Celia Carlisha Rory, seorang model sukses yang lelah dengan gemerlap dunia mode, memutuskan untuk mencari ketenangan di Bali. Di sana, ia bertemu dengan Adhitama Elvan Syahreza, seorang DJ dengan sikap dingin dan misterius yang baru saja pindah ke Bali. Pertemuan mereka di bandara menjadi awal dari serangkaian kebetulan yang terus mempertemukan mereka.
Celia yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, berusaha mendekati Elvan yang cenderung pendiam dan tertutup. Di sisi lain, Elvan, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh pesona Celia, justru merasa tertarik pada kesederhanaan dan kehangatan gadis itu.
Dengan latar keindahan alam Bali, cerita ini menggambarkan perjalanan dua hati yang berbeda menemukan titik temu di tengah ketenangan pulau dewata. Di balik perbedaan mereka, tumbuh benih-benih perasaan yang perlahan mengubah hidup keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu Manis
Celia mengangguk, mendengar suara Lily yang memecah keheningan. "Oh iya, sebentar," jawabnya. Ia tidak ingin terlalu lama berlarut-larut di pantai, terutama dengan kehadiran Lucas yang bisa membuat situasi terasa lebih rumit.
"Lucas, maaf ya, aku harus kembali ke Vila," ucapnya sambil menoleh ke arah Lucas.
“Iya, silahkan. Kita bisa bertemu lagi, kan?” ucap Lucas dengan senyuman yang tetap terjaga, meski ada sesuatu yang tidak bisa disembunyikan di matanya.
Celia tersenyum kembali, walaupun sedikit tertekan. “Tentu saja, Lucas. Sampai bertemu lagi," ucap Celia sambil melambaikan tangannya.
Setelah itu, mereka semua beranjak meninggalkan pantai menuju vila. Elvan tidak bisa menahan diri, ia mengerti arti tatapan mata Lucas pada Celia. Ia berjalan sedikit lebih dekat kepada Celia, memperlihatkan sikap protektif yang lebih jelas. Meski ia tahu bahwa Celia tidak tertarik pada Lucas, tapi cemburu masih menguasai dirinya.
Celia memperhatikan ekspresi Elvan yang sedikit cemberut. Tiba-tiba, perasaan menggoda muncul dalam dirinya. Ia tersenyum tipis, menatap Elvan dengan mata yang sedikit nakal. "Sayang," ucapnya sambil mendekatkan wajahnya. "Kamu cemburu, ya?" suara Celia terdengar penuh ejekan, namun tetap lembut. Ia tahu persis bagaimana Elvan akan bereaksi.
Elvan menatapnya dengan tatapan sedikit bingung, lalu berusaha mengelak, "Cemburu? Kenapa aku harus cemburu?" jawabnya, mencoba terdengar tenang, meskipun ada sedikit nada gugup dalam suaranya.
Celia tertawa pelan, sambil menyandarkan dirinya di bahu Elvan. "Aww, kamu lucu banget," ucap Celia sambil menggoda. "Jangan khawatir, Lucas cuma teman lama. Aku hanya kaget dia muncul di sini, itu saja."
Elvan menatap Celia, "Aku tidak cemburu," jawabnya, meskipun suaranya menunjukkan sebaliknya.
Celia tertawa lagi, kali ini lebih lepas. "Sungguh? Kalau begitu, kenapa kamu bersikap seperti itu tadi?" Celia berkata dengan nada usil, menyentuh dada Elvan dengan jari telunjuknya.
Elvan mendengus, mencoba untuk tetap terlihat santai. "Ya, ya, mungkin aku cemburu, tapi hanya sedikit," jawabnya, akhirnya ia mengalah.
Celia tersenyum puas, lalu mengecup pipi Elvan singkat. "Jangan khawatir, sayang, cuma kamu yang ada disini," ucap Celia sambil menunjuk dadanya.
Elvan menatap Celia dengan tatapan yang lebih lembut setelah mendengar ucapan Celia. Dia merasa sedikit lega, meskipun cemburu masih sedikit menggoda hatinya. Tanpa sadar, ia menarik Celia lebih dekat dan mengecup bibirnya sekilas, hanya sebuah ciuman singkat, tapi penuh makna.
Celia terkejut, kemudian tersenyum manis. “Apa ini bisa membuatmu merasa lebih baik?” tanyanya sambil menatap Elvan dengan tatapan yang lebih lembut.
Elvan mengangguk dan menggenggam tangan Celia. Celia tersenyum manis, menyadari betapa seriusnya Elvan meskipun ia mencoba untuk tetap terlihat santai. “Tenang saja, sayang. Tidak ada yang bisa menggantikan kamu di hatiku," jawab Celia sambil mengeratkan genggaman tangannya.
Lily yang berjalan di belakang mereka hanya tersenyum simpul, melihat betapa akrabnya pasangan itu. Namun, di kejauhan, ada dua orang yang memperhatikan mereka. Mereka adalah musuh lama Elvan dan Celia, yaitu Kira yang sedang bersama salah satu temannya. Kira menatap dengan ekspresi tidak senang, ia jelas melihat momen mesra yang terjadi antara Celia dan Elvan, dan meskipun mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun, tatapan mereka penuh dengan kebencian dan kecemburuan.
"Kamu bisa lihat itu, kan?" Kira berbisik pada temannya. "Mereka memang terlihat mesra, tapi kita tahu ada banyak masalah yang belum selesai di antara mereka."
Temannya hanya mengangguk, mengerti betul maksud Kira. Mereka semua tahu bahwa meskipun Celia dan Elvan tampak bahagia, hubungan mereka tidak pernah benar-benar sempurna. Dan melihat mereka bahagia, hanya semakin membuat hati mereka panas.
Di sisi lain, Lily hanya menggelengkan kepala melihat kedekatan Elvan dan Celia, kemudian berbicara dengan nada ringan, "Aduh, kalian berdua, jangan terlalu melankolis. Masih ada banyak masalah yang menunggu kita, kan?"
Celia terkekeh, sedikit terkejut dengan interupsi Lily. "Kamu benar, Lily. Tapi kadang-kadang, kita perlu sedikit waktu untuk menyenangkan diri sendiri."
"Baiklah, baiklah, kalian berdua. Tapi ingat, masalah kita masih banyak. Ayo cepat!" ujar Lily sambil mempercepat langkahnya.
Celia dan Elvan saling bertukar pandang, kemudian melangkah lebih cepat, bergandengan tangan menuju vila, siap untuk menghadapi tantangan baru yang menanti di depan mereka.
