Permainan anak kecil yang berujung menjadi malapetaka bagi semua murid kelas 12 Ips 4 SMA Negeri Bhina Bhakti.
Seiring laporan dari beberapa orang tua murid mengenai anaknya yang sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah. Polisi dan tim forensik langsung bergegas untuk mencari tahu, tidak ada jejak sama sekali mengenai menghilangnya para murid kelas 12 yang berjumlah 32 siswa itu.
Hingga dua minggu setelah laporan menghilangnya mereka tersebar, tim investigasi mendapat clue mengenai menghilangnya para siswa itu.
"Sstt... jangan katakan tidak jika kamu ingin hidup, dan ikuti saja perintah Simon."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakefavo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
- Ular Tangga 2
Kening Denzzel mengerut saat melihat papan ular tangga yang begitu besar dan juga luas, setiap kotak ada yang terdapat gambar ular dan ada juga yang terdapat gambar tangga.
"Sialan," umpat Rean.
"Itu gambar ular maksudnya apaan?" tanya Yahezkael yang kebingungan.
Axel memperhatikan papan ular tangga itu dengan begitu fokus, dia bisa merasakan sesuatu yang buruk tentang ini, yang pastinya mereka harus berhati-hati menghadapinya.
"Woy, lu duluan yang main!" seru Rean sambil mendorong Vino.
Laki-laki itu meringis, segera berbalik dan menatap Rean dengan tajam, hal itu membuatnya terkekeh, melihat tatapan Vino yang penuh kebencian terhadap dirinya membuatnya merasa geli.
"Apa? Apa mau lu dasar bajingan?!" geram Vino sambil mendekati Rean dan langsung mencengkram kerah bajunya, begitu pun dengan Rean sendiri.
"Sialan, ini bajingan bener-bener bikin gue kesel, lu beneran mau mati hari ini?"
"Sial, lagi?" gumam Yaksa sambil memijat pangkal hidungnya karena frustasi.
Vino membuang muka, melepaskan cengkeramannya kepada laki-laki itu, tetapi Rean tidak melepaskannya dan malah mengencangkan cengkramannya, dia benar-benar emosi sekarang, bahkan dia mengabaikan panggilan dari Yahezkael dan juga Reygan.
"Lu tau kalau semua orang nganggep lu pecundang?"
"Tidak lebih buruk dari lu, dasar pengganggu, lu bajingan." jawab Vino sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya itu.
"Kalau lu mati karena permainan ini, keluarga lu pasti seneng, karena sampah di rumah berkurang," lanjut Vino.
Rahang Rean mengeras, cengkeramannya di kerah baju Vino semakin kencang dan hampir menyesakan, dia pun langsung meninju wajah Vino dengan cukup keras sehingga membuat laki-laki itu tersungkur ke tanah, teman-temannya yang lain mendesah frustasi.
"Hey, berhentiin mereka!" kata Alin.
"Lu pergi cepetan!" titah Naira sambil mendorong Reygan untuk menghentikan perkelahian tersebut.
"Kenapa mereka berdua suka banget bertengkar?!" umpat Hannah.
Vino saat itu benar-benar meluapkan emosinya, dia membalas pukulan Rean dengan cara memukul tengkuk leher dan juga perutnya, Rean tidak ingin mengalah dan terus memukulnya secara brutal hingga menyebabkan Vino babak belur, Axel dan Denzzel sudah berusaha menghentikan mereka berdua tetapi tidak berhasil sama sekali.
"Lu anak haram, Rean! nyokap lu sering jual diri di bar," ledek Vino yang berhasil menyulut emosi laki-laki itu.
"Anjing, sampah lu!"
"Udah, udah... gue mohon!" teriak Axel.
Para anak laki-laki yang lainnya mulai memisahkan mereka, Vino di tahan oleh Denzzel, Chaiden dan juga Yaksa sedangkan Rean di tahan oleh Reygan, Yahezkael dan juga Axel. Nafas Rean terengah-engah, terlihat sudut bibirnya yang berdarah.
"Maju lu anjing!" teriak Rean.
Vino ingin sekali menghampirinya tetapi tidak bisa karena tubuhnya di kunci oleh ketiga teman sekelasnya, dia pun mengumpat keras. Sumpah, dia ingin sekali memukul bajingan yang selalu membuatnya kesal itu.
"Bajingan!"
"Permainan akan di lakukan sekarang sesuai dengan urutan absensi peserta, jika ada salah satu peserta yang bisa menempati angka ke-100 maka permainan selesai dan semua peserta akan selamat." perkataan perempuan itu seketika membuat mereka terdiam, Axel memejamkan matanya, entah kabar buruk atau baik baginya menjadi peserta pertama untuk memulai permainan itu.
"Gue yakin lu pasti bisa," kata Yaksa sambil menepuk pundaknya dengan lembut.
Axel tersenyum tipis dan mengangguk, dia pun segera berdiri di kotak yang bertuliskan start, begitu dia melemparkan dadu,, nafasnya tertahan saat menunggu angka yang akan keluar, begitu dia mendapati angka satu dia pun menghela nafas lega, dia segera meloncat sekali ke kotak yang bergambar tangga, dia pun langsung menaiki beberapa kotak sehingga dia sekarang berada di kotak yang bertuliskan angka 38. Setelah Axel kini giliran Alin, dengan penuh bersyukur dia mendapatkan angka tujuh, dia pun segera melompati beberapa kotak sehingga dirinya berada di kotak berurutan nomor tujuh, dia pun menaiki gambar tangga sehingga sekarang dia berada di kotak bertuliskan angka 14.
Menit demi menit berlalu, kini hanya tersisa waktu 11 menit lagi. Saat Vino melemparkan dadu, dia mendapati angka dua, dia pun menghitung kotak papan sesuai dengan angka yang dia dapatkan, setelah mendapati dirinya menaiki tangga, dia pun merasa lega, untung saja dia tidak mendapati angka dadu nomor tiga, entah bagaimana nasibnya begitu dia berada di gambar ular itu.
Yahezkael yang berada di belakangnya menyeringai tipis, saat Vino bersiap-siap untuk melompat, Yahezkael mendorongnya dengan cukup kuat sehingga dia jatuh di kotak berurutan nomor 16. Vino melebarkan matanya dan membeku, yang lainnya menatap Vino dengan jantung yang berdegup kencang.
"Sialan!" teriak Vino yang hendak berdiri dan menghampiri Yahezkael, tetapi tiba-tiba saja dia kembali terdiam dengan tatapan yang kosong dan bola mata yang berubah warna menjadi putih.
"Vino akan di eksekusi karena berada di kotak bergambar ular."
Rean tersenyum tipis saat mendengar pemberitahuan dari perempuan itu, tak lama Vino berdiri tegak, tatapannya yang kosong menatap ke bawah, dia pun mengangkat kedua tangannya dan dia letakan di kepalanya sendiri, beberapa detik kemudian dia memutar kepalanya sendiri dengan cukup kuat sehingga tulang lehernya menonjol keluar, Vino pun langsung terbaring tak bernyawa di atas papan ular tangga itu.
Yahezkael buru-buru mengambil dadu dan melemparnya, yang lainnya hanya terdiam sambil memperhatikan tubuh Vino yang tidak bergerak sama sekali, mereka begitu syok dengan apa yang telah terjadi, bahkan saat Vino tidak sengaja berada di kotak bergambar ular itu pun membuatnya kehilangan nyawa.
Saat waktu semakin berjalan, mereka telah melewati ronde ke dua, setelah Kanin selesai melemparkan dadu, kini giliran Michael yang melemparkannya, saat ini dia sedang berdiri di kotak nomor 25, begitu dia mendapati angka tiga di dadu, dia pun langsung menghitung kotak yang akan di loncati olehnya, begitu terkejutnya dia saat mendapati jika ia akan menaiki tangga yang akan membawanya ke kotak berurutan nomor 84, sangat dekat dengan garis finish yang ia tuju sekarang.
"Bagus Michael," sorak Axel.
"Lu harus hati-hati di kotak paling atas, itu paling banyak gambar ular." sahut Kanin yang langsung di angguki olehnya.
Setelah selesai, kini giliran Naira yang melemparkan dadu, harapan mereka ada di Michael, mereka benar-benar berharap jika gadis itu bisa menduduki kotak terakhir yang bertuliskan angka 100.
Begitu mereka saling bergiliran melemparkan dadu, dan beberapa kali Michael mendapati giliran untuk melemparkan dadu, nafas mereka semua tertahan dan saling berharap agar gadis itu tidak mendapati kotak yang bergambar ular, apalagi Denzzel yang begitu mencemaskan sahabatnya itu.
"87... lu naik!" sorak Alin bersemangat yang membuat yang lainnya lega.
Michael pun meloncat dari kotak berurutan nomor 82 ke 83 dan begitu seterusnya sehingga dia berada di kotak nomor 87 sekarang, dia pun menaiki gambar tangga dan sekarang dia berada di kotak nomor 94. Hatinya menjadi gelisah dan juga cemas, ada enam kotak lagi yang harus dia lewati, dan dia berharap dia tidak berakhir buruk seperti Vino.
"Lu cuman harus dapetin dadu angka 6 biar bisa ada di kotak nomor 100 itu," kata Denzzel mencoba memberi semangat kepada sahabatnya, kali ini dia masih berada di bawah, di kotak nomor 65.
Saat mereka melanjutkan kembali, saling bergantian untuk melemparkan dadu sesuai dengan urutan absensi masing-masing, kini kembali ke giliran Michael, gadis itu menarik nafas dalam-dalam lalu melemparkan dadu, yang lain melihatnya dengan dada yang sesak, berharap gadis itu akan mendapati angka nomor 6.
"Sialan 4!" geram Rean.
Denzzel melirik jam di pergelangan tangannya, waktu yang mereka miliki hanya sedikit lagi, sekitar 5 menit, butuh waktu untuk Michael kembali melemparkan dadu, ia harus melewati 12 orang yang melemparkan dadu terlebih dahulu.
Saat waktu mereka tersisa satu menit lagi, mereka memperhatikan Michael yang sedang melemparkan dadu dengan perasaan yang cemas dan gugup, bahkan Michael pun memejamkan matanya sendiri karena tidak berani melihat berapa angka yang akan dia dapatkan.
"DUA!!" teriak Naira sambil melompat kegirangan, Michael pun segera membuka matanya dan langsung menghela nafas lega, matanya berkaca-kaca karena bahagia, karena tidak ingin menyia-nyiakan waktu, dia pun segera melewati satu kotak sehingga akhirnya dia berada di kotak nomor 100 sekarang.
Alin menangis dan langsung terduduk lemas, jantung mereka benar-benar di uji oleh permainan ini, dan akhirnya mereka selamat karena Michael.
"Permainan selesai, dan permainan di menangkan oleh Michael, semua peserta di nyatakan lolos."
Maaf kalau bikin bingung huhu, oh iya ini ilustrasinya