John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.
Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.
Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.
Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Benar-benar Cemburu
Nadira mengambil pakaiannya, lalu dengan langkah hati-hati, menyelinap ke kamar John. Tanpa suara, ia masuk ke kamar mandi John dan mulai berendam di bathtub, merasa yakin ini akan jadi kejutan yang tak bisa diabaikan.
Nadira membenamkan tubuhnya lebih dalam ke air hangat di bathtub, kepulan uap menyelimuti wajahnya yang tampak tenang. Ia mendongak, menatap langit-langit dengan senyum kecil yang penuh ironi.
"Aku benar-benar nekat dan mungkin sudah menjadi gila," gumamnya pelan, diiringi tawa kecil yang terdengar lebih seperti olok-olok pada dirinya sendiri. Jemarinya bermain-main dengan air, menciptakan riak kecil yang memecah keheningan di sekitarnya.
Namun, sesaat kemudian nada bicaranya berubah lembut, seperti berbicara pada hatinya sendiri. "Biarlah aku menjadi gila, asal aku bisa tetap berada di sisi orang yang aku suka. Orang yang membuat aku merasa aman... dan nyaman."
Tatapannya kembali lurus ke depan, tapi kali ini ada cahaya tekad di matanya. Meski sadar bahwa pilihannya mungkin tidak benar, Nadira tak bisa memungkiri kebahagiaan yang dirasakannya saat bersama John dan tak ingin semuanya berakhir.
Sementara itu, John masih duduk di ruang tamu, merenung. "Kenapa aku masih di sini?" gumamnya, menggeleng pelan. "Gadis itu akan bertingkah gila lagi kalau aku tidak segera menghindar..."
Akhirnya, ia memutuskan kembali ke kamarnya. Saat membuka pintu kamar mandi, ia terperanjat mendapati Nadira sudah berada di dalam bathtubnya, berendam dengan santai, dikelilingi buih-buih sabun.
"Nadira?! Apa yang kau lakukan di sini?" John membelalakkan mata, terkejut dan bingung. Nadira hanya menatapnya sambil tersenyum penuh percaya diri.
"Air di kamarku mati. Jadi aku mandi di kamar Om," ucapnya, sambil memutar-mutar busa di tangannya, tatapannya penuh godaan yang membuat John semakin bingung harus bereaksi bagaimana.
"Cepat selesaikan mandimu! Setelah itu kita bicara," ucap John dengan nada tegas, kemudian menutup pintu kamar mandi dengan cepat.
Begitu berada di luar, ia mengusap wajahnya kasar, mencoba menenangkan pikirannya yang semakin tak karuan. "Gadis ini..." geramnya dalam hati. "Apa dia tidak tahu, aku sudah berusaha keras menahan diri untuk tidak menerkamnya? Tapi dia malah terus menggodaku, seolah sengaja menguji batas kesabaranku."
John menghela napas panjang, berjalan mondar-mandir di kamarnya, mencoba mengalihkan pikirannya dari bayangan Nadira yang tadi ada di depan matanya. Namun, semakin ia mencoba, semakin jelas bayangan itu. Ia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, perasaannya berkecamuk antara marah dan terpesona.
"Selesaikan mandimu cepat, Nadira," ucap John sekali lagi, ingin gadis itu segera pergi dari kamarnya, tak ingin tembok yang ia bangun diantara ia dan Nadira runtuh.
John mendengar suara menggoda Nadira dari dalam kamar mandi, "Kenapa? Om sudah tak sabar menungguku?" Nadira bertanya, nadanya yang manis membuat dadanya berdesir. Tapi ia hanya menghela napas, mencoba mengabaikan pertanyaan itu.
la memejamkan mata sejenak, menenangkan gejolak yang sejak tadi mengganggunya. Kenapa Nadira harus bertingkah seperti ini? Nadira bukan sekadar gadis yang ia kenal, ia berbeda. Dua kali bersama dalam momen intim itu, ia merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Tak seperti wanita lain, Nadira menatapnya dengan pandangan yang penuh cinta, seolah ia adalah satu-satunya bagi gadis itu. Itulah yang justru membuat segalanya semakin sulit baginya.
John membuka matanya, menghela napas berat, berusaha menenangkan diri sebelum ia benar-benar terseret oleh perasaannya sendiri. "Nadira," gumamnya, nyaris tanpa suara.
Nadira keluar dari kamar mandi dengan wajah cerianya dan bergegas mendekati John yang duduk di tepi ranjang. "Om bule, aku sudah wangi," ucapnya dengan berani kembali duduk di pangkuan John dan memeluk John.
John mendesah pelan, mencoba menahan diri ketika Nadira tiba-tiba duduk di pangkuannya, wangi sabun yang segar dari tubuhnya menusuk hidungnya, membuatnya semakin sulit untuk berpura-pura tidak terpengaruh.
"Nadira, cepat turun! Kau tidak seharusnya seperti ini," kata John dengan nada dingin, meski hatinya sendiri sedang berkecamuk, berusaha untuk tetap tenang.
Namun Nadira malah merapatkan diri lebih erat, tatapannya penuh penolakan. "Nggak mau!" Nadira memeluknya erat dengan wajah cemberut, pandangan matanya seakan menuntut penjelasan."Om Bule malah mau-mau saja disentuh perempuan di luar sana, tapi selalu berusaha menghindar dariku!" ucap Nadira dengan nada kesal.
John mengernyitkan kening, bingung dengan tuduhan itu. "Apa maksudmu? Perempuan mana?" tanyanya, mencoba mengingat apa yang sebenarnya Nadira bicarakan.
Nadira menggembungkan pipinya, ekspresinya semakin kesal. "Aku lihat Om tadi siang di pinggir jalan! Mobil Om mogok, 'kan? Terus ada perempuan yang dengan centilnya menyeka keringat Om." Nadira menatap John penuh dengan rasa cemburu yang jelas terpancar dari matanya. "Om kelihatan menikmati sekali. Dia dekat banget sama Om, dan Om malah diam saja. Kesenengan banget ya, dilayani perempuan lain! Tapi kenapa kalau sama aku selalu menghindar?" Suaranya sedikit bergetar, jelas tersirat kekecewaan.
John menghela napas panjang, berusaha keras untuk menahan senyum yang nyaris muncul. la menyadari bahwa Nadira benar-benar cemburu. "Dengar, Nadira. Perempuan itu adalah sekretarisku yang selalu membantu aku. Dia tidak lebih dari itu," jelas John dengan suara yang lembut namun tegas, berusaha meredakan perasaan cemburu Nadira. Namun sesaat kemudian, dalam hati ia bergumam, "Kenapa aku repot-repot memberikan penjelasan padatnya? Apa hubungan kami?"
Nadira malah mengerucutkan bibirnya, masih merasa tidak puas dengan jawaban itu. “Tetap saja, sekretaris atau bukan, tetap saja Om terlihat menikmati itu! Tapi sama aku malah dingin dan berusaha menghindar. Aku nggak suka melihat Om dekat dengan perempuan lain. Pokoknya, Om Bule milikku!" Nadira menatap John dengan tatapan yang tulus namun penuh tekad.
John menatap Nadira dengan mata menyipit, raut wajahnya menunjukkan ketidaksenangan. “Hei, kenapa kamu mengatur hidupku?” tanyanya dengan nada yang lebih tajam dari biasanya. “Ada hak apa kamu melarang aku dekat dengan wanita lain? Dan sejak kapan aku jadi milikmu?”
Nadira tampak terkejut, namun hanya sekejap. Senyum kecil terulas di wajahnya, seolah tak gentar dengan ketegasan John. “Aku mungkin nggak punya hak, Om, tapi... aku nggak suka melihat Om bersama orang lain,” jawabnya, suara yang lirih namun penuh kejujuran.
John mendesah panjang, frustasi. “Dengar, Nadira. Aku bukan milik siapa pun, apalagi milikmu. Jangan bertindak seolah-olah kita punya hubungan khusus.”
Nadira menatap John dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, kecewa tersirat jelas di wajahnya. "Kita sudah tinggal bersama dan pernah dua kali tidur bersama, Om. Apa ini masih bisa dibilang kita tak punya hubungan?" tanyanya pelan namun penuh penekanan.
John kembali menghela napas panjang, mencoba meredakan perasaan bingung yang berkecamuk. "Dira, aku sudah bilang dari awal… aku tidak ingin punya hubungan romantis," ucapnya akhirnya, meski terdengar lebih seperti pembelaan diri.
Nadira menatap John lebih dalam, seolah mencari jawaban yang berbeda di balik kata-kata itu. "Kalau begitu… apa sebenarnya arti kehadiranku buat Om?" gumam Nadira lirih, suara dan tatapannya penuh harap yang membuat John semakin kebingungan.
...🍁💦🍁...
.
To be continued
beno Sandra dan sasa merasa ketar-ketir takut nadira mengambil haknya dan beno Sandra dan sasa jatuh jatuh miskin....
mampus org suruhan beno dihajar sampai babak belur sampai patah tulang masuk rmh sakit....
Akhirnya menyerah org suruhan beno resikonya sangat besar mematai2 nadira dan dihajar abis2an sm anak buahnya pm john....
belajarlah membuka hatimu tuk nadira dan nadira walaupun msh polos dan lugu sangat cocok john sangat patuh n penurut.....
Sampai kapan john akan hidup bayang2 masalalu dan belajar melangkah masa depan bersama nadira....
masak selamanya akan menjadi jomblo abadi/perjaka tuwiiiir🤣🤣🤣😂