Kisah satu keluarga yang memiliki ilmu spiritual dan memiliki khodam pendamping dari bangsa Jin. Namun tanpa diduga itu juga terus berlanjut hingga ke anak cucu mereka.
Lalu apakah yang terjadi pada anak cucu mereka? Apakah bisa terlepas dari perjanjian dengan bangsa Jin?
Simak terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. M yanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALINYA AJI
Setelah mereka terbebas dari kejaran para Jin, mereka menyelam ke sungai yang berair kotor dan bau busuk.
"Arrggghhhhhhhh.. " Suara teriakan Ustadz Rizal, membuat semuanya melihat ke arahnya, terlihat kakinya di gigit oleh seekor buaya putih.
Ustadz Rizal ditarik kembali ke dasar air oleh seekor buaya, membuatnya kakinya terluka dan berdarah, sehingga membuat aliran sungai berwarna merah, Aji langsung di letakkan ke daratan oleh sang kakek.
Sang kakek menyelam kembali, dan bertarung dengan siluman buaya putih, dan langsung menebas buaya putih itu agar Ustadz Rizal bisa terlepas dari cengkramannya, mereka akhirnya bisa terbebas dari siluman buaya, sang kakek langsung menarik Ustadz Rizal agar bisa naik ke permukaan.
"Arrgg.. Argggghh." Suara kesakitan Ustadz Rizal yang kakinya mengeluarkan banyak darah, ia memegangi kakinya, terlihat jelas ia menahan rasa sakit yang teramat dalam, tapi dilihatnya matahari sudah akan terbenam sepenuhnya, sehingga tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi.
"BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM..."
Sang kakek mencoba menyembuhkan luka Ustad Rizal, meskipun gigitannya membuat luka yang parah, paling tidak bisa mengurangi rasa sakitnya.
"Sebaiknya, kita harus cepat keluar dari sini, sudah tidak ada banyak waktu lagi, matahari akan segera terbenam ya Ustadz." Sang kakek langsung menggendong Aji, sambil tangan satunya menuntun Ustadz Rizal.
Mereka berlari menuju pintu keluar, dilihatnya para Jin yang tadi terlihat seperti manusia normal pada umumnya, kini berubah menjadi sesosok yang sangat menyeramkan, dengan wajah yang hancur serta mengeluarkan bau amis yang menyengat sampai menusuk hidung.
Sang kakek meletakkan Aji, dipikirnya tidak ada pilihan lain, akhirnya Sang kakek masuk kembali ke tubuh Ustadz Rizal.
Seketika yang tadinya Ustadz Rizal merasakan kesakitan, kini seakan dia tidak terluka oleh apapun, dan langsung menggendong Aji di pundaknya.
Mereka berlari sekuat tenaga, "Jangan menengok kebelakang Ustadz," Terdengar suara bisikan dari sang kakek.
Mereka berlari dan terus berlari tanpa melihat ke arah manapun kecuali ke depan, padahal di belakang mereka banyak setan yang mengejarnya.
"Hampir sampai, Hampir sampai, pasti bisa, ALLAHHU AKBAR." Suara takbir yang begitu keras, membuat para setan berhenti mengejarnya, dan pintu portal yang menghubungkan mereka ke dunia manusia hampir tertutup sepenuhnya.
Ustadz Rizal terus bertakbir, sambil berlari tanpa henti dan ketika pintu itu sudah akan tertutup, Ustadz Rizal langsung melompat kearah pintu portal itu.
HOSH.. HOSH.. HOSH
Terdengar suara nafas yang begitu memburu, menandakan bahwa fisiknya begitu kelelahan, Ustadz Rizal langsung merebahkan tubuhnya ke tanah, karena begitu kelelahan, Matahari sudah mulai terbit, perbedaan waktu yang terbalik di alam gaib.
"Ajiiii.. kemana Aji?"
"Aji berada di sampingmu, kamu tidak akan bisa melihatnya seperti di alam gaib, karena kita sudah berada di dunia manusia, sedangkan yang berada di sini adalah sukmanya Aji."
Ustadz Rizal merasa lega, mendengar penuturan Sang kakek yang sudah berubah wujud menjadi cahaya kembali,
"Sekarang lebih baik kita bergegas untuk segera kembalikan sukmanya Aji ke tubuhnya."
Ustadz Rizal langsung bangkit dari tidurnya, "Iyah, lebih baik kita segera kembali."
Sang kakek membawa Ustadz Rizal dan Aji untuk segera pulang kerumah Subroto.
Mereka sudah sampai di depan rumah Aji, dan terdengar suara sayu orang-orang yang berdzikir, ternyata anak-anak masih setia menunggu sesuai arahan Ustadz Rizal.
FLASHBACK ON
Ustadz Rizal membisikan sesuatu ke anak yang lebih dewasa dari anak-anak yang lain, "Nanti kamu jangan sampai lepas berdzikir, jika kamu lelah maka mintalah temanmu untuk bergantian, mengerti?"
"Ya Ustadz, aku mengerti." Ustadz Rizal tersenyum dan mengelus pucuk rambut anak yatim tersebut.
FLASHBACK OFF
"Ustadz dimana Aji?"
Ayah yang melihat Ustadz Rizal kembali, langsung menanyakan ke adaan anaknya, Ayah melihat kaki Ustadz Rizal yang terluka parah, wajah yang pucat dan peluh yang membasahi tubuhnya.
Ustadz Rizal berjalan ke arah tubuh Aji sambil tertatih-tatih menahan rasa sakit akibat gigitan dari siluman buaya.
"Ustadz, ada apa dengan kaki anda?" Mendengar pertanyaan dari Ibu, Ustadz Rizal hanya tersenyum, menandakan bahwa dia baik-baik saja.
Ustadz langsung duduk di dekat Aji, dan menadahkan tanganya untuk berdoa kepada Allah yang Maha Perkasa.
"Wa ayyuba iz nada rabbahu anni massaniyad-durru wa anta arhamur-rahimin(a)."
Artinya adalah, "(Ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang." ( Al-Anbiya ayat 83 )
Aji di perintahkan oleh sang kakek untuk masuk ke dalam tubuhnya sendiri, Aji pun kini membaringkan dirinya dan masuk kedalam tubuhnya sendiri.
Semua orang menanti Aji, terbangun dari tidur panjangnya dengan harap-harap cemas, termasuk Ibu yang sedari tadi merasakan kegelisahan menunggu anak sulungnya untuk segera sadar.
Aji perlahan-lahan membuka matanya, "IBUUUUUUUU..." dan Ibu adalah kata pertama yang di ucapkan Aji setelah sekian lama.
Ibu langsung memeluk Aji dan mengecup kening serta seluruh wajahnya, begitu bahagia hati seorang Ibu yang melihat anaknya kembali lagi,
"Argghh.. hikss.. hikss. Ayah lihat Ayah, anak kita kembali Yah, hikss.. hikss, maafin Ibu Nak, yang menyuruh Aji mencari Ayah waktu itu."
Ibu tidak henti-hentinya menciumi Aji, karena kerinduan seorang Ibu terhadap anaknya begitu besar, Ayah pun menangis melihat Aji yang sudah kembali lagi, semua orang yang berada disana ikut menangis terharu karena berhasil membawa Aji kembali.
"ALHAMDULILLAH.. " Serentak semua mengucap rasa syukur, karena kini Aji sudah bisa berkumpul dengan keluarganya lagi.
"Pak Broto, tugasku sudah selesai dalam membawa Aji kembali."
Ayah langsung tertunduk lemas di hadapan Ustadz Rizal, sambil menangis tersedu-sedu, "Sungguh, ucapan terimakasih saja tidak cukup Ustadz, terimakasih sudah membawa Aji kepada kami."
"Berterimakasihlah kepada Allah, Karena Allah lah sejatinya yang membantu kami."
"Hikss... Hikss.. iya Ustadz, sekali lagi terimakasih." Ayah menangis bahagia, karena kini anaknya sudah sadar kembali.
Ibu masih dengan setia memeluk Aji, rasanya hanya memeluk saja belum cukup untuk mengobati rasa rindunya.
"Ibu, apa adik sudah lahir?" Aji menanyakan keberadaan adiknya.
"Emmm sudah sayang, namanya Maharani." Ibu dengan mata yang masih berlinang air mata, dan bibir yang tersenyum bahagia, menjawab pertanyaan anaknya.
"Di mana Maharani Ibu? apa dia sudah besar?"
Mendengar ucapan Sang anak Ibu tertawa, karena begitu polosnya Aji menanyakan adiknya yang baru berumur 1 bulan.
"Jagalah kedua anak kalian baik-baik, ajarkan agama yang baik untuknya, karena itulah bekal sesungguhnya anak kalian."
Mendengar suara yang berasal dari cahaya, membuat mereka terdiam atas apa yang di ucapkannya.
"Anak kalian kedepanya akan melihat sesuatu yang mungkin di luar nalar manusia."
"Apa maksudmu?" Ayah yang tidak mengerti pun, langsung menanyakan perihal ucapan Sang kakek.
Namun belum menjawab Sang kakek sudah menghilang.
"Ibu.. Apa itu ibu, kenapa wajahnya begitu menyeramkan?" Aji menunjukan tangannya ke arah jendela...
Kira-kira apa yang di lihat Aji???
***
Note
Dari Abu Ad-Darda , bahwa Nabi SAW bersabda, "Tiadakah kalian aku beritahu tentang amal terbaikmu, yang paling diridhai oleh Allah, dan paling tinggi derajatmu kerenanya, juga lebih baik dari pemberian emas dan perak, serta lebih baik dari kalian membunuh musuh atau dibunuh musuh dalam peperangan?".
Mereka bertanya, "Amal apakah itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "(mengingat Allah) (Dzikrullah Taala)".
Kemudian dalam hadits senada, dari Muadz bin Jabal berkata, "Tidak ada seseorang mengamalkan suatu amal yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah selain mengingat Allah (dzikrullah).
"Ala bidzikrillahi tathmainnul-qulub"
Yang artinya, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (berdzikir), hati menjadi tenteram."
(Surah Ar-Ra'd ayat 28)
Selain itu, kita juga bisa mengingat Allah dengan cara membaca lafaz zikir, seperti subhanallah, alhamdulillah, laa ilaha illallah, allahuakbar.
semangat
Subroto nampak dilema, entah harus membuang benda itu atau tidak. Tapi, jika di buang, dia sedikit tidak rela.
Kalau seperti kata-kata di atas, mungkin bisa sedikit baik
Itu mungkin sedikit lebih bagus
Setelah tanda titik, awali dengan huruf besar
Spasi
Mungkin ga perlu ada tanda , di kalimat (Ketika Subroto)
Itu bisa di gabung aja (Ketika Subroto mencari kunci lemari itu)
/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/......