Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 15.
"Tuan, ada sesuatu yang terjadi." Vero menghubungi Kenzo di saat jam kerja berlangsung.
"Aku akan kesana." Setelah menjawab telfon tersebut, Kenzo bersiap untuk menuju ke markasnya.
Lalu tak berapa lama kemudian, Ansel menyusul masuk ke dalam ruangan tersebut. Mereka beradu pandangan dan menganggukkan kepala, membuat Aira yang berada disana menjadi bengong.
"Tetap berada disini, sampai aku datang sayang. Jangan coba-coba kabur, paham?" Kenzo melirik Aira yang masih bengong.
"Kenapa?" Tanpa ada jawaban, Kenzo berjalan begitu saja meninggalkan Aira yang membutuhkan jawaban.
Hanya tatapan kebingungan yang Aira perlihatkan, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Semuanya terjadi begitu saja, dalam kejenuhannya. Aira berkunjung ke ruangan Sarah, namun rupanya wanita itu sedang melakukan tinjauan lapangan bersama tim nya.
Berjalan kembali masuk ke dalam ruangan Kenzo, Aira hanya bisa duduk dan memandangi setiap sudut ruangan yang ada. Lalu ia membereskan ruangan tersebut agar nampak lebih rapi dan bersih, tanpa sengaja. Sorot mata itu menangkap suatu gambar yang cukup membuatnya penasaran, dan itu adalah sebuah foto wanita yang sangat cantik.
"Cantik sekali, apa ini wanita yang tuan Ansel ceritakan?" Aira bergelut dengan isi pemikirannya sendiri.
Rasa penasaran itu pasti ada, namun Aira tidak ingin terlibat lebih jauh dengan kehidupan seorang Kenzo. Untuk saat ini saja, dirinya sudah begitu kesulitan untuk bisa lepas dari pria dingin itu. Teringat akan janji dengan kedua sahabatnya, Aira pun mempercepat jam pulangnya. Meskipun Kenzo sudah melarangnya untuk pulang sendiri, namun Aira lebih memilih tidak mengindahkan ucapan Kenzo.
Ketika tiba disana, Bima dan Shinta sudah menunggu. Mereka lalu memesan beberapa makanan dan juga minuman untuk teman mengobrol, berbagai cerita yang mereka obrolkan satu sama lainnya. Dengan kekocakan dan ke usulan dari Bima, membuat kedua wanita itu tertawa hingga membuat perutnya sakit.
"Stop Bim, sakit ni perut." Shinta tidak tahan akan kelucuan dari cerita Bima.
"Kamu benar-benar cocok jadi komedian Bim, aku pastiin kamu akan jadi bintang." Aira pun juga menahan sakit perutnya akan tertawa.
"Baru saja aku keluarkan ilmuku sedikit, kalian sudah pada tidak tahan. Kalau aku ikut jadi komedian, nanti kalian akan rindu padaku." Bima dengan pede nya mengatakan hal itu kepada kedua sahabatnya.
"Eh, perasaanku tiba-tiba saja tidak enak begini ya. Sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi ini." Bima yang melihat seseorang berjalan ke arah mereka dengan tatapan dingin.
"Memangnya ada apa, Bim? Muka kamu tegang sekali, seperti mau pup saja." Shinta menanggapi ucapan Bima.
Kedua sahabatnya itu tiba-tiba saja mengatakan hal yang membuat Aira bingung, dimana keduanya seperti sedang melihat hantu.
"Kalian berdua kenapa? Sakit? Seperti sedang melihat hantu atau penampakan yang lainnya?" Aira yang belum menyadari sesuatu di belakangnya.
Melalui kedua matanya, Shinta berkedip seakan memberikan sinyal pada Aira. Namun Aira yang kala itu tidak menangkap sinyal tersebut, dirinya semakin asyik mengoda Bima dan Shinta.
"Kalian berdua kenapa sih? Duh duh duh, gemasnya." Aira menceritakan kedua pipi sahabatnya.
Shinta dan Bima tidak berani mengeluarkan suaranya, tatkala tatapan tajam itu seakan tertancap pada kedua mata mereka. Bahkan kedua mata Shinta tak berhenti berkedip, sungguh suasana yang awalnya begitu ceria berubah menjadi menegangkan.
"Sudah puas, sayang?" Suara berat dan tegas itu tergiang pada telinga Aira.
Dan seketika itu membuat Aira menjadi merinding, Shinta pun menyentuh punggung tangan Aira dan meminta untuk berbalik untuk melihat siapa yang berada dibelakangnya.
"Tu tuan!" Beo Aira dengan wajah kagetnya.
" Kenapa sayang? Tidak bisakah kamu menuruti ucapanku sebentar saja." Kini Kenzo berbisik disamping telinga Aira.
Suasana semakin tegang saja, Bima dan Shinta pun diminta Ansel untuk memberikan ruang bagi keduanya berbicara. Maka dari itu, mereka pun dengan begitu perlahan menyingkirkan dari tempat tersebut. Memberikan keduanya waktu untuk saling berbicara, walaupun tidak menutup kemungkinan jika kedua sahabat itu mengkhawatirkan Aira.
Sepeninggalan Bima dan Shinta, Kenzo mulai duduk disamping Aira yang masih terdiam.
"Aku sudah berpesan untuk menungguku, kenapa kamu melanggarnya sayang? Bukankah orang yang melanggar suatu peraturan akan terkena hukuman? Hukuman apa yang harus aku berikan padamu?" Kenzo menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya seperti bersedekap.
Tidak ada raut wajah marah ataupun kesal yang Kenzo miliki, hanya wajah datar, dingin serta tanpa ekpresi diperlihatkannya. Dan itu membuat Aira semakin bergetar, entah apa lagi yang akan ia hadapi saat ini.
"Jawab!" Bentak Kenzo yang secara tiba-tiba.
Para pengunjung tempat tersebut ikut kaget atas bentakan yang terjadi, Kenzo mulai tidak terkendali. Disaat Aira tidak memberikan jawaban, tangan kekar itu menarik paksa Aira untuk ikut bersamanya. Hal itu membuat Ansel menghela nafas berat, ia harus menetralkan situasi yang ada.
Dalam kecepatan yang cukup tinggi, Kenzo mengemudikan laju mobilnya. Tanpa ia melihat jika wanita yang duduk disampingnya sudah menutup mata dengan kedua telapak tangannya mencengkram dengan kuat lututnya.
Suara gesekan dari roda mobil dengan jalanan yang cukup keras, terdapat jejak yang cukup panjang disana. Mobil tersebut berhenti disisi jalanan yang cukup sepi, Kenzo berteriak dan memukul berulang kali kemudian mobil dihadapannya dengan begitu kuat.
"Aaaargh!"
"Kenapa kalian selalu membuatku hancur dan meninggalkanku begitu saja, hah!! Kenapa!!" Kenzo berteriak dengan terus memukul kemudi mobil.
Hingga tanpa disadari, kedua tangan itu telah berubah warna menjadi kemerahan dan bahkan terdapat cairan berwarna merah mengalir dari keduanya.
"Tu tuan, hentikan." Aira yang melihat hal itu menjadi panik.
"Diam! Jawab! Kenapa kalian menghancurkanku seperti ini! Jawab!" Teriakan itu seakan menandakan sebuah kekecewaan yang begitu besar.
"Tuan hentikan, tangan anda berdarah!" Aira pun tak bisa menahan kesedihannya.
"Kenapa? Kenapa kalian melakukannya padaku? Kenapa? Kenapa?" Suara itu perlahan melemah begitu juga dengan pergerakan dari Kenzo.