupun orang yang berkomentar baik tentangmu. Kamu di cap sebagai orang yang mau mengambil untung," jelas Owira.
Quella berwajah suram, saat mendengar apa yang dikatakan oleh omanya. "Oma jangan pikirkan omongan orang lain, ini diriku," ucap Quella yang hampir akan membanting tab yang berada di tangannya.
Mengambil cepat tab yang hampir dilemparkan oleh Quella. Owira merasa sikap Quella selalu sajah mudah emosi, tidak berubah sama sekali. "Oke, oma tidak akan berkomentar apapun mengenai itu. Hanya saja sikapmu yang cepat marah, ubahlah secara perlahan," saran Owira.
"Baik oma," Quella mengatur pernapasannya untuk menurunkan emosinya.
"Sekarang banyak orang yang percaya bahwa kalian memiliki hubungan, atau jangan-jangan kalian memang memiliki hubungan serius," Owira memandangi Quella dengan tatapan penuh curiga.
Quella hanya berwajah malas, sama sekali tidak merasa tersinggung akan kecurigaan dari omanya. "Oma ayolah......, mana mungkin. Aku tidak akan pernah mau berurusan dengan Parvez," ucap Quella acuh, sebenernya dirinya memang tidak akan pernah mau terlibat dalam keluarga besar itu.
"Dirimu itu sudah terlibat, apalagi dengan kejadian dan berita barusan, seakan memperjelas bahwa kamu sudah masuk dan terlibat dalam lingkungan Parvez," Owira menyadarkan Quella agar sadar. "Apalagi jika kamu ingin tau, tuan besar Parvez atau ayah dari Xaver, secara tidak langsung meminta mu untuk menjadi menantu mereka," lanjut Owira yang langsung mendapatkan teriakan dari Quella.
"APA....?!!!?!!" Quella tentu sangatlah terkejut mendengar informasi itu. Mengacak-acak rambutnya, kepalanya seakan dihantam sebuah beban yang berat.
"Bagaimana? Apa sudah sadar diri?" tanya Owira secara sarkas.
Quella diam, wajahnya cemberut dan masam. Rasa-rasanya dirinya baru tersadar bahwa sepertinya dirinya terlalu terlibat bersama Xaver. "Mulai sekarang, aku akan menghindari Parvez," ucap Quella mengatakan rencananya.
"Hah...," Owira bernapas sedikit kasar. "Padahal oma berharap kamu mau menerimanya. Tapi apa boleh buat, cucuku memang jarang sekali berpikir jauh," ucap Owira yang kembali melihat layar tab, untuk mencari tau apa ada lagi berita yang terbaru.
Memberikan tatapan sinis pada omanya, Quella mengendus kesal. "Oma...., oma tau kan siapa yang aku suka. Aku hanya mau dengannya titik." Quella tentu merasa kesal, karena omanya jelas tau siapa yang dirinya inginkan untuk menjadi pasangan hidupnya.
"Oh benarkah, ternyata masih tetap sama. Kamu bodoh sepertinya, jika masih mengharapkan orang yang tidak menganggap mu lebih dari sebagai adiknya," sindir Owira karena menurutnya Quella hanya akan sakit hati, jika harus masih tetap mengharapkan Elvis.
"Oma sedari tadi membuatku kesal saja, ini hidupku. Jadi tidak perlu repot-repot mengusiknya, atau sampai ikut campur. Aku sudah dewasa," ucap Quella dengan wajahnya yang memerah kesal, beranjak dari sofa. Quella melenggang pergi dari hadapan omanya.
"Dasar anak itu," Owira geleng-geleng kepala. "Padahal jelas-jelas, Elvis tidak pernah menganggapnya lebih," tanpa dirinya terlibat sekalipun, Quella hanya akan sengsara dengan cinta sepihak nya itu.
"Cinta memang membuat orang buta, sampai cucuku saja terkena. Andai kata dirinya bisa melihat dengan jelas, bahwa keluarga Parvez bisa membuatnya memiliki segala-galanya," gumam Owira yang sangat menyayangkan sikap Quella, yang tidak mau memanfaatkan kesempatan emas itu.
"Dewasa dari mana, mengatur pakaian untuk dirinya sendiri bahkan tidak bisa," Owira lagi-lagi merasa bersalah, sepertinya dirinya terlalu memanjakan Quella, sampai lupa untuk mendidiknya untuk bisa mandiri.
•••••
TBC
JANGAN LUPA VOTE