Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.
Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.
Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.
Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.
Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?
Simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat Kerja Baru
Tempat kerja baru
" Ayo, Kamila. Pulanglah.! ".
" Lepaskan aku, Jack. Ini semua salahmu! ". bentak ia marah. Iya, semenjak kejadian kemarin, hubunganku dan Abi renggang. Aku mengambil cuti untuk beberapa saat, tapi untuk mengejar tambahan aku harus bekerja disini, di Rumah Pak Subroto Abraham. Aku hanya menunggu semua kembali baik-baik saja dan menunggu Abi kembali memanggilku, tapi sepertinya belum kunjung datang.
Aku bukan orang kaya. Aku memilki Ibu dan seorang adik perempuan yang harus aku urus. Demi mereka, aku harus melakukan apapun, sebagai seorang Ibu yang di tinggal menikah oleh Ayah, dan pergi memilih keluarga barunya.
Mencari nafkah seorang diri bukanlah hal yang mudah bagi Ibu. Jadi sebagai anak lelaki nya, aku yang harus bertanggung jawab atas mereka di masa tua Ibu, dan demi hidup adikku.
Ibu tidak tahu aku mengambil cuti. Aku pun sudah tidak pernah pulang lagi semenjak kemarin. Aku tidak ingin Ibu khawatir. Bagaimana pun masalahku, harus aku selesaikan sendiri.
Banyak yang bertanya, mengapa kau harus kesusahan jika kau bekerja di tempat orang kaya? Apakah uang yang mereka berikan tidak cukup?
Tidak, mereka tidak pelit. Aku pun sering di berikan bonus. Gaji pun cukup. Tapi kebutuhan kami tidak terhenti disana, terlebih setelah aku dan Ibu memutuskan untuk memasukkan Adikku di Sekolah ternama di Kota ini. Jadi pengeluaran kami cukup sangat banyak.
Aku pun tidak ingin begitu merepotkan Abi. Karena aku tahu hubungannya dengan Ayah tirinya. Bukan mereka tidak dekat, tapi ada ke-engganan di tengah-tengah keduanya.
" Apa yang kau lakukan!? Aku tidak mengerti, mengapa Ayah mempekerjakan orang sepertimu ". lanjutnya mengejutkanku.
" Maaf, Kamila. Aku tertegun ". ungkapku bersalah.
" Jika kau tidak siap bekerja. Maka jangan bekerja! ". tungkasnya.
" Maaf, Kamila ".
" Kenapa kau suka sekali menyebabkan masalah, kau tahu ini karena kau, kekasihku telah menikahi orang lain ". jelasnya sambil terisak.
Ya, aku tahu, mungkin kali ini aku pun bersalah. Tapi andai mereka tahu, aku hanya melakukan apa yang di perintahkan untukku. Seperti kemarin Tuan Subroto Abraham memerintahku untuk mengurung Kamila agar tidak menemui lelaki itu.
Sungguh, aku tidak tahu bagaimana hubungan Kamila dengan Kekasihnya. Aku hanya tahu, jika Ayahnya tidak menyetujui hubungannya karena lelaki itu tidak menunjukkan effort baik dalam mendapatkan Kamila.
Ia malah menantang balik, jika ia tetap tidak menyetujuinya, ia akan membawa lari Kamila dan menikahinya.
Mungkin sebagian orang beranggapan jika aku berhati dingin dan tidak berperasaan.
Tapi kau tahu, sejak puluhan Tahun lalu, aku bertekad untuk membuang perasaanku agar bisa bekerja dengan baik. Aku melakukannya sampai hari ini dan aku mampu bertahan melewati kerasnya hidup pekerjaan ini.
" Maaf, Kamila, tapi pulanglah! ". ujarku, tanpa disangka Kamila langsung menamparku.
Tidak apa-apa jika aku sendirian, ini sudah terjadi berkali-kali. Aku sudah terbiasa. Tapi orang-orang memperhatikan kami dan itu membuatku sedikit tidak suka. Karena aku tahu tatapan mata itu sedang mengasihaniku.
" Jadi kau masih berani menyebut namaku, tidak tahu malu sekali, setelah kau menghancurkan hidupku, kau masih saja berani ". ucapnya masih terisak.
" Dengar, Kamila. Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu dan aku tidak ingin tahu. Aku bekerja disini, dan aku di bayar untuk itu. Aku hanya melakukan tugasku dengan baik ". kataku dengan nada tak kalah sangarnya.
" Dengan baik katamu? Baiklah, iniiiiii! ". ungkap Kamila dengan nada meremehkan. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya yang ternyata berisi uang dan kemudian meleparkannya ke arahku.
Ia kemudian berlalu tidak peduli dengan orang-orang yang sedang memperhatikan kami.
Entahlah perasaanku tertampar atau tidak. Aku sedang bekerja disini. Aku memungut kembali uang Kamila dan segera menyusul nya.
" Dengar Kamila, aku tidak akan segan untuk melukaimu, jadi tolong jaga sikapmu.
Bukankah sudah ku katakan bahwa aku tidak mau ikut campur tentang soal perasaan anehmu, aku sedang bekerja disini! ". bentakku, ia kembali menatapku kesal. Tapi lagi, aku tidak peduli. Aku meraih tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam Mobil.
" Aku akan melaporkanmu ke Ayah, dan ia akan memecatmu! ". sahut nya setelah di dalam Mobil.
" Kau tahu, Kamila. Ia tidak akan memecatku, aku sudah di beri ijin untuk tegas kepadamu dan tidak masalah menyentuhmu jika kau melakukan hal yang mencurigakan ". kataku menatap ke arahnya dan tersenyum menang.
" Mencurigakan? Kau pikir aku akan bunuh diri ". sahutnya kesal.
" Tidak-tidak, kau salah. Aku malah berpikir jika kau sudah bunuh diri sekarang, kau tampak seperti itu ". balasku tak mau kalah.
Ia berdecak kesal. Aku bukan tidak takut akan di pecat, tapi lebih tepatnya, sebelum bekerja disini, ayahnya, Tuan Subroto Abraham sudah menjelaskan. Jika ini bukanlah kali pertama ia merekrut pengawal untuk putrinya, ia sudah melakukan itu puluhan kali.
Ia menjelaskan, bahwa pengawal putrinya banyak yang mengundurkan diri. Karena sikap kekanak-kanakkan yang di buat putrinya untuk membuat para pengawalnya kewalahan.
Mereka bilang, ini kali terakhir nya mereka merekrut pegawai, jika kali ini gagal, ia akan mengirimkan putrinya itu ke luar negeri dan tinggal disana.
Semua itu ia lakukan untuk menjauhkan putrinya dari lelaki yang tidak memiliki keseriusan untuk hidupnya sendiri.
Kali ini aku bertekad, demi Ibuku dan Adikku aku tidak akan menyerah.
Aku tahu Kamila mungkin sangat sedih, tapi ini semua ayahnya lakukan untuk hidupnya yang baik, terlebih ia adalah anak satu-satunya.
Jadi tumpuan harapan kedua orang tuanya ada pada dirinya.
Suasana kembali sunyi, aku pikir Kamila marah dan memutuskan untuk tidak berbicara sama sekali padaku. Aku melirik ke arahnya dan sepertinya ia telah tertidur, aku memperhatikan wajahnya sekilas dan fokusku teralihkan saat melihatnya, ia seperti menangis.
" Maaf Kamila ". lirihku pelan.
Aku tidak tahu apa yang Kamila rasakan sekarang. Satu bulan bekerja disini aku tidak pernah melihatnya menemui sahabatnya. Atau mendengarnya berbicara dengan sahabatnya. Aku pikir ia cukup pendiam selama ini, meski hari-hari ini, ia tampak tidak baik, mungkin karena masalah yang sedang ia perhatikan.
" Kau tahu, Jack. Aku hanya ingin menikah dengan Flo. Tapi semuanya sudah usai, hidupku selesai disini. Mungkin aku harus pergi ke Luar negeri ". ucapnya tiba-tiba.
" Pikirkanlah saat suasana hatimu baik-baik saja ". ungkapku.
" Hatiku tidak akan pernah baik-baik saja, Jack. Ia sudah hancur ". mendengar itu membuatku reflek menarik gas tiba-tiba, dan itu cukup membuat Kamila terkejut.
" Apa yang kau lakukan! Kau ingin membunuhku ". bentaknya.
" Maaf, aku hanya terkejut! ".
" Terkejut, justru akulah yang terkejut, Jack! ". omelnya dan aku kembali terdiam.
" Kapan kau selesai cuti? ". ia menanyakan itu tiba-tiba. Benar-benar suasana hati yang berubah-ubah.
" Aku belum tahu ". sahutku singkat.
" Mungkin ia akan memecatmu! ". katanya
sambil melihat ke arahku dan tersenyum menang. Sepertinya ia tidak suka melihatku senang.
" Mungkin saja. Maka aku harus bekerja disini selama nya! ". kataku tak mau kalah.
" Apa yang kau katakan. Memangnya apa yang akan kau lakukan selama itu disini, aku tidak membutuhkanmu ". terangnya.
" Baiklah, Nona. Bisakah kau diam ". lanjutku tegas.
" Nona, sejak kapan kau memanggilku, Nona? Kau mau menarik perhatianku, Jack. Sudahlah hentikan, aku tidak tertarik padamu dan kau bukan tipeku sama sekali! ". ujarnya remeh menatapku dari atas ke bawah.
" Apa yang kau lihat, kau mau melihatnya! ". ujarku bercanda tapi tetap dengan nada yang serius.
" Apa yang kau lakukan, dasar mesum ". kata Kamila sambil memukul bahuku pelan.
" Hentikan, Kamila. Aku sedang menyetir ". pintaku pelan, tapi ia tak peduli, aku menariknya sehingga tak sengaja miliknya bersentuhan dengan badanku. Dan itu membuat ku dan juga Kamila terdiam.
°°°
Satu bulan sudah berlalu dari kejadian terakhir saat Abi melihatku dan Jack. Nampaknya tak ada tanda-tanda bahwa hubungan kami akan membaik.
Pernikahan yang semula nya akan di laksanakan sebentar lagi jadi tertunda atas permintaan Abimana. Awalnya aku khawatir akan reaksi orang tuaku, tapi akhirnya kami bisa mengatasinya.
Aku sudah lama tidak melihat Abimana. Pun Jack ia tidak pernah mengirimiku pesan apa-apa lagi. Aku merasa bersalah sekali.
Hari itu, jika aku menjelaskannya pada Abimana dengan sungguh, mungkin sekarang kami sudah menikah. Seandainya aku melakukan itu hari itu, mungkin sekarang Jack dan Abimana akan baik-baik saja.
Terakhir hari ini, aku dengar kabar dari seorang rekan kerja Abimana, jika Jack sudah mengambil cuti sebulan yang lalu. Rupanya hal itu memiliki pengaruh yang cukup besar akan hubungan mereka. Aku berencana menemui Abimana, dan akan menjelaskan semuanya dengan jujur.
Aku membuat janji temu di Taman dengannya, entah dia akan datang atau tidak, yang jelas, aku akan mengatakannya. Tidak hanya untuk kami, tapi juga hubungan mereka yang telah terjalin sejak lama.
Tidak masalah sekarang, jika kami batal menikah, setidaknya aku bisa mengatasi rasa bersalahku pada J.
***
" Ada apa? Aku tidak bisa berlama-lama ". ucap Abimana sesaat kami sudah berada di Taman.
" Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi. Hari itu, saat kau melihat aku dan J, aku pikir ada kesalahpahaman disana ". ungkapku hati-hati.
" Kesalahpahaman apa, apa maksudmu? ". ucap ia melihat ke arahku yang semula ia membuang pandangannya dariku. Aku tersenyum kecut menyadari itu.
" Bahwa aku dan J tidak ada hubungan apa-apa. J kebetulan mengetahui rahasiaku dan dia mengancamku untuk memberitahukannya padamu, karena dia tidak ingin kau mengetahuinya dari orang lain ". kali ini aku yang bergantian menatapnya, tampak ada raut kegelisahan disana.
" Mantan kekasihku muncul lagi di kehidupanku, kami bertemu dan J melihatnya saat aku melakukan itu dengannya!" tambahku.
"Apa rahasiamu?" tanya Abimana, kali ini ada penekanan di kalimatnya dan suara itu terdengar bergetar. Aku tahu ia sedang menahan amarah, tapi berusaha untuk tenang.
"Aku pernah h*mil dan meng*gurkan kandunganku, lelaki itu mengancamku akan memberitahukannya padamu, aku memohon padanya untuk tidak, jadi ia memintaku melakukannya." ungkapku dengan rasa bersalah yang sudah tidak bisa aku bendung lagi.
Air mataku tumpah dengan sendirinya. Abimana tersenyum mendengar itu, aku tahu, ia tak kalah kecewa nya denganku.
"Jadi kau melakukannya saat sudah bersamaku?" ia kembali bertanya sekali lagi.
"Ya, aku takut dia akan memberitahukannya!" ungkapku terisak.
"Baiklah, Sarah. Aku akan pergi sekarang!" sahut Abimana melangkah pergi. Aku tahu, ia sangat marah tapi menahan dirinya sendiri. Ia pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Begitulah, aku menghancurkan hidup kami begitu saja. Tapi aku merasa sedikit lega sudah mengatakannya. Karena aku merasa menjadi gadis yang jahat jika terus merahasiakannya.
Aku ingin sekali jika Abimana tahu, jika aku merasa menyesal dan bersedih sekali untuk ini.
"Ohh, Sarah. Aku terlambat datang, kau bertemu siapa baru saja." Aku melihat ke arah sumber suara, lelaki yang sedang ada di hadapanku sekarang adalah lelaki yang sangat ingin sekali aku bunuh.
"Ada apa kau kesini? Kau mengikutiku?" tanyaku dengan kasar. Aku tidak peduli jika ia akan memukulku.
"Tentu saja, kau tahu cantik rupanya," lanjutnya dengan suara dan tingkah menjijikkan.
"Aku merindukan kau saat di Kam*r, wangi tub*hmu, aku menyukai itu." lanjutnya menyentuh wajahku.
"Cukup, jangan menyentuhku!" kataku mendorong tubuhnya.
"Kenapa, kau tidak mau? Atau sekarang kau akan membunuhku!" ungkap ia semakin menjadi.
"Kau jangan lupa, aku memegang rahasiamu." lanjutnya dan tertawa terbahak-bahak.
"Kau gila sepertinya." sahutku menjauh dan berlari menghindarinya.
"Ya, tentu saja aku gila, aku bahkan bisa m*mperk*samu sekarang!" ia menyeretku ke tempat yang lebih sepi dengan sangat kasar dan menarik rambutku, tapi aku berontak.
Tapi syukur saja, seseorang datang dan langsung menghujamkan pukulan ke wajahnya dengan sangat keras dan pukulan yang bertubi-tubi.
"Abiiiiii," lirihku terkejut sekaligus bersyukur.
"Jangan menyentuhnya, jika tidak,"
"Apa?, kau akan melaporkanku ke Polisi, aku tidak takut, ayahku bisa menyelamatkanku, kau tidak tahu siapa Ayahku!" teriaknya kesakitan.
"Sepertinya kau sudah gila. Tidak, kau salah, aku tidak akan melaporkanmu, tapi aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri." Sahut Abi lantang dan langsung memberinya pukulan tanpa ampun.
Aku sangat ketakutan, aku takut Abi dalam bahaya karena tindakkanku. Sebelum wajahnya habis karena Abi, lelaki itu lari terbirit-birit menahan ketakutan. Abi terdiam beberapa saat, matanya merah menahan kemarahan selama ini.
"Abii, aku,,,."
"Diaaaaam, Sarah. Diam, aku mohon! Aku akan mengantarmu pulang!" ucapnya setengah membentak. Aku diam dan menuruti perkataan Abi.
Sesampainya di Rumah, aku pikir Abi akan mengatakannya dengan marah-marah pada orangtua-ku dan melupakan sopan santun.
Tapi tidak, ia tetap menghampiri orangtuaku dan mengajaknya berbicara.
"Maaf, Tante. Aku mungkin lancang, tapi tolong jaga Sarah. Tidak baik untuknya keluar Rumah saat sekarang." Ia lalu pamit setelah mengatakan itu.