Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Livia terbangun tepat saat jam makan malam. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya masuk ke retinanya. Matanya melihat Arthur duduk bersandar disampingnya sambil memegang ipad ditangannya,
merasakan pergerakan disampingnya, Arthur menoleh pada sang istri, meletakkan ipadnya kemudian ikut berbaring menyamping dengan tangan sebagai penyangga kepalanya.
"kamu tertidur sangat nyenyak, hm?" Livia mengangguk lalu menelusupkan wajahnya di dada bidang suaminya.
"masih ingin lanjut tidur?..." Arthur mengusap lembut rambut istrinya.
"aku sangat malas bangun, rasanya badanku lelah akhir² ini" katanya
"aku sudah membawakan kue yang kamu pesan"
"benarkah?.." tiba² Livia menjauhkan wajahnya
"iya, ada didapur. Ingin makan sekarang?" Livia mengangguk sebagai jawabannya
"tapi sebelum itu makan malam dulu" Livia langsung cemberut
"jangan membantah, kamu harus makan dulu baru bisa makan kue" Livia pasrah..jika tidak Arthur tidak akan pernah memberinya kue itu. Suaminya tidak suka dibantah
Arthur beranjak dari kasur, namun livia hanya diam saja
"ada apa?" tanya Arthur
"Gendong..." pintanya merentangkan tangan, entah kenapa Livia sekarang rasanya ingin bermanja² dengan suaminya
Walau begitu Arthur tetap mambawanya dalam gendongan menuju meja makan.
saat menuruni tangga, maid tersenyum melihat sang majikan menggendong istrinya didepan. Mereka tidak berani menunjukkan wujud mereka karena pasti nyonya akan merasa malu, maid yang pengertian.
Sesampainya dimeja makan Arthur menurunkan istrinya. Arthur menarik kursi untuk Livia namun lagi² Livia hanya diam memperhatikan
"Duduklah" Livia menggeleng
"aku mau dipangku" ucapnya malu²
"kemarilah" Arthur duduk lalu menepuk pahanya, Livia duduk menyamping.
Arthur yang peka dengan telaten menyuapi istrinya, pada suapan ke-6 Livia menolak
"aku ingin kue labu" manjanya pada Arthur
"Hm, makanlah" mata Livia berbinar melihat kue labu dihadapannya. Dengan lahap ia memakan semua kue itu, pada potongan terakhir ia menyodorkan kue itu ke mulut suaminya.
"aku kenyang..." Arthur pun melahap potongan kue itu, rasanya tidak buruk. Lain kali ia akan membeli kue ditempat itu.
"kamu mau apa lagi, hm?" tanya Arthur menyelipkan anak rambut ditelinga istrinya.
Livia melingkarkan tangannya dileher Arthur. " aku ingin jalan²" Arthur dibuat heran dengan permintaan istrinya, sebelumnya Livia belum pernah mengajaknya duluan keluar malam², karena Arthur akan lebih dulu mengajaknya.
"kamu ingin kemana?" Arthur memilih mengikuti keinginan istrinya...
"hanya berkeliling dengan mobil, mungkin aku ingin sesuatu saat diperjalanan"
"baiklah... Kita pergi sekarang" Arthur langsung menggendong istrinya menuju mobil
.
.
.
Arthur membawa istrinya berkeliling kota, Livia begitu menikmati pemandangan keindahan kota london dimalam hari.
"ada yang mau kamu beli?" tanya Arthur dengan tatapan lurus ke jalan, namun istrinya tidak menjawab. Arthur melirik sekilas ke samping, rupanya Livia sudah terlelap
padahal mereka baru berangkat 10 menit yang lalu, akhirnya Arthur memutar balik mobilnya menuju villa
.
.
.
.
Arthur membaringkan istrinya perlahan, namun hal itu malah membuat Livia terbangun
"mmh...sayang jangan pergi. Ayo tidur disini" entah mengigau atau apa. Arthur yang tadinya mau ke ruang kerja tangannya ditahan.. Tidak bisa menolak akhirnya Arthur ikut berbaring disamping istrinya
Livia menempatkan kepalanya di dada bidang Arthur, tangan dan kakinya melingkari tubuh suaminya. Seakan tak ingin melepaskan Arthur beranjak sedikit saja
Arthur mengusap kepala istrinya hingga terlelap lagi, ia pun ikut terlelap juga...
.
.
Tengah malam Livia merasakan tidak nyaman di perutnya.. Tubuhnya terus bergerak kesana kemari sampai² suaminya ikut terusik karna ulah istrinya itu.
Livia terus mencari posisi nyaman namun rasa tidak nyaman diperutnya mengganggu ketenangan tidurnya.
"sayang..bangunlah, apa ada yang sakit?" bukan jawaban yang didapat justru tangan Livia mengarahkan tangan suaminya untuk mengusap permukaan perutnya
Tidak ada pilihan lain demi istrinya bisa tidur nyaman ia akan mengusap perut ramping itu sampai pagi, pasalnya setiap tangannya berhenti karna Arthur ketiduran Livia akan menggeliat lagi begitu seterusnya
.
.
.
Pagi hari Livia sudah terbangun dengan rasa gejolak diperutnya yang minta dikeluarkan, dengan segera ia lari ke kamar mandi. Memuntahkan semua isi perutnya di closet
"hueekk...hueek...ueek"...Arthur yang mendengar suara itu pun terbangun. meraba tempat disampingnya tidak ada siapapun..matanya melihat pintu kamar mandi terbuka
"hueek...hueek..." mendengar suara istrinya Arthur segera menghampiri istrinya
"sayang!" Arthur segera berjongkok mengikat rambut istri dengan tangannya, memijat tengkuknya agar muntah itu segera keluar semua
"hueek...hueek..uhuk..uhuk.." Livia terduduk lemas dilantai dingin kamar mandi itu
Arthur mengangkat tubuh Livia ke wastafel, membersihkan mulut istrinya dengan air tanpa rasa jijik, kemudian merapikan rambut istrinya dengan air.
"sudah mendingan?" Livia mengangguk tak sanggup hanya sekedar menjawab pertanyaan suaminya
Kemudian Arthur menggendong Livia ala koala keluar, membaringkan tubuh istrinya
Arthur segera menelepon dokter ke villa nya, sang dokter yang merupakan temannya sendiri
.
.
.
.
"istriku sakit apa?" tanya serius Arthur pada dokter
"kau tidak usah khawatir bro, istrimu hanya perlu banyak istirahat sampai 9 bulan kedepan" kekeh si dokter melihat raut wajah Arthur
"katakan dengan jelas !" Arthur menatap tajam dokter itu
"istrimu sedang mengandung, selamat" setelah mendengar penjelasan si dokter, Arthur langsung masuk kedalam kamarnya.
Dokter itu mendengus melihatnya.
Didalam kamar, Arthur tak berhenti mengecup seluruh wajah istrinya sampai Livia menggeliat, Arthur kemudian ikut berbaring memeluk istrinya dari belakang dan tangannya terus mengusap perut istrinya yang masih rata.
"apa kamu menginginkan sesuatu, hm?" bisiknya dicuruk leher istrinya
"tidak, kamu berangkat saja ke kantor. aku akan baik2 saja disini" katanya dengan suara purau sambil masih mata
"tidak, aku akan merawatmu hari ini"
"hmm, terserah kamu"
"bangunlah sayang, kamu belum makan. perutmu harus di isi dulu setelah itu kamu boleh lanjut tidur lagi"
"aku tidak lapar Ar, rasanya mual sekali"
Arthur menggenggam punggung tangan Livia lalu meletakkan diperut istrinya
"kamu tak kasihan dengannya? Dia nanti kelaparan sayang" Livia bingung dengan kata² suaminya
"dia siapa? Kamu punya wanita lain?" curiga Livia membalikkan badannya
"hanya kamu wanitaku, siapa lagi?" kata Arthur lalu mengecup hidung Livia
"lalu apa maksudmu?"
"disini.." Arthur mengusap perut Livia, "ada kehidupan"..
"Ar..jangan membuatku penasaran" Arthur tersenyum melihat raut cemberut istrinya
"anak kita, disini ada anak kita" kalimat suaminya membuat mata Livia mulai berkaca
"bagaimana bisa?" ucapnya dengan suara serak
"perutmu yang mual sedari tadi, itu karna kamu sedang mengandung anak kita"..
"dokter yang memeriksamu tadi" lanjutnya
"aku benar² hamil?" Arthur mengangguk
akhirnya perjuangannya selama ini tidak mengecewakan, sungguh kebahagiaan yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun.
Livia menangis terharu dalam dekapan suaminya, "aku mau makan sekarang, dia harus sehat didalam sana" segera Arthur menyuruh Kei yang berjaga didepan kamar untuk mengambilkan sarapannya dan sang istri
padahal Livia tidak ingin makan, tapi demi anaknya ia akan melakukan yang terbaik
.
.
.
.
.
.
.
...----------------...
.
.
.
Hai kawan...
Jumpa lagi di chapter ini...jangan lupa seperti biasa tinggalkan jejak komentar, like, subs, beri vote dan gift terimaksih...
Jumpa lagi dichapter selanjutnya😆😊🙏
/Facepalm//Chuckle/
/Chuckle//Facepalm/
/Shy//Chuckle/