NovelToon NovelToon
Fure Love

Fure Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Murni / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ssintia

Narecha memilih untuk melarikan diri dari kehidupannya penuh akan kebohongan dan penderitaan

Lima tahun berselang, Narecha terpaksa kembali pada kehidupan sebelumnya, meninggalkan berjuta kenangan indah yang dia ukir ditempat barunya.

Apakah Narecha sanggup bertahan dengan kehidupannya yang penuh dengan intrik?

Di tengah masalah besar yang terjadi padanya, datang laki-laki dari masa lalunya yang memaksa masuk lagi dalam kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ssintia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janggal

...••••...

"Narecha?"

"Ah, iya gimana mas?"

"Bisa kita bertemu?"

Echa mengigit bibir bawahnya, berpikir dengan keras untuk jawaban yang akan dia katakan, "Ngga bisa mas, maaf." Sudah Echa bilang bukan, jika dirinya adalah tipe orang yang tidak bisa diganggu gugat dengan apa yang telah direncanakannya.

"Oh ya sudah kalau begitu," masih dalam suara datarnya Pram menjawab.

"Iya mas, udah dulu ya aku ada keperluan." Cepat-cepat Echa mematikan sambungan telepon.

Seharusnya Echa senang akan sikap Pram padanya. Tapi entah mengapa seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya membuatnya enggan untuk cepat terlena akan sikap pria itu.

Karena yang Echa tahu, Pram itu bukan tipe pria yang akhir-akhir ini dia temui dan dia lihat.

Pram yang dulu adalah orang yang cuek akan sekitar, irit bicara, dingin, bahkan sampai tutup mata ketika Echa disiksa oleh keluarganya.

Jadi wajar saja bukan jika Echa belum merasa apa yang dilakukan Pram itu benar-benar tulus atau dengan kata lain ada maunya saja.

"Engga tau ah pusing," Echa melemparkan ponselnya diatas kasur sembarangan.

Echa bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Belum berniat mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Perutnya sudah meronta minta diisi membuat Echa bergegas.

Saat membuka kulkas, Echa berdecak dan menepuk keningnya cukup kencang begitu mendapati isi kulkas yang hampir tidak berisi alias kosong.

Niatnya sepulang mengajar kemarin Echa akan berbelanja. Tapi insiden dengan Pram kemarin membuatnya lupa akan hal yang begitu penting itu. Bisa-bisanya kamu Narecha.

Menghembuskan nafas kasar, Echa menutup kembali kulkas setelah mengambil satu botol air mineral.

Melihat ada satu Snack bar yang tersimpan diatas meja makan membuat Echa begitu bersyukur. Setidaknya dia tidak perlu kelaparan sampai menunggu pergi berbelanja.

Niatnya untuk tidak cepat-cepat mandi akhirnya tidak terlaksana.

Ya masa Echa pergi berbelanja dengan penampilan yang masih berantakan seperti itu. Akan jadi tontonan kalau dia tidak berbenah terlebih dahulu. Dan Echa tidak ingin hal itu terjadi.

"Eh kak Echa mau kemana?" Lania yang terlihat sudah rapi menyapa Echa di depan lift yang belum terbuka.

"Biasa belanja, kamu juga mau kemana itu kan hari ini tanggal merah," Echa melihat ransel juga tangan Lania yang terdapat beberapa map kertas.

Lania terlihat menurunkan bahunya, "Yah, kalau aja hari ini aku ngga punya kegiatan kayanya lebih enak belanja sama kakak," gadis itu menggembungkan pipinya dengan kesal.

"Kapan-kapan kan bisa, lagian kalau udah ada janji kaya begitu kamu jangan ingkar." Echa menepuk pelan bahu Lania.

"Iya sih,"

"Nah kan kamu tahu."

Pintu lift terbuka membuat keduanya bergegas masuk.

"Kak Echa jangan lupa ya kita belum main lagi setelah beberapa minggu yang lalu," Lania sedikit mengangkat kepalanya untuk menatap Echa karena perbedaan tinggi keduanya.

Meskipun Echa kecil, tapi Lania yang lebih kecil dari Echa tetap kalah.

"Iya, kan kamu tahu kita sama-sama sibuk," ujar Echa balas menatap Lania yang baru dia sadari jika gadis itu memangkas rambutnya.

"Rambut kamu bagus."

"Wah iya kah?" ekspresi Lania yang terlihat bersemangat membuat Echa tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.

"Padahal nenek malah bilang aku rambut aku kaya kuda masa," mengingat perkataan neneknya kemarin membuat Lania berdecak.

Echa tersenyum geli mendengar gerutuan Lania. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan nenek gadis disampingnya ini. Hanya saja demi menjaga mood Lania agar tetap bagus, Echa memilih untuk tidak mengatakannya.

"Bagus kok rambut kamu," Echa mengelus kepala Lania perlahan membuat senyum gadis itu semakin merekah.

"Kakak juga ngga ada niatan untuk potong rambut kah?" mendengar pertanyaan Lania membuat Echa kepikiran juga.

Setelah kemarin Echa memotong poninya, bukankah lebih baik juga untuk memotong rambutnya sekalian.

Sepertinya Echa harus benar-benar memikirkannya.

"Kalau kak Echa mau potong rambut datang aja ke salon tante aku, selain bisa berkonsultasi dulu kakak juga ngga akan nyesel potong rambut di sana." Lania begitu baik mempromosikan salon tantenya membuat Echa mengangguk.

"Boleh deh kayanya."

"Tuh kan kak Echa pasti langsung setuju setelah lihat rambut baru aku, iya kan?"

"Iya," lebih baik Echa iyakan saja agar cepat meskipun bukan itu alasannya. Tapi ada baiknya dia menyenangkan Lania.

"Nanti aku kirim alamatnya di chat ya kak."

"Iya, kamu kirim aja."

"Kak Echa aku duluan ya, teman aku udah nunggu." Lania melambaikan tangannya sambil berlari kecil ketika melihat temannya yang sudah menunggu diatas motor besar.

Echa balas melambaikan tangan.

Begitu juga dengan Echa yang langsung naik ojek online yang akan membawanya ke supermarket. Karena nanti pulangnya Echa berniat untuk naik taksi atau grab mengingat belanjaannya yang tidak akan sedikit.

Lima belas menit perjalanan, Echa sampai di sebuah supermarket yang begitu terkenal di kotanya.

Echa mengambil troli berukuran cukup besar. Ya karena hari ini Echa berniat belanja besar-besaran agar sekalian. Selain bahan makanan, beberapa perlengkapan yang lainnya pun habis.

Dari lorong satu ke lorong lainnya Echa mendorong troli yang mulai terisi oleh belanjaannya. Echa begitu menikmati waktu belanjanya.

"Jadi kamu benar tinggal disini?" suara seseorang yang begitu dia kenali membuat Echa yang tengah jongkok memilih bumbu menghela nafas kasar.

Dari sekian banyak tempat mengapa keduanya harus bertemu.

Echa berniat untuk tidak menghiraukan Naretha tapi terlebih dahulu wanita itu mencengkram pundaknya membuat Echa berhenti melangkah.

"Apa kamu memerlukan sesuatu?" sebisa mungkin Echa mengontrol dirinya.

Ayolah, Echa sudah muak dengan tingkah kembarannya ini. Oke, Echa akui jika dia masih takut pada orangtuanya tapi untuk Naretha, dia sudah kehilangan respek pada kembarannya itu.

"Kenapa sih sok asing banget lo!" tangan Naretha yang masih berada di pundak Echa segera wanita itu hempaskan.

"Bisa untuk tidak kasar?"

"Cih, bukannya udah biasa ya lo dapatkan hal itu," Naretha melipat tangannya didepan dada dengan tatapan angkuh andalannya membuat Echa menghela nafas kasar.

Menghadapi Naretha yang tidak jelas seperti ini akan begitu menguras emosinya. Jadi lebih baik Echa menyingkir saja untuk menjaga kewarasannya.

"Sialan, gue belum selesai ngomong bego." Sudah biasa Echa mendapatkan kata-kata kasar dari mulut kembarannya itu.

"Iya, mau ngomong apa?" Echa menatap Naretha dengan kesal. Lama-lama Echa juga terpancing emosi kalau sepeti ini.

"Balik ke rumah!" apa katanya? Balik ke rumah? Rumah yang mana, jelas-jelas Echa sudah tidak memilikinya.

"Sungguh lucu sekali perkataanmu Retha," Echa tersenyum miring membuat Naretha geram melihatnya, wanita yang lebih muda beberapa tahun darinya ini berubah menjadi menjengkelkan.

Kemana perginya Narecha yang tidak pernah melawan sedikitpun akan segala sesuatu yang dilakukan padanya. Sosok penakut dan tukang menangis itu hilang.

Naretha seolah melihat sosok lain dari wanita didepannya ini. Bahkan tatapannya pun tidak kalah asingnya.

...••••...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!