NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbengong-bengong

Madava mengemudikan mobilnya pulang dengan wajah cemberut. Ia kesal bukan main. Entah dari mana ibunya tahu dirinya tidak berada di rumah. Madava menduga pasti itu perbuatan Ayu.

Madava sudah sampai di rumahnya. Ia masuk ke rumah menggunakan kunci cadangan. Saat masuk, rumah dalam keadaan gelap gulita. Ia pun segera menyalakan lampu. Matanya mengerjap, rumahnya terlihat sangat bersih sekali. Bahkan cangkir dan piring kotor yang ada di kitchen sink sudah tak ada.

Madava berjalan menuju ruang tamu. Ia mengusap sudut-sudut meja dan kursi. Ia lantas tersenyum tipis karena tidak menemukan debu di sana.

"Namanya juga pembantu. Skillnya tak diragukan lagi," ucapnya menyebalkan.

Ceklek ...

Terdengar suara pintu dibuka. Madava pun menoleh ke arah sumber suara. Dari dalam salah satu kamar tamu, Ayu pun keluar sambil menguap. Ia berjalan sambil memegang botol kosong yang kerap diisinya untuk minum di kamar.

Madava terpaku. Ayu keluar dengan menggunakan setelan pakaian tidur pendek. Tubuhnya yang mungil membuatnya tidak seperti seorang ibu-ibu. Ia justru terlihat seperti gadis yang berusia dua puluhan dengan wajah polosnya itu.

Madava terus memperhatikan Ayu. Kakinya yang putih mulus. Rambut yang biasanya di kuncir kini tergerai indah. Sungguh terlihat berbeda dari biasanya.

"Sebenarnya berapa usianya? Masih semuda itu sudah memiliki anak kecil. Apa dia nikah muda ya? Atau jangan-jangan nikah karena kebobolan?" gumam Madava mode julid.

Karena sibuk melamun, Madava tak sadar kalau Ayu sudah kembali dari dapur. Ayu mengernyitkan dahi saat melihat Madava yang berdiri terpaku di tengah-tengah ruangan. Sudah seperti manekin yang dipajang di toko-toko saja.

Ayu yang malas berurusan dengan Madava, memilih acuh tak acuh. Ia justru segera kembali ke kamar. Namun suara Madava menghentikan langkahnya.

"Hei, kau, apa yang sudah kau katakan pada mama, hah?" sentak Madava yang kembali teringat saat ibunya menelponnya dengan marah-marah saat ia berada di klub malam.

Ayu menoleh dengan wajah datarnya. "Apa maksudmu?"

"Tidak usah berlagak sok polos. Dasar tukang ngadu. Pasti kau 'kan yang sudah memberitahu mama kalau aku pergi keluar dan tidak pulang-pulang!"

"Kau pikir aku sekurang kerjaan itu? Kalau kau mau pergi, ya pergi saja. Emang gue pikirin," jawab Ayu acuh tak acuh.

Tangan Madava mengepal melihat ekspresi Ayu yang menurutnya menyebalkan. Dia tak sadar, ekspresinya pun juga menyebalkan. Sok angkuh dan sok galak.

"Sudahlah. Berhenti berkilah. Kalau bukan kau, siapa lagi. Memangnya mama memiliki cctv dimana-mana."

"Kalau nggak percaya ya udah. Atau kau mau aku menghubungi Bu Shanum dan menanyakannya siapa yang memberitahu kalau kau tidak ada di rumah?" Mata Madava sontak melotot tajam. Kalau sampai itu terjadi, bisa jadi lagi-lagi ia akan dimarahi ibunya. "Bagaimana? Kau mau?"

"Kau benar-benar menyebalkan."

"Yang sebenarnya menyebalkan itu aku apa kau? Aku tidak pernah membuat ulah, tapi kau selalu saja ingin marah-marah. Apa kau tidak lelah? Ingat, marah-marah bisa membuatmu cepat tua. Atau yang lebih parah kau akan terkena hipertensi. Kemudian terkena serangan jantung, lalu mati. Apa kau mau? Aku sih nggak masalah. Jadi janda dua kali pun nggak masalah."

"Apa kau gila? Kau ingin menyumpahi suamimu sendiri cepat mati?" seru Madava dengan mata terbelalak.

"Oh, kau akhirnya sadar kalau kau itu suamiku. Tapi sikapmu benar-benar jauh dari kata seorang suami."

"Seharusnya kau sadar, aku seperti ini karena aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini."

"Kau pikir aku mau?"

"Kalau kau tidak mau, kenapa kau tidak menolak permintaan mama?"

"Karena penawaran Bu Shanum sepertinya cukup bagus jadi kenapa tidak."

"Penawaran?" Madava tidak tahu kalau ibunya sudah menawarkan sesuatu pada Ayu. Madava pikir pasti ibunya menawarkan sejumlah uang yang luar biasa besar karena itu Ayu bersedia menikah dengannya. Ah, tapi tanpa uang pun Madava pikir tak mungkin Ayu akan menolak permintaan ibunya untuk menikah dengannya. Secara ia tampan dan mapan. Ia memiliki pekerjaan bagus dengan gaji yang lumayan besar. Siapa yang sanggup menolak coba.

"Ya. Penawaran."

"Berapa yang ibuku tawarkan?" tanya Madava penasaran.

"Berapa ya?" Ayu mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk. "Memangnya kenapa? Apa kau mau membuat penawaran penggantinya?" Ayu sedikit memiringkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Bagaimana mama bisa memilih perempuan gila harta sepertimu menjadi istriku? Pasti kau kan yang sudah membujuk mama agar memilihmu jadi pengantin penggantiku, iya 'kan?"

"Kau selalu saja su'udzon padaku. Padahal aku ini sudah baik lho. Seharusnya kau berterima kasih padaku karena sudah menyelamatkan wajahmu di hadapan para tamu. Tapi kau memang manusia tidak tahu terima kasih. Sudahlah. Lebih baik kau tidur sana. Kau tidak mau 'kan ditelepon Bu Shanum lagi. Jujur, aku kasihan padamu yang selalu dimarahi Bu Shanum. Apa kau tidak malu selalu membuat ulah dan dimarahi seperti anak kecil?" ucap Ayu dengan wajah datar, tapi terlihat seperti mengejek di mata Madava.

Ayu kemudian segera berbalik dan masuk ke kamarnya meninggalkan Madava yang lagi-lagi hanya bisa mengumpat kesal.

"Arghhh, kenapa mama memilih perempuan menyebalkan itu menjadi istriku sih? Sudah pembantu, janda anak satu, menyebalkan pula."

Madava meninju udara. Ia kesal bukan main. Tapi sayangnya tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi mengingat kalau ibunya melakukan itu untuk menyelamatkan wajah mereka khususnya dirinya di mata orang. Apa yang akan orang katakan kalau tahu bahwa dirinya ditinggal kabur calon istrinya dengan membawa semua mahar yang ia beri.

Madava akhirnya hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. Ia pun segera naik ke kamarnya.

Keesokan paginya, Madava sudah siap dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih tulang. Saat keluar kamar, ia menghidu aroma masakan yang sangat lezat. Madava pun segera menuju dapur untuk melihat siapa yang masak.

Saat tiba di dapur, Madava mendapati Ayu yang sedang mengaduk sesuatu di dalam wajan. Sementara Rafi sedang duduk di meja makan sambil menggambar.

"Selamat pagi, Pa," sapa Rafi sambil tersenyum lebar. Membuat giginya yang ompong terlihat jelas. Namun nyatanya terlihat lucu dan menggemaskan. Rafi kembali memanggil papa atas perintah Ayu.

"Selamat pagi," balas Madava berusaha bersikap ramah. Bagaimanapun Rafi itu anak kecil. Meskipun ia tidak menyukai Ayu, tapi tidak mungkin 'kan ia bersikap serupa pada anak kecil seperti Rafi.

"Selamat pagi, Mas," sapa Ayu pada Madava. Madava sampai membeku sepersekian detik karena tidak menyangka Ayu akan menyapanya seramah itu. Apalagi Ayu juga tersenyum manis membuat Madava penasaran apa rencana di balik keramahtamahan Ayu barusan padanya.

"Pa---gi," jawab Madava sambil mengerjapkan mata. Apalagi saat melihat Ayu meletakkan segelas kopi di hadapannya. Disusul sepiring nasi goreng dengan toping omelet dan sambal kering tempe di atasnya.

"Silahkan sarapan, Mas! Ayo Rafi, ajak papa sarapan!" ujar Ayu lembut membuat Madava sampai terbengong-bengong heran.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰 ...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!