Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
**
Nada kini sudah berada di depan rumah Kenzo. Awalnya sepulang sekolah Nada mencoba kabur dari Kenzo, karena dia merasa Kenzo sudah berlebihan dekat dengannya. Namun siapa sangka ternyata saat Nada mencoba kabur Kenzo sudah berada di parkiran dan menarik kembali lengan Nada, dan akhirnya di sinilah mereka berada.
"Gue mau balik aja," ucap Nada.
"Nyokap gue di dalam," jawab Kenzo.
Nada menggeleng. "Kayanya Lo salah orang deh, Ken."
Kenzo mengerutkan keningnya sambil menunggu Nada kembali bicara.
"I-iya salah orang, harusnya Naomi yang Lo ajak ke sini bukan gue."
Kenzo menghela napas, dan kembali membawa Nada masuk ke pekarangan rumah besar milik William.
"Kenapa sih Lo seenaknya banget tarik tangan gue, Ken."
Kenzo menulikan pendengarannya, dan membiarkan Nada berceloteh seorang diri.
"Berasa ngomong sama angin," celetuk Nada.
Saat memasuki rumah mewah milik Kenzo. Kenzo membawanya ke taman belakang, untuk bertemu dengan ibunya Kenzo.
"Assalamualaikum Mah," sapa Kenzo saat melihat sang Mama sedang menyiram tanaman.
Sintya berbalik dan melihat Kenzo bersama dengan Nada berdiri dengan sangat lucu, lebih tepatnya Nada merasa tidak nyaman.
" Ya ampun siapa ini yang dateng?" tanya Sintya dengan senyuman lebar.
Nada menghampiri Sintya sambil menyalami tangan wanita itu.
"Hallo Tante, apa kabar?"
"Baik Sayang. Kamu gimana kabarnya?"
"Nada baik, Tan."
"Syukurlah. Oh ya, kata Kenzo kamu dapet juara melukis ya?"
Nada menoleh ke arah Kenzo, dan pria itu hanya memalingkan wajahnya.
"Hehe iya Tan, itu juga cuma lomba biasa kok."
"Lomba biasa apanya, itu nasional ya?"
Nada mengangguk canggung. "I-iya tante."
"Kamu itu punya bakat yang luar biasa, tidak semua orang bisa lho. Ayo semangat, dan berbanggalah dengan pencapaian kamu ini."
"Makasih Tante. Nada akan selalu bersemangat, sampai sukses nanti." Nada penuh semangat saat seseorang membicarakan hobinya.
"Iya dong harus itu. Oh ya, tante udah masakin makan siang buat kalian, ayo ke meja makan."
Nada merasa canggung diajak oleh Sintya, dia menoleh ke arah Kenzo dan Kenzo hanya memberikan kode dengan menganggukkan kepala.
"Biar Nada yang bantu dorong kursi roda tante."
Sintya mengangguk tersenyum. "Terima kasih ya cantik."
"Sama-sama Tante."
Mereka bertiga pun berjalan menuju meja makan, di sana sudah banyak makanan enak terpampang rapi.
"Ayok duduk, kita makan bersama."
Kenzo dan Nada pun duduk saling berhadapan, Sintya menyuruh Nada untuk makan dan dengan rasa canggung dia mengambil makanan tersebut.
"Tante punya hadiah buat kamu."
"Hadiah?"
Sintya mengangguk. "Iya hadiah, karena kamu sudah jadi juara."
"Tante enggak perlu repot-repot kasih Nada hadiah. "
Sintya memberikan sebuah kotak pada Nada. "Ayok ambil, tante bangga sama kamu. Ini juga hadiah pertama kita saat bertemu kemarin."
Nada menatap kotak tersebut, matanya berkaca-kaca membuat Sintya mengerutkan kening.
"Kamu kenapa nangis, Nada?"
Nada tersenyum sambil menggeleng. "Enggak apa-apa Tan. Nada seneng aja dapet hadiah, makasih ya Tante buat hadiahnya."
Sintya mengangguk sambil mengusap lengan Nada. "Sama-sama Sayang. Ya sudah habiskan makanannya ya."
Nada menganggukkan kepala, dia menyuapi satu sendok nasi ke dalam mulutnya sambil menahan sesak di dada. Seharusnya dia diberikan apresiasi oleh orang tuanya bukan oleh orang lain.
Selesai makan, Sintya pamit untuk beristirahat dan hanya tersisa Kenzo bersama Nada di taman belakang.
"Nyokap Lo baik," ucap Nada sambil menatap tanaman indah.
Kenzo berdeham. "Dia baik, malaikat buat gue."
Nada tersenyum. "Lo bersyukur punya nyokap sebaik tante Sintya. Jaga dia baik-baik ya."
"Gue pasti bakal jaga dia dengan baik."
"Coba aja gue bisa ngerasain kasih sayang itu dari orang tua gue." Nada tersenyum getir sambil menahan tangis.
"Lo sama Naomi adik, kakak?" Kenzo mencoba mengalihkan pembicaraan mengenai orang tua, dia tahu jika Nada akan merasa sedih harus mengingat perlakuan orang tuanya, meskipun Kenzo tidak tahu lebih detail mengenai keluarga Jhonson.
Nada mengangguk. "Iya kami adik dan kakak, umur kita tidak berbeda jauh."
Kenzo hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Oh ya Ken, emm omongan Lo yang di UKS tadi... maksudnya apa?"
"Lo milik gue, dan Lo enggak bisa mundur dari gue. Lo udah masuk di kandang serigala."
Nada bergedik ngeri. "I-iya maksudnya apa? Lo bilang gue milik Lo itu gimana konsepnya? Kita baru kenal dan Lo malah ngomong gitu sama gue."
Kenzo mengedikkan bahunya. "Pokonya Lo udah gue klime jadi milik gue dan gue enggak mau ada yang nyentuh Lo sedikitpun."
Nada berdecak. "Ya maksudnya apa, kita pacaran?"
Kenzo menggelengkan kepala. "Enggak."
Nada geram dengan ucapan Kenzo. "Ya terus kenapa Lo malah bilang gue milik Lo kalau kita enggak pacaran."
Tiba-tiba Kenzo mendekatkan diri ke wajah Nada hingga gadis itu refleks menahan untuk tidak bernapas.
"Jadi Lo mau kalau kita pacaran?"
Nada mengerjapkan matanya, lalu mendorong Kenzo ke belakang.
"Enggak mau! Lagian gue enggak suka sama Lo, tiba-tiba banget gue di klime milik Lo segala. Lo kira gue baju apa."
Kenzo hanya menarik sudut bibirnya ke atas saat mendengar celotehan kesal Nada padanya.
"Ayo balik," ajak Kenzo.
Nada menghembuskan napasnya. "Tadi gue dipaksa ke sini, sekarang gue disuruh balik."
"Lo mau nginep di sini?"
Nada menggelengkan kepala. "Enggak juga sih, lagian gue juga punya rumah. Meskipun gue enggak tahu rumah itu kaya gimana."
Kenzo mengerutkan keningnya, tanpa banyak basa-basi dia kembali menarik lengan Nada. Nada pasrah hari ini ditarik seenaknya oleh Kenzo.
Mereka pun keluar dari rumah, setelah berpamitan pada Sintya. Kenzo melepaskan jaketnya dan dia berikan pada Nada.
"Buat apa?"
"Pake."
"Enggak ah, gue suka sama angin."
"Pakai sendiri atau gue pakein?"
Nada berdecak dan menarik jaket tersebut di tangan Kenzo.
"Iya gue pake, sebel banget mukanya."
Kenzo menepuk kepala Nada dengan lembut. "Buruan naik."
"Iya sabar elah."
Nada dan Kenzo pun pergi dari pekarangan rumah menuju rumah Nada. Di perjalanan Nada menikmati indahnya suasana sore hari, tangannya dia rentangkan sambil memejamkan mata menikmati angin yang menerpa wajahnya.
Dari balik helmnya Kenzo menatap Nada dari kaca spion, dia tersenyum penuh arti melihat kelakuan Nada di atas motor.
**
"Lo kenapa senyum-senyum gitu, Lex?"
Alex yang sedang berada di bascame Lion, langsung duduk saat Bara menghampirinya.
"Lo kenal sama Nada kan?"
Bara mengangguk. "Tahu namanya doang, cewek yang gue sandra waktu kan? Kenapa nanyain dia?"
Alex terkekeh. "Kayanya gue suka sama dia."
Bara tertawa dengan renyah. "Sejak kapan seornag Alex jatuh cinta sama cewek anjir?!"
Alex melempar bantal ke arah Bara. "Gue ketemu dia di sekolah, tapi... Gue lupa buat minta nomor HPnya."
"Ya elah, tinggal datang ke sekolah High School tunggu dia di depan sekolah lalu minta nomornya beres."
Alex menggelengkan kepala. "Terlalu klise."
"Terus mau kaya gimana? Atau mau gue mintain?"
"Jangan lah, biar gue aja yang cari tahu."
"Awas ada Kenzo. Bisa-bisa Lo berhadapan dengan dia lagi."
Alex berdecak. "Ck lagian Kenzo bukan pacarnya Nada kan."
"Ya bukan sih, tapi Lo hati-hati aja deh. Nanti anak Lion di sekap lagi sama mereka."
"Ck elah aman kali, lagian gue minta nomor Nada bukan mau berurusan sama si Kenzo."
Bara mengangguk-anggukkan kepala. "Oke Bos, semoga berhasil meluluhkan hati Nada supaya jatuh cinta sama Lo."
Alex tersenyum dan dia kembali berbaring sambil membayangkan wajah Nada yang cantik.