Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Kita pacaran 'kan?
Sepulang sekolah Raka menunggu Viola didekat pintu gerbang sekolah. Satu persatu para murid keluar dari pintu gerbang sekolah dan menyisakan beberapa yang masih mengikuti ekskul.
Dua puluh menit kemudian Viola keluar bersama dengan Amel dan Dian. Ketiganya berhenti saat melihat Raka sedang duduk manis di atas motor matic-nya. Pemuda itu menoleh dan tersenyum pada Viola.
"Chayo, semangat Vi." Amel mengusap punggung Viola, memberinya semangat untuk memasang muka tembok dihadapan Raka. Kejadian dilapangan sekolah tadi jelas saja membuat nyali Viola ciut untuk berhadapan dengan Raka.
Setelah Amel menarik tangan Dian pergi, Raka datang menghampiri Viola.
"Hai__" sapa Raka. Viola hanya diam, bibirnya seperti terkunci sampai tidak bisa menjawab. Menatap mata Raka saja rasanya tidak sanggup. Jantungnya langsung jedag-jedug didalam sana.
"Kalau kita jalan kaki dari sini ke rumah kamu kira-kira akan memakan waktu satu setengah jam," ucap Raka, kali ini Viola mendongak hingga pandangan mereka bertemu.
"Heh__"
Raka tersenyum, "Jadi mau jalan kaki atau naik motor? Kalau naik motor aku akan tetap membuat perjalanan menuju ke rumah kamu menjadi satu setengah jam."
"Ta-tapi__"
"Aku tidak membuat pilihan lain selain kamu menjawab iya. Anggap saja ini sebagai imbalan karena aku sudah menolong kamu tadi saat dilapangan sekolah," ucap Raka. Ada perasaan kecewa dalam diri Viola saat mendengarnya.
"Jadi tadi__"
Raka menganggukkan kepalanya, "Aku hanya menebak saja apa yang ingin kamu katakan tadi. Jadi, apa tebakanku itu benar?"
Kali ini Viola tidak bisa menutupi lagi kecewaannya, wajahnya berubah menjadi kesal. Padahal dia sudah sangat serius menanggapi ucapan Raka, namun nyatanya semua itu hanyalah akan tetap menjadi mimpi bagi Viola.
"Siapa bilang! Tadi aku bukan mau mengatakan itu. Aku mau mengatakan hal lain," selain malu, tentunya Viola gengsi untuk mengakui jika dia memang ingin bilang i love you pada Raka.
Mata Viola sudah berembun, dia mencoba menahan tangisnya supaya tidak pecah di hadapan Raka, dadanya mulai terasa sesak menahan rasa kesal dan kecewa.
"Aku mau pulang sendiri aja, gak usah diantar!" Viola berjalan melewati Raka. Raka memutar badannya menatap punggung Viola.
"Kita pacaran!" Seru Raka, langkah Viola langsung terhenti.
Raka berjalan mendekat, berdiri tepat di depan Viola.
"Kali ini aku juga tidak akan membuat pilihan selain kamu harus menjawab iya. Viola, mulai hari ini kita pacaran ya?" Raka mengatakannya dengan bersungguh-sungguh. Viola sampai tidak berkedip dibuatnya, Raka emang paling bisa membuat hati Viola meleleh.
"Tapi tadi kamu bilang___"
Raka tersenyum dan mencubit gemas pipi Viola. "Tadi aku cuma becanda cantik. Serius banget nanggepinnya."
Raka meraih tangan Viola dan menggenggamnya erat, "Aku antar kamu pulang ya?"
Tanpa menunggu jawaban, Raka membawa Viola ke arah motornya dan memakaikan helm dikepala Viola. Ditatapnya dalam-dalam wajah gadis yang kini berstatus sebagai kekasihnya itu, ingatan beberapa bulan lalu kembali berputar di kepala Raka. Malam itu untuk pertama kalinya dia melihat Viola yang baru saja membantu menyebrangkan seorang anak kecil. Dan malam itu juga Raka harus mengalami kejadian naas yang membuatnya hampir menghilangkan satu nyawa.
-
-
-
Raka tak benar-benar serius dengan ucapannya, dia langsung mengantarkan Viola pulang kerumah tepat waktu. Dia tidak ingin gadis itu mendapatkan masalah jika sampai terlambat pulang kerumah. Kenakalan yang pernah dia lakukan dulu tak ingin dia tularkan pada Viola.
"Sudah sampai, ayo turun." Raka menoleh sedikit kebelakang, sementara Viola masih enggan untuk turun dari atas motor.
"Kok malah bengong. Kenapa? Sakit? Laper?" tanya Raka beruntun. Viola bergegas turun dari atas motor, dia membuka helmnya dan memberikannya pada Raka.
"Tadi katanya satu setengah jam, kok dua puluh menit udah nyampe sih," protes Viola sambil memanyunkan bibirnya. Dia kan masih pengin berlama-lama bareng sama Raka.
Raka tertawa kecil, "Besok pagi mau aku jemput?"
Sebenarnya Viola mau banget, tapi kalau ingat papa dan kakaknya kayaknya mending enggak usah deh. Bisa-bisa Raka langsung diintrogasi sama dua pria tua itu.
"Jangan jangan, besok ketemu disekolah aja," tolak Viola. Raka mengangguk mengerti.
"Ya udah masuk gih," perintah Raka.
Viola hendak berbalik, tapi dia urungkan saat tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Oya, kemarin mantan pacar kamu datang ke rumahku," ucap Viola. Bukan maksud ngadu, tapi Viola merasa tidak nyaman dengan kehadiran Hilda yang datang hanya untuk mengancamnya.
"Dia ngomong apa?" tanya Raka. Tatapannya berubah menjadi serius.
"Katanya dia masih sayang sama kamu. Dan dia juga bilang___"
"Bilang apa?"
"Dia minta aku buat jauhin kamu,"
"Terus, kamu mau?" tanya Raka. Viola menggeleng cepat.
Raka turun dari atas motornya dan mengusap lembut kepala Viola. Ada perasaan tenang dan nyaman dalam diri Viola saat melihat tatapan teduh Raka seperti sekarang ini. Jantungnya tidak perlu ditanya lagi, sudah pasti sedang jedag-jedug didalam sana.
"Raka, kita pacaran'kan?" Viola hanya ingin memastikan lagi. Semuanya masih terasa seperti mimpi baginya.
"Iya pacaran," jawab Raka singkat, suaranya terdengar begitu lembut dan pelan.
Hati Viola sangat bahagia dan berbunga-bunga. Seandainya saja mereka sedang ada di dalam sebuah drama, ingin sekali Viola memeluk dan mencium Raka seperti dalam drakor dan dracin yang sering dia tonton. Namun pada kenyataannya mereka masih duduk di bangku SMA dan masih dalam pengawasan orang tua. Bisa-bisa Viola langsung kena semprot sama papa, mama dan kakaknya kalau ngikut-ngikut adegan seperti dalam drama.
"Duh__ mimpi apa gue semalam bisa pacaran sama Raka." batin Viola menatap takjub tanpa berkedip wajah tampan sang arjuna yang sudah jadi pemilik hati.
"Sana masuk," perintah Raka lagi. Viola langsung tersadar dari lamunannya. "Besok mau ikut aku main ke rumah gak?"
"Heh__" Viola terkejut mendengarnya. "Barusan gue gak salah denger kan? Nih bocah ngajakin gue ketemu sama camer???"
...❤️❤️❤️...
Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭
aq jarang online di NT 🙏
.
.
babang raka ternyata😅
gak hipotermia kan???
pasti demam nih Vio dari siang nongkrong di pagar rumah Raka,hujan hujanan pula...
kan makin dingin,basah2 kena angin...