NovelToon NovelToon
PLAY ON

PLAY ON

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tris rahmawati

Auriga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.

Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.

***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22 Membingungkan

Di lantai atas, suara ribut dari kamar yang biasa ditempati Ana membuat Auriga terbangun dari istirahat siangnya. Ia mengira itu Ana yang sedang melakukan sesuatu di sana. Dengan wajah masih mengantuk, Auriga mengenakan kaos tipis dan celana pendek keluar kamar sambil mengusap wajahnya.

Ketika sampai di sana, ia melihat dua pembantu rumah tangga sedang sibuk mengeluarkan barang-barang dari kamar itu.

"Mas Riga? Ya ampun, maaf. Mas ada di kamar? Bibik kira Mas sudah balik ke Singapura," ucap salah satu pembantu, terkejut melihat kehadirannya.

"Hem, mana Oma, Bik?" Auriga bertanya sambil melirik ke dalam kamar. Kepalanya penuh dengan pertanyaan. Ana tahu kalau aku tidak suka suara ribut seperti ini. Tapi mungkin dia tidak tahu aku di rumah.

"Oma di bawah, Mas. Tapi Oma lagi pusing, Mbak Ana pergi."

Auriga langsung berhenti bergerak. "Pergi?" tanyanya, tidak percaya.

"Iya, tadi malam bibinya Mbak Ana jemput. Katanya neneknya di kampung sakit. Mbak Ana dibawa pergi tadi pagi, Bibik cuma bantu beresin barang-barangnya."

Auriga merasa jantungnya berhenti sejenak. "Apa?" suaranya meninggi. "Ana punya bibi?Bibi siapa? Pulang ke kampung mana?"

Pembantu itu terlihat kebingungan, tidak tahu harus menjawab apa. "I-iya, Mas. Mas Riga nggak tahu, ya?"

Tidak puas dengan jawaban itu, Auriga segera berjalan cepat turun ke bawah, memanggil-manggil dengan panik.

"Oma? Oma!"

Dia menemui Omanya di ruang keluarga, yang sedang duduk di sofa dengan buku desain di tangannya dan sebuah iPad terbuka di meja.

"Oma, Ana pergi?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.

"Ya, tadi malam bibinya jemput. Pagi tadi dia datang lagi buat ambil barang-barangnya. Katanya Ana udah berangkat subuh ke kampung karena neneknya sakit."

Auriga merasa kepalanya berputar. "Kampung mana? Bibinya siapa? Ana itu... Ana datang ke sini sama saya, Oma. Dia..." Auriga terhenti, bingung harus menjelaskan bagaimana.

"Ana itu apa? Kenapa, Ga? Kamu yang bawa dia ke sini. Oma tahu kamu bilang dia saudara teman kamu, makanya Oma pikir kamu merasa tanggung jawab. Kalau dia kenapa-kenapa, Oma cuma tahu itu. Memang ada yang lain?"

Auriga menarik napas berat. "Oma, Ana..." katanya pelan, suaranya penuh rasa bersalah.

"Apa, Auriga? Apa? Jangan bikin Oma bingung."

Auriga akhirnya menyerah dan jujur. "Dia nggak ingat apapun, Oma. Dia... Dia saya bawa ke sini karena dia kehilangan ingatannya setelah kecelakaan. Saya kebetulan ada di sana waktu itu."

Oma menatapnya dengan mata membelalak. "Jadi dia bukan saudara teman kamu?"

Auriga hanya mengangguk lemah.

"Ya Tuhan... Tapi tadi malam wanita yang mengaku bibinya itu kelihatannya nggak bohong, Ga. Ana juga langsung kenal waktu dia bilang namanya Sintia. Gimana Oma nggak percaya? Intinya, ini bukan seperti dia diculik atau apa. Kali aja emang dia beneran bibinya."

Auriga memijat pelipisnya, berusaha mencerna kata-kata Oma. Wanita yang mengaku sebagai bibi Ana, Sintia, siapa?

"Lagi pula, nggak ada yang diambil dari sini. Keliatannya dia bener-bener bibinya Ana. Oma sih coba percaya aja."

Auriga menghela napas panjang. Kalau menurut Oma semuanya baik-baik saja, mungkin memang benar Ana mengingat sesuatu dan pergi dengan keluarganya.

Tapi kenapa ada rasa mengganjal di hatinya? Perasaan itu semakin kuat, seperti ada sesuatu yang hilang.

"Kalau memang dia ingat keluarganya, ini bagus. Seharusnya aku lega, kan?" gumamnya dalam hati. Tapi entah kenapa, bukannya lega, Auriga justru merasa ada yang sulit dia terima.

Auriga berjalan keluar dari rumah Oma, matanya tertuju ke sudut halaman rumah yang terlihat sepi. Ia berdiri di sana, memandangi tempat yang biasanya menjadi spot Ana berdiri memandang tanpa ekspresi.

“Beneran pergi?” gumamnya pelan. Ada nada tak percaya dalam suaranya. “Aneh aja... datang tiba-tiba, pergi pun tiba-tiba, tanpa ada sepatah kata pun.”

Pikirannya melayang pada Ana, mengingat wajahnya yang sering tampak lirih, wajah itu begitu lekat dalam ingatannya. Bagaimana Ana sering terlihat seperti menahan sakit, atau bagaimana dia dengan santainya menikmati lolipop, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan, padahal Auriga dan mungkin orang lain panik menghadapi situasi.

Auriga mendadak tertawa kecil, lebih karena kebingungan. “Apa ini?” ujarnya sambil menggeleng pelan.

Pikirannya kemudian beralih ke malam sebelumnya. Bagaimana ia bertemu Sahara dan akhirnya ketiduran di mobil. Ia memejamkan mata.

“Sangat kelelahan?” gumamnya lagi, Ya mungkin wajar dia sangat kurang beristirahat beberapa waktu ini.

Auriga yang merasa kepalanya berat dan pikirannya berantakan berjalan masuk ke dalam rumah Oma. Setelah menenangkan diri sejenak, ia mengambil ponselnya dan memutuskan menghubungi Mahendra.

Ia rasa butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya, dan urusan dengan Mahendra soal villa tampak seperti kesempatan yang pas.

“Halo, Pak Mahen. Di mana? Saya mau ke sana sore nanti,” kata Auriga langsung setelah panggilan tersambung.

Di seberang telepon, suara Mahendra terdengar santai. “Oh, hai, Ga. Saya lagi di luar. Baru selesai nonton sama Arabella. Kamu di mana sekarang?”

Auriga sempat terdiam sebentar sebelum menjawab, “Oh, baiklah. Maaf mengganggu, Pak Mahen.”

“Ah, tidak juga. Ini sudah selesai. Lagi cari pakaian. Gimana kalau sore nanti kita langsung ke vila saja?” saran Mahendra.

“Sekalian Arabella mau ketemu teman kecilnya di sana. Sudah lama dia ajak saya, jadi biar dia ikut juga.”

Auriga mengangguk meskipun Mahendra tidak bisa melihatnya. “Oke, kita ketemu di sana.”

“Baiklah, sampai ketemu sore nanti,” balas Mahendra sebelum menutup telepon.

Auriga menghela napas setelah panggilan berakhir. Setidaknya sekarang ada sesuatu yang bisa ia fokuskan.

***

“Pa, bagus nggak? Papa mau warna apa?” Teriak Abel sambil mengangkat dua kaos berwarna burgundy di depan ayahnya.

Mahendra tertawa kecil sambil menatap kaos itu. “Couple?” godanya.

Abel langsung memasang wajah jahil. “Kenapa? Papa malu ya? Takut tante-tante jadi nggak mau deketin papa, ciee…”

Mahendra mengerutkan dahi sambil pura-pura serius. “Tante siapa? Ngawur kamu.”

“Ya jadi kenapa nggak mau couple-an sama anaknya? Curiga, nih.” Abel mengangkat alis, menggoda ayahnya.

“Iya, bagus kok. Bagus,” jawab Mahendra sambil tersenyum. “Tapi nggak ada kaos buat Lussy sama Poppy sekalian?”

Abel tertawa. “Ide bagus! Nanti aku buat deh. Kalau ada gathering perusahaan, papa pakai kaos itu ya.”

“Abis ini kita ke salon, ya, Pa? Rambut papa udah tua banget tuh.”

Mahendra terkekeh sambil menggeleng. “Gamblang? Nggak ada kata yang lebih halus gitu?”

Abel tertawa semakin keras. “Iya iya bercanda tau, tapi papa masih ganteng kok. Oh iya, papa, nggak ada yang deketin papa gitu?”

“Banyak!” jawab Abel sendiri. “Tapi papa takut aku…” Hahaah..

“Hemmm, tanya sendiri jawab sendiri,” ledek Mahendra.

“Ya kan bener papa selalu mikirin aku mulu, Ayo Pa, ganti gaya rambut biar makin keren.”

“Lama nggak? Soalnya kita masih mau ke vila, kan? Teman papa mau jual yang blok A.”

“Papa mau jual?” tanya Abel dengan nada terkejut. “Papa, itu banyak kenangan masa kecil aku, loh. Aku suka di sana, apalagi ada teman-teman aku juga.”

“Cuma yang blok A, Sayang. Yang kanan-kirinya nggak. Lagian kan kamu mau ketemu Nilam sama siapa itu, teman kamu?”

Abel tersenyum, mengingat nama teman-temannya. “Ooh… Kirain papa BU.”

“BU?” Mahendra menatap Abel dengan bingung.

“Butuh uang,” jawab Abel sambil tertawa keras, mengingat ucapan satpam rumah Auriga yang sering melontarkan komentar-komentar random.

Mahendra menggeleng sambil tersenyum. “Hemm, boleh juga temuin teman-teman kamu. Tapi mereka masih di sana nggak, ya?”

“Ya nggak tau, kita coba aja lihat dulu.Oke, sekarang, sekarang papa potong rambut dulu, biar cakep,” ajak Abel dengan semangat.

1
Herlinawati Ana
mau diapain Kapasnya Om wkwkwk
Herlinawati Ana
kekuatan besar didalamnya adalah Cinta....
Herlinawati Ana
nungguin bom waktu aja kpan semua trungkap dan.... semua kebingungan,kerunyaman, kerumitan hanya ada 1 Alasan dari semua itu karena rasa CINTA Abel yg amat sangat besar utkmu Auriga 😍
Laily
duhh.. akankah auriga membenci arabellah, setelh terungkap semua

next akak tris 🙏
💪💪
Yeni ning
Auriga curiganya kemana”…
Padahal masalah sepele “Cintq…
Huhuhu jadi ga sabar up kak 🥰🥰
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
simple sih om Au alasan Arabella begitu, karna dia suka sama dirimu 🤣🤣
Sabarina_Dewi
om ganteng mau ngapain ya
serem
timakasi tris rahma 😘
Nanysetyarsi24 Nanyse24
aq dukung kdk tris 👍🥳
Nanysetyarsi24 Nanyse24
masuk.ke petualangan Abel 🤩
likerain_1308
duh...ikutan deg2an... gimana kalo sampe ketahuan, klo ana adl arabella...🤦‍♀️....makasih up nya mb tris 😍🙏
Ayu: krya ka tris ga pernah gagal, huhu.. sllu bikin deg2an.

semangat up nya ka tris😘
total 1 replies
siska oktaviana
ayo Om cari tau terus...
🌜melody 🌛
pastilah bel ,ga munkin auriga diam aja pasti nyari tau dia
Naaaaa
lanjuuttt kk
Abi 123
ih.... jadi mellow
Indah Wirdianingsih
abel pura2 hilang ingatan
Abi 123
makin seru kak..... gara2 obat tidur jdi bisa deket2 ma om ganteng
Indah Wirdianingsih
lanjut kak tris, om riga penasaran sama si abel
Suwastika
hayo loh bel....
km ketauan....
Ummu Jihad Elmoro
pisahin sementara mereka, Kak Tris, biar makin klepek2 merindu tuh si babang riga.. hihi
Laili Untari
nah pikiran om semrawut🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!