"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. iri hati
Sesuai dengan perintah nya Purnama, kali ini Sam dan Wira mendatangi rumah Mus untuk jaga jaga bila pembunuh berantai akan membunuh calon manten ini. mereka duduk di atas genteng sambil menikmati cahaya rembulan separuh karena sudah lewat purnama, awal nua mereka mengira bahwa pembunuh akan beraksi saat malam purnama saja.
Tapi malah tidak purnama pun sudah bergerak cari mangsa, ada yang bilang bahwa memang itu bukan lah wanita yang bernama Purnama. namun Risman tetap yakin bahwa ini ulah nya Purnama, tidak bergerak saat malam purnama penuh itu hanya ingin mengamankan diri agar para warga tidak ada yang curiga kepada diri nya.
Padahal Purnama sudah ada dua bulan ini dia masih cuti dengan hal ghaib, bukan tanpa sebab dia begitu. karena terakhir kali Purnama berurusan dengan hal ghaib selalu saja ada tragedi nya, ini kemarin sepupu nya yang meninggal dan si adik juga harus di hukum dengan sangat berat karena lalai.
Maka nya Purnama istirahat dulu sebentar saja, agar pikiran nya bisa pulih dengan adem ayem. apa lagi sempat kena racun mematikan, lagi pula ada anak buah nya yang bergerak mencari info, sudah cukup mereka saja yang kerja dan dia menerima info, tidak sia sia lah punya member banyak karena bisa di pakai membantu.
"Kenapa kita tidak masuk saja kedalam rumah untuk melihat dia?" tanya Sam tidak suka ada di sini.
"Aku ingin santai sebentar untuk melihat cahaya bulan, namun ternyata cahaya bulan juga tidak seindah wajah nya." sahut Wira.
Plaaaak.
"Aku tau kau jatuh cinta, tapi jangan setiap kata kata selalu kau jawab dengan gombalan!" Sam kesal sekali rasa nya.
"Kok kau marah sih? apa jangan jangan kau suka ya sama Xiefa!" tuding Wira.
"Mohon maaf ya! dewi kucing ku lebih cantik di mata ini, jadi kau tidak usah ketakutan sendiri." sewot Sam menjadi kesal bukan main pada sahabat nya ini.
Wira tertawa dan segera melihat sekeliling karena malam juga sudah mulai beranjak kian larut, tugas ini lumayan penting karena yang mereka jaga adalah nyawa manusia. lagi pula mereka juga harus bersiap andai kata pembunuh itu muncul untuk menyerang mereka berdua, bila ilmu nya tinggi maka mereka harus waspada sekali.
"Ini kalau pembunuh nya pintar, malah dia yang melihat kita!" rutuk Sam.
"Kau kok marah saja sejak tadi, kenapa sih?" Wira menatap teman nya.
"Tidak ada!" Sam malas mau cerita dengan Wira.
"Kan kita sahabat, masa masalah datang kau tidak mau cerita!" Wira ikut merengut kesal.
"Akkkh sudah lah, aku hanya kesal dengan Nana yang sekarang ingin punya anak juga seperti Menik." Sam akhir nya cerita.
Mereka berdua sudah di dalam rumah dan melihat Mus yang sedang berbaring gelisah, mungkin karena takut bila pembunuh itu sungguh datang untuk menghabisi diri nya. kan Mus juga orang biasa, sehingga dia tak akan bisa melihat Sam dan Wira.
Karena tidak bisa melihat itu lah yang membuat dia sangat cemas, mengira Purnama hanya bohong saja saat mengatakan akan mengirim anak buah untuk menjaga diri nya, padahal Sam dan Wira sudah ada di sana menatap wajah Mhs yang pucat seperti mayat akibat rasa takut yang begitu besar.
"Kau lihat wajah dia yang pucat itu, aku takut nya dia bukan mati karena di bunuh." ujar Sam menunjuk wajah Mus.
"Jadi karena apa?" tanya Wira bingung juga.
"Ya karena ketakutan lah, dia bisa mati kalau begitu! orang tua nya saja anteng adem ayem di kamar mereka." ucap Sam santai.
"Nama nya juga orang takut, sama seperti kita yang takut pada Purnama atau Arya." jawab Wira pula.
"Eh iya ya, barang kali saja rasa takut nya sama." angguk Sam setuju.
"Kasihan dia, aku jadi sangat penasaran dengan pembunuh itu." Wira duduk di ujung ranjang nya Mus yang besar.
Sam hanya mengangguk karena dia juga sama penasaran nya, ingin sekali melihat pembunuh yang sudah memakan banyak korban tersebut. tapi Sam juga ragu apa kah dia mampu mengalahkan nya, yang begitu sudah pasti ilmu nya tinggi. atau bahkan mungkin dia bukan lah manusia, melainkan iblis yang memang suka akan nyawa.
Inti nya mereka harua ekstra hati hati agar tidak kepergok pembunuh berantai yang misterius itu, bila ilmu nya lebih tinggi maka hanya akan membahayakan mereka berdua saja. sebab untuk sekarang, bila mereka kalah maka sudah pasti Sam dan Wira lenyap dari kehidupan yang satu ini, tidak akan jadi arwah apa pun lagi.
...****************...
Pak Risman kian yakin saja bahwa ini memang Purnama, sebenar nya keyakinan yang kuat tersebut hanya karena di dasari oleh rasa iri hati. maka nya dia harus cari bukti bahwa memang Purnama yang sudah melakukan hal tersebut, mau sebanyak apa pun bukti yang mengarah pada orang lain tetap lah dia abaikan.
Sebab dukun yang ingin melihat keberadaan pembunuh itu, tidak bisa menembus wajah nya. Marto keburu muntah darah dan semua lubang dalam tubuh nya mengucurkan darah segar, oleh sebab itu lah semua nya tambah yakin bahwa ini memang ulah Purnama yang ingin menambah ilmu nya agar lebih sakti lagi.
"Mbk Pur malah tidak tau tentang pembunuh itu, Pak! kenapa Bapak yakin sekali bahwa dia adalah pelaku nya?" Bima heran pada Risman.
"Kau bicara dengan dia soal pembunuh?!" kaget Pak Risman.
"Aku dan yang lain mendatangi dia untuk minta tolong, malah dia bingung sekarang." jelas Bima.
"Anak bodoh! kau pikir dia tidak bisa sandiwara seolah olah tidak tau, dia itu iblis." bentak Pak Risman.
"Sebenar nya masalah Bapak itu apa sih?" Bima sungguh tidak mengerti.
"Masih saja kau sibuk bertanya, dia itu adalah manusia yang kolaborasi dengan setan! lihat kebun sawit dia begitu banyak, belum lagi kost yang dia miliki di kota!" geram Pak Risman.
"Itu cuma karena iri hati Bapak saja, kan memang rezeki dia segitu." Bima tetap membela Purnama.
"Diaaam!"
Risman membentak putra nya yang sibuk membela Purnama, membuat hati pria setengah baya ini kian kesal saja. malah tadi Bima bilang samapai datang segala kerumah Purnama, Bu Wati menarik putra nya agar tidak debat dengan sang Bapak.
"Biar kan saja Bapak mu itu, kamu tidak usah ikut campur!" ucap Bu Wati.
"Bapak menuduh orang seenak nya, Bu!" kesal Bima.
"Dia memang suka bicara sembarangan, semoga saja dia tidak kenapa napa." Bu Wati sudah cemas akan suami nya.
Sebab Bu Wati tau Purnama itu orang seperti apa, yang ada nanti malah dia mengamuk pada Risman karen asal tuduh saja, tuduhan Risman hanya sebatas sakit hati karena kebun saeit Purnama lebih luas.
atau jangan² ini ulahnya pak lurah lagi
dan yg pasti,slah 1 d antara mreka adlh plakunya...