Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 30
"Ma, sarapan ku mana? Aku harus berangkat melamar kerjaan ini." Ucap Rangga ketika sampai di dapur dan melihat meja makan yang masih kosong.
Bu Arum yang mendengar teriakan Rangga pun segera berjalan mendekati Rangga di meja makan.
"Kamu kan gak kasih Mama uang, Mama juga gak punya uang buat belanja. Ya jadinya Mama gak masaklah." Jawab Bu Arum santai.
"Mas mu dan Mbak mu sudah pergi ke warung untuk membeli sarapan mereka. Jadi ibu makan nasi goreng yang tinggal sedikit ini saja. Litta juga sudah ibu beri uang saku untuk dia makan di kantin." Lanjut Bu Arum lagi yang membuat Rangga terdiam tak percaya.
Rangga menghela nafasnya kasar. "Mas Rendi lebih memilih membeli makanan di warung tanpa memikirkan kebutuhan kita Ma?" Tanya Rangga yang di angguki oleh Bu Arum.
"Wajar sajalah, kan Mas mu sudah ada tanggung jawab untuk anak istrinya." Jawab Bu Arum santai sembari menyantap nasi goreng buatannya.
Rangga menggelengkan kepalanya lirih semakin tidak percaya atas apa yang terjadi di kehidupannya.
"Oh iya, tangihan listrik sama uang keamanan belum kamu bayar ya, Ga. Ingat, Mama gak mau nanggung kalau sampai menunggak nanti. Mama juga gak mau rumah ini listriknya di putus." Lanjutnya lagi yang masih di diamkan oleh Rangga.
"Ma, bisa gak Mama sesekali minta sama Mas Rendi sementara. Tanggungan ku semakin banyak ini. Sewa pengacara yang bayar aku, belum lagi Manda yang maksa aku untuk segera menikahinya, masa semua kebutuhan keluarga juga aku yang harus menanggungnya. Kan Mama tau sendiri kalau aku belum mendapatkan pekerjaan." Ucap Rangga pada Bu Arum.
Bu Arum yang mendengar Rangga protes pun segera menyelesaikan makannya. Dia meminum air di gelas yang berada di sampingnya.
"Itu salah kamu sendiri, siapa suruh kamu terlalu bodoh. Sudah Mama bilang bagaimana pun caranya pertahankan Jia, biar dia bisa menghidupi keluarga kita lagi. Tapi kamu gak ada tindakan sama sekali, ya rasain saja sendiri." Jawab Bu Arum seenaknya.
"Mama lupa kalau yang menyuruh Rangga untuk menceraikan Jia itu Mama. Sekarang sudah dilakukan oleh Jia, tapi Mama minta aku untuk ngemis-ngemis dan memohon agar Jia tetap bersama ku? Itu sangat sulit, Ma." Ucap Rangga yang mengeluarkan unek-uneknya.
"Rangga!! Kamu itu laki-laki seharusnya lebih tegas dari pada perempuan. Masa iya kamu kalah sama Jia. Malu Ga malu." Bu Arum kini meninggikan suaranya.
"Ma ada apa ini. Kenapa Mama teriak-teriak gitu?" Tanya Rendi yang baru saja sampai dengan Mayang dan Azura.
"Itu adik mu sudah berani kurang ajar sama Mama. Dia menyalahin Mama atas hubungannya dengan Jia." Jawab Bu Arum, wanita itu memberikan jawaban yang sangat melenceng.
Rangga menatap heran pada Bu Arum.
"Aku nggak ngomong kaya gitu, Ma" Sanggah Rangga yang tak di hiraukan oleh Bu Arum.
"Kamu sudah dewasa Ga. Kamu juga pasti tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kalau Jia berbakti sama Mama, Mama tidak akan menyuruh mu untuk menceraikan dia. Tapi nyatanya kamu tahu sendiri bukan bagaimana istri mu itu. Tidak mau masak untuk kita, tidak mau bersih-bersih rumah kita. Tidak berguna sekali dirinya ada di sini. Semoga saja Manda tidak sepertinya nanti." Ucap Rendi yang sedikit menceAlanhi Rangga.
Rangga mengepalkan tangannya karena lagi-lagi dia salahkan. Baik oleh ibunya atau pun kakaknya.
"Mas, aku bisa minta tolong. Beberapa bulan kedepan, untuk sementara Mas yang menanggung biaya listrik dan kebutuhan rumah lainnya sampai aku punya pekerjaan yang layak." Bukannya menjawab ucapan Rendi, dengan menahan emosi Rangga meminta tolong pada Rendi.
Rendi dan Mayang yang mendengar itu pun melototkan matanya tidak percaya akan ucapan Rangga.
"Aku tidak bisa." Tolak Rendi mentah-mentah.
"Aku punya banyak tanggungan Mas. Tolonglah sementara ini saja." Ucap Rangga memelas.
"Sekali aku bilang aku tidak bisa ya tidak bisa. Kebutuhan Zura sebentar lagi akan banyak dia akan sekolah juga jadi aku harus mengumpulkan tabungan yang cukup." Jawaban Rendi membuat Rangga semakin gondok saja.
Tanpa berkata lagi Rangga segera pergi melangkah meninggalkan Bu Arum, Rendi dan Mayang yang menatapnya.
***
Hari ini Jia dan Candra akan pergi ke cabang perusahaan milik Pak Alan.
Candra yang sudah sampai lebih dulu di kantor memilih menunggu Jia di kantin sambil menikmati beberapa camilan yang dia beli.
[Can aku baru sampai. Ini aku sudah ada di parkiran, kamu di mana?] Pesan Jia yang langsung di baca dan di balas oleh Candra.
[Aku di kantin. Tunggu, aku ke sana sekarang.] Balas Candra cepat.
Candra membereskan makanan di atas meja. Dia dengan cepat melangkah menuju ke parkiran.
"Jia!!" Ucap Candra saat sudah sampai di parkiran.
Jia menoleh ke arah Candra dan tersenyum.
"Maaf sudah membuat kamu menunggu terlalu lama. Kita ke ruangan Papa sebentar ya." Ucap Jia.
"Gak papa, tadi aku nunggu sekalian sarapan kok. Ya sudah. Kita temui Pak Alan dulu." Jawab Candra yang di angguki oleh Jia.
Kini Jia dan Candra berjalan bersamaan menuju ruangan Pak Alan.
"Assalamualaikum, Pa." Ucap Jia pada Pak Alan yang kini tengah fokus mengecek berkas-berkas yang baru saja di berikan oleh Pak Heri.
"Waallaikumsalam, sayang. Eh ada Candra. Kalian mau berangkat sekarang?" Tanya Pak Alan menyapa keduanya.
Jia menganggukkan kepala.
"Biar pulangnya gak kesorean Pa. Takutnya nanti Amira ngambek lagi kalau aku pulang telat." Jawab Jia seraya terkekeh, ia teringat Amira yang ngambek karena hendak di tinggal Jia pergi kerja.
"Ya sudah kalian hati-hati ya, Candra saya titip Jia ya. Ini pakai mobil kantor saja." Ucap Pak Alan seraya memberikan kunci mobil.
"Gak usah Pak. Pakai mobil saya saja gak papa." Jawab Candra menolak dengan sopan.
"Ini urusan kantor. Jadi pakai fasilitas kantor saja. Sudah jangan menolak." Ucap Pak Alan sedikit memaksa yang akhirnya di terima oleh Candra.
Jia dan Candra berjalan menuju ke parkiran mobil.
"Jia, ini mobilnya yang mana?" Tanya Candra yang kebingungan mencari Mobil yang akan mereka pakai, Candra sudah menekan tombol yang berada di kunci mobil tapi tidak ada mobil yang menyala.
Jia menoleh ke arah Candra lalu melihat beberapa mobil yang berjejer di depannya.
Jia mengangkat bahunya, karena ia juga tak tau mobil kantornya yang mana.
"Lah terus?" Tanya Candra kebingungan sambil terus memencet tombol di Kunci mobil.
"Tuh tuh." Jia menunjuk sebuah mobil yang berbunyi dan lampunya terlihat menyala saat Candra menekan tombol.
Akhirnya Candra dan Jia pun berjalan mendekati mobil yang akan mereka pakai.
Candra duduk dikursi kemudi dan Jia duduk disampingnya.
"Bismillah." ucap Jia saat Candra sudah mulai melajukan mobil. Baru berangkat saja, Jia sudah merasa gugup.
**********
**********