Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masyaallah Shad
Keenam teman Shad masih spontan menanyakan bersamaan kemana Shad berada kepada ibunya Shad. Malah ibunya Shad menunjuk ke arah dimana suara adzan disana sedang terdengar.
"Shad masih adzan itu." ucap ibunya Shad perlahan.
Dalam sejenak keenam orang itu tiba-tiba menjawab bersamaan pula, dengan perlahan, saking tercengangnya
"Masyaallah Shad...." ucap mereka.
...****************...
Mereka pun bertamu di rumah Shad, sembari menunggu Shad selesai solat di masjid, teman-teman yang laki-laki sedang solat ke masjid juga. Sedangkan Permata dan Naz yang kebetulan saat itu sedang berhalangan, maka mereka berbincang-bincang dengan ibunya Shad.
Sembari meneguk segelas teh yang disuguhkan ibunya Shad, "Sejak kapan Shad menjadi muadzin di masjid sini Bu? Masyaallah sekali." puji Permata. Dia membuka percakapan.
"Sudah lama nak... Sejak dia kelas 2 SMA. Waktu itu masih belum menjadi muadzin tetap karena masih sambil balik ke pondok pesantren. Tapi sejak lulus ini, Shad sudah menjadi muadzin tetap. Alhamdulillah...." syukur ibunya Shad saat beliau bercerita berseri wajahnya.
"Aku gak nyangka punya teman yang menjadi muadzin gini. Rasanya senang sekali." ucap Naz kemudian.
Obrolan pun semakin hangat, dimana setelah tak lama kemudian Hasbi, Bara, Bintang dan Riz datang. Diikuti juga dengan kedatangan seorang yang telah sejak tadi ditunggu, Shad.
"Assalamualaikum semuanya....hai Permata, dan Naz ... " sapa Shad.
Dia tampak sudah tak menyapa teman yang laki-laki, Mereka sudah saling mengobrol di masjid tadi. Sehingga saat sudah masuk rumah, terlihat Shad sedang berbisik pada ibunya hendak berpamitan ikut serta dengan teman-temannya.
"Yaudah gpp, tapi jangan malam-malam nanti kalau pulang ya." nasehat sang ibu.
Shad pun mengangguk dan dia pun segera bertukar pakaian, sehingga kini keenam orang itu pun sudah menjadi tujuh orang.
"Akhirnya ya kita menemukan Shad." ucap Permata.
"Iya... Aku kaget tauk tadi pas ibunya Shad bilang dia gak ada." ucap Naz heboh.
"Iya tauk betul." sahut Permata.
"Emang kenapa?" tanya Shad yang penasaran.
Permata pun heboh menceritakan apa yang tadi terjadi, "Ku kira ibumu bilang kalau kamu udah tiada... Tapi untungnya bukan begitu maksud dari ibumu." ucap Permata, mengakhiri ceritanya. Sembari menutup mulutnya, dan tertawa renyah.
Setelah perbincangan itu pun, mereka tujuh orang itu melanjutkan pencarian mereka yang kedua untuk hari itu. Dan tujuan kedua mereka adalah rumah kediaman Rima.
"Kemana tujuan kita selanjutnya Per?" tanya Bintang.
"Kita ke rumah Rima yuk." ucap Permata.
Sedangkan seketika saat mendengar nama itu di sebut, Shad langsung menatap Permata. Dan bersamaan dengan itu teman-teman yang lain langsung menoleh semua ke arah Shad dan berkata bersamaan.
"Ciye...." Suit suit!
"Ah kalian ini ada-ada aja. Masih inget aja sama Rima." kenang Shad.
"Ya jelas ingat dong, siapa yang gak kenal Rima. Dia kan juga masih satu kelas sama kita semua. Dia juga dulu mantan mu waktu di SD, cinta monyet mu." seru Riz, sembari bermain mata ke arah Shad. Tanda bahwa dia bercanda.
Ya, Rima adalah salah satu teman satu kelas mereka. Dia dulu semasa SD bertubuh tak begitu gendut tak begitu kurus, sedang saja. Tinggi badannya pun begitu, sedang saja. Wajahnya manis, hidungnya lumayan mancung. Wajahnya sih kalau diangka cantik nilainya sedang-sedang saja.
Mereka pun langsung meluncur menuju rumah Rima, sedangkan sesampainya disana, mereka langsung menghentikan langkah, karena mereka mendapati tanda bendera plus berwarna merah.
"Siapa yang meninggal?" pekik Bintang.
Tanda ada orang meninggal itu tepat di rumah Rima. Sedangkan rumah Rima pun juga banyak yang sedang berkunjung. Tepat saat mereka telah memarkirkan motor mereka dan berada di barisan dibanyaknya orang, tiba-tiba keluar seorang gadis dari dalam rumah itu, yang tak lain dialah Rima.
Rima bertubuh sedikit berisi, dia mengiringi jasad yang ada di atas keranda, dia masih menangis bersamaan dengan masuknya keranda ke dalam ambulans.
Rima menatap ke sekeliling, dan dia tangkap oleh kedua matanya ada beberapa teman-temannya dari SDIMT datang. Dia sejenak menatap ke arah teman-temannya, namun tak lama. Dia pun langsung masuk ke dalam ambulans. Seolah menghindari teman-temannya.
Semuanya pun tercengang menatap pemandangan yang kini terjadi di depan mata mereka. Kini hanya berbagai pertanyaan yang berputar di kepala mereka semua.
Siapakah yang meninggal? Sepertinya bukan ayah Rima. Dan Ibunya Rima juga tampak disana, namun tidak se histeris Rima tangisannya. Siapakah yang meninggal itu?
.
.
.
Lanjutan besok guys 😘