Terlahir kembali di dunia yang dikuasai iblis dan makhluk ketiadaan, Ling Tian mengerahkan seluruh kekuatan dan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya.
Namun takdir sekali lagi menempatkan dirinya dalam posisi sulit. Meskipun akar spiritualnya lemah dan memiliki roh pelindung saling berlawanan yang bisa menghancurkan dirinya kapan saja, tak membuat Ling Tian gentar sedikitpun.
Dengan tekad baja, Ia berjuang melawan nasib buruknya, mengubah setiap kelemahan menjadi kekuatan, dan menantang kekuasaan iblis yang menindas dunia.
Mampukah Ling Tian mengatasi keterbatasannya, menyatukan roh pelindung yang berlawanan, dan mencapai ranah tertinggi? Ataukah dia akan terperangkap dalam lingkaran kehancuran yang menunggu dibalik kekuatan kegelapan?
Penuh ketegangan dan intrik, ikuti petualangan dan pertarungan intens yang ada di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Jast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kontrak Jiwa Perbudakan
“Tua bangka itu… Ahh, maksudku senior Ma, sekarang ada di rumahku. Kalau tuan Ling membebaskanku, aku akan melepaskan senior Ma,” balas Yu Huan dengan suara bergetar, tak berani melihat tatapan menusuk yang tertuju ke arahnya, membuat Yu Huan seketika tertunduk patuh.
Mendengar apa yang dikatakan Yu Huan itu, membuat Ling Tian terdiam sesaat, lantas berkata,
“Untuk apa kamu menyandra senior Ma?”
“Itu karena keberadaanmu tiba-tiba menghilang dari pusat pelatihan barat setelah perburuan di hutan terlarang. Aku pikir kamu pasti sedang melakukan kultivasi tertutup di asrama, jadi aku mencoba memancingmu keluar dengan menggunakan senior Ma,” ungkap Yu Huan membeberkan semua rencananya.
“Kamu bahkan berani memata-mataiku! Memang yang diharapkan dari tuan muda Yu, kamu pasti memiliki banyak pengikut di Pagoda Sembilan Tingkat!” tandas Ling Tian dengan suara berat, sedikit melepaskan niat membunuh miliknya, membuat Yu Huan tak kuasa menahan rasa takut sampai terkencing di celana.
“Ahh… Maafkan aku! Tuan Ling, aku tidak akan melakukannya lagi, tolong ampuni aku,” balas Yu Huan dengan terburu-buru, membenturkan kepala beberapa kali ke lantai sampai berdarah.
Menatap Yu Huan dengan tatapan kesal, Ling Tian kemudian memasukkan pedang putih miliknya ke dalam ruang penyimpanan, lantas berkata,
“Aku bisa saja tidak membunuhmu, tapi dengan satu syarat!”
Mendengar apa yang Ling Tian katakan, membuat Yu Huan seketika bangkit, menatap pemuda itu dengan penuh harap seraya berkata,
“Tidak masalah… Apapun yang tuan butuhkan pasti akan aku berikan. Uang, bahan pemurnian pil, artefak, senjata tingkat tinggi, bahkan wanita sekalipun bisa aku berikan kepada tuan Ling,” papar Yu Huan dengan raut muka semeringah, tersenyum lebar mengira Ia bisa selamat dari musibah yang menimpa dirinya.
“Aku tidak membutuhkan semua itu. Kalau kamu mau hidup, kamu harus menjadi budakku.”
“Men… Menjadi budak? Maksud tuan?” gumam Yu Huan dengan suara terbata-bata. Tak menyangka dirinya yang memiliki garis keturunan bangsawan harus menjadi budak rakyat jelata.
“Apa kamu tidak mengerti dengan kata budak?”
“Ak… Aku…”
“Pilihan ada di tanganmu, mati atau menjadi budak seumur hidupmu?” tegas Ling Tian mendesak Yu Huan, memperlihatkan raut muka begitu menderita dengan kedua mata terbelalak.
Terdiam tanpa bisa berkata-kata, pikiran Yu Huan dipenuhi akan penolakan, membuat tubuh lenguh itu bergetar hebat dengan napas tak beraturan.
“Tidak… Aku tidak mau menjadi budak! Aku Yu Huan terlahir sebagai pemimpin masa depan. Tapi kalau aku menolak maka aku akan mati di tempat ini. Apa yang harus aku lakukan? Benar… Aku hanya perlu berpura-pura menerima syarat darinya. Setelah aku kembali, aku bisa minta ayahku untuk menghabisi bocah tengik ini,” batin Yu Huan di dalam hati, merencanakan pengkhianatan bahkan sebelum dirinya menjadi seorang budak.
“Kenapa kamu diam saja? Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni sampah sepertimu,” timpal Ling Tian memberikan tekanan kepada Yu Huan.
“Aku… Aku bersedia menjadi budakmu,” balas Yu Huan dengan suara pelan, membuat Ling Tian tersenyum tipis.
“Bagus… Kalau begitu bersiaplah! Teknik kontrak jiwa perbudakan mungkin akan sedikit sakit, tapi tidak akan sampai membunuhmu,” ucap Ling Tian ringkas, kemudian dengan tangkas membentuk segel tangan yang memancarkan aura kelam kehitaman.
Mendengar beberapa kata yang terdengar asing itu, membuat Yu Huan sedikit tercengang, dan kemudian,
“Bwashhh!”
“Aaarggg…”
Mengacungkan kedua jari yang dirapatkan ke arah Yu Huan, membuat aura kelam kehitaman itu sontak menyambar tubuh lenguh itu dengan ganas, merambat ke seluruh tubuh dengan rasa sakit yang tak terbayangkan, membuat pemuda itu berteriak kesakitan.
“Brukkk!”
“Huftt… Huftt… Apa, apa yang kamu lakukan kepadaku?” tanya Yu Huan dengan napas terengah-engah.
“Aku sudah menanamkan kontrak jiwa perbudakan di dalam tubuhmu, dengan begitu kamu tidak akan bisa mengkhianatiku. Kalau kamu mencoba bermain trik di belakangku, aku bisa membunuhmu dalam satu kepalan tangan meskipun jarak kita terpaut ribuan mil sekalipun,” ungkap Ling Tian menggunakan teknik yang begitu keji kepada Yu Huan, membuat pemuda itu seketika kehilangan tenaga tak menyangka dirinya tidak akan bisa lepas dari genggaman Ling Tian.
“Sekarang, bawa kembali senior Ma ke sini," timpal Ling Tian memberikan perintah kepada Yu Huan, membuat pemuda itu bangkit dari tempatnya berada dengan tatapan kosong.
Meninggalkan toko kecil yang sudah hancur porak-poranda itu, Yu Huan kembali ke kediaman penguasa kota, tak kuasa menahan air mata atas penghinaan yang Ia terima.
“Tidak ku sangka teknik perbudakan yang aku dapatkan dari ras iblis benar-benar aku gunakan di tempat ini. Tapi teknik perbudakan ini benar-benar kejam, bahkan bisa membuat musuh bertekuk lutut dan menghancurkan mental seseorang,” batin Ling Tian di dalam hati, termenung beberapa saat teringat seseorang yang dulu pernah membantunya.
“Tuan Ling… Terima kasih karena sudah menolong kakekku. Aku tidak tau harus berkata apa, bahkan sampai melibatkan tuan Ling untuk mengatasi masalah keluarga. Hutang nyawa ini, akan aku ingat sampai kapanpun,” ucap Ma Aru dengan cepat bersujud di hadapan Ling Tian, membuat Ia turun ke lantai 1 tempat Ma Aru berada.
“Bangunlah, semua ini terjadi karena aku. Seharusnya aku meminta maaf kepadamu, bahkan sampai merusak toko ini,” balas Ling Tian menghampiri Ma Aru, kemudian mengalihkan pandangan ke segala arah.
“Tidak, tuan Ling tidak salah, para bedebah itu memang suka bertindak semena-mena, apalagi tuan muda Yu, dia suka sekali menindas kami para pedagang kecil.”
Mendengar hal itu, Ling Tian tersenyum simpul, menepuk pundak Ma Aru pelan seraya berkata,
“Kedepannya kamu tidak perlu khawatir, dia tidak akan berani mengganggu kalian lagi."
“Emp… Terima kasih tuan Ling,” angguk Ma Aru merasa tenang.
Setelah melakukan pembicaraan panjang, tampak Yu Huan kembali bersama dengan Ma Ron dengan luka memar di sekujur tubuhnya, membuat Ma Aru dengan cepat menghampiri pria tua renta itu, kemudian memeluk sang kakek dengan begitu erat.
“Kakek… Apa kamu baik-baik saja?”
“Aku tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir,” balas Ma Ron dengan suara lembut, mencoba menenangkan Ma Aru dari kegelisahan.
“Emp… Kek, tuan Ling datang membantu kita, kalau tidak ada dia, aku tidak tau lagi harus bagaimana,” timpal Ma Aru kepada sang kakek, membuat Ma Ron sedikit terkejut karenanya.
“Tuan Ling, aku benar-benar berterima kasih kepadamu. Kamu benar-benar penyelamat hidupku. Kalau tuan mau, menjadi pelayan tuan pun aku dengan senang hati menerimanya,” pungkas Ma Ron sembari membungkukkan tubuh, begitu pula dengan Ma Aru yang mengikuti tepat di sampingnya.
“Senior, berdirilah, tidak perlu sampai seperti itu, lagi pula ini semua karena kesalahanku. Jadi aku harus bertanggung jawab,” kata Ling Tian sembari memapah tubuh Ma Ron.
“Tuan sangat rendah hati, pasti bisa mencapai puncak bela diri di masa depan. Tapi, untuk bahan pemurnian pil yang tuan pesan bulan lalu, semuanya sudah di rampas oleh orang lain, maafkan akun tuan,” ujar Ma Ron dengan suara lemah, merasa bersalah karena kehilangan bahan pemurnian pil pesanan Ling Tian.
Mendengar apa yang dikatakan Ma Ron itu, membuat Ling Tian seketika mengerutkan kening, lantas berkata,
“Siapa orang yang berani merampas bahan pemurnian pil dari senior? Mungkinkah kamu yang melakukannya?” ucap Ling Tian dengan suara berat, mengalihkan pandangan ke arah Yu Huan berada.
***