Davina Himawan tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jodie kandas di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya begitu bahagia, dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah Vina mengetahui suaminya berkhianat dengan wanita lain. Wanita itu tak lain sekertaris suaminya sendiri. Lolita.
Davina memilih pergi meninggalkan istana yang telah ia bangun bersama Jodie, laki-laki yang amat di cintainya. Bagi Vina yang menjunjung tinggi kesetiaan, pengkhianatan Jodie tak termaafkan dan meninggalkan luka teramat dalam baginya.
Bagaimana kisah ini?
Apakah Davina mampu bangkit dari keterpurukan atau kah ia akan merasakan sakit selamanya? Ikuti kelanjutannya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VINA HILANG
Daniel keluar dari lift khusus. Laki-laki itu baru saja selesai meeting. Wajah laki-laki tampan itu nampak kesal karena Jodie sebagai manajer marketing tidak hadir dalam meeting penting tersebut.
Diluar sinar matahari sudah mulai meredup.
"Apalagi jadwal ku Nathan?"
"Tidak ada lagi tuan", jawab Nathan.
"Di dalam, ada pak Hendro menunggu anda", ujar Nathan memberi tahu Daniel.
"Iya. Bagaimana dengan orang kita yang mengikuti Jodie. Apa sudah memberi mu kabar tentang laki-laki tidak bertanggung jawab itu?".
"Untuk sore ini belum ada kabar terbaru tuan, namun pagi tadi pak Jodie terpantau di sekitar kediaman nona Davina istri nya".
Daniel menyipitkan matanya. "Dia di sana? Apa mereka tinggal bersama?"
"Sepertinya tidak. Karena menurut Komeng, pak Jodie tidak keluar dari rumah nona Davina tapi terlihat ia menghentikan mobil nona Davina. Komeng mengirim video itu dan saya sudah mengirim ke email anda, tuan", ujar Nathan menjelaskan.
"Ikuti terus laki-laki itu, jangan sampai kehilangan jejak. Perintah kan pula orang kita mengawasi Davina aku tidak mau terjadi apapun padanya", tegas Daniel pada asistennya itu bukan tanpa alasan malam itu ia menyaksikan sendiri Jodie memperlakukan Davina sangat kasar.
Nathan menganggukkan kepalanya. Meskipun sebenarnya ia merasa aneh. Kenapa bos-nya itu sampai turun tangan begitu untuk Davina juga. Namun, tentu saja ia tidak berani untuk bertanya lebih lanjut. Ia masih menyayangi pekerjaan.
"Baik tuan", jawab Nathan segera menghubungi Komeng yang ia perintahkan mengikuti Jodie sejak kemarin.
*
"Maaf kau lama menungguku, Hendro. Kepalaku sedikit pusing", ucap Daniel ketika sudah bersama Hendro di ruang kerjanya.
"Ada apa? Apa karena masalah yang di timbulkan manajer marketing itu?"
"Itu salah satunya. Pagi ini orang ku melihat Jodie di seputaran rumah Vina, Hen. Apa menurutmu Vina masih mau menerima suaminya?".
Hendro menyesap kopi yang disuguhkan sekertaris Daniel beberapa saat yang lalu.
"Aku rasa tidak. Vina, wanita cerdas dan berpendirian teguh. Tidak mungkin kembali dalam lubang yang sama".
"Minggu depan sidang perceraian mereka mulai di gelar. Aku sudah mendapatkan surat pemberitahuan dari pengadilan".
"Meskipun Jodie tidak memberikan tanda tangannya pada gugatan Vina namun pengadilan tetap melanjutkan gugatan kami karena menyertakan semua bukti perselingkuhan Jodie terhadap Vina. Terlebih ia dan selingkuhan nya kini tinggal satu atap. Tidak sulit memberikan bukti-bukti itu pada pengadilan".
Daniel menganggukkan kepalanya.
"Aku akan mengusahakan Vina segera mendapatkan akta cerai resmi. Terlebih ia tidak menuntut pembagian harta yang di peroleh selama pernikahan".
Daniel terlihat fokus mendengarkan Hendro bicara.
Daniel membuka email yang dikirim Nathan. Ia memutar video itu dan memperlihatkannya pada Hendro.
"Sepertinya ia memaksa Davina, membuka pintu atau kaca tapi Vina langsung pergi", ujar Hendro.
Aku tahu kau mulai menyukai sepupu istriku itu, Daniel. Sangat wajar, Vina wanita mandiri ia juga masih muda".
"Iya aku tidak bisa bohong padamu, aku memang menyukainya. Tapi sekarang rasanya belum tepat mengutarakan isi hatiku. Aku tidak mau kedekatan kami di jadikan senjata oleh Jodie di pengadilan untuk menghambat putusan yang bisa merugikan Vina".
Drt
Drt
"Sebentar. Aku harus menerima panggilan istri ku", ujar Hendro menghentikan obrolan dengan Daniel.
"Ada apa sayang? Aku sedang di kantor Daniel".
"Mas aku sedang di rumah Vina, tadi nya kita janjian makan siang di mall tapi Vina tidak datang. Udah aku tunggu berjam-jam nggak datang juga. Aku hubungi handphone nya tidak aktif. Ketempat katering pun Vina nggak ada. Sekarang aku di rumahnya yang ada cuma Mirna. Mirna bilang sebelum pergi kerja pulang malam".
Suara Arini bergetar seperti orang ketakutan.
"Sayang, tenangkan diri mu..
"Ada apa", tanya Daniel seraya menegakkan punggungnya.
Hendro menghidupkan speaker, supaya Daniel bisa mendengar percakapan ia dan istrinya.
"Aku takut Vina kenapa-napa mas. Sepupu ku itu tidak punya siapa-siapa lagi selain aku dan keluarga ku. Bagaimana kalau Jodie nekat bertindak jahat pada Vina", ucap Arini terisak.
"Hei tenanglah. Tunggu di sana, aku dan Daniel menyusul mu sekarang".
Hendro menutup panggilan itu.
"Istri panik. Sejak siang tadi janjian sama Vina tapi Vina tidak datang. Arini mencarinya di tempat katering maupun di rumah nya, Vina tidak ada juga. Handphone nya pun tidak bisa di hubungi.
Daniel bergegas. "Ayo kita ke sana tunggu apalagi".
...***...
To be continue
