Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, dan guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
第18章
“Terima kasih atas benda berharga Tuan Muda,” ungkap si pemilik toko dengan hormat, kemudian mengulurkan sebuah cincin penyimpanan dengan kedua tangan sambil membungkuk. “Ini sedikit cenderamata, sangat cocok untuk menyimpan barang-barang berharga Anda. Anggap saja sebagai tanda berlangganan. Uang Anda juga sudah saya masukkan. Silahkan Anda simpan dengan baik.”
Masih dapat bonus cenderamata? pikir Yu Fengmu. Jangan-jangan pemilik toko ini masih untung banyak?
Wang Lu tampak tidak peduli, ia menerima cincin itu dan berpamitan. Kemudian bergegas dari situ dan singgah lagi di Biro Pegadaian Cáishén.
Ia mengeluarkan surat gadai yang dicurinya dari Kantong Qinyang gurunya saat ia memeluknya, kemudian mengecek semua barang dan menyesuaikannya, lalu menebus beberapa. Masih sisa beberapa yang belum ditebus, uangnya masih belum cukup.
Aku harus berburu monster lagi! tekadnya. Ia mempertimbangkan, apakah perlu menjual buah spiritualnya juga? Tapi buah spiritual itu hanya tumbuh seribu bulan sekali. Namanya saja Labuh Seribu Bulan. Lebih baik dibudidayakan di taman herbal gurunya.
Setelah puas makan dan bersenang-senang, mereka kembali ke perguruan, disambut Jing Fan dan gerombolannya.
Jing Fan adalah juara tiga perekrutan angkatan mereka, dan gerombolannya juga merupakan teman-teman seangkatan mereka yang berakhir sebagai murid eksternal.
“Yo! Juara satu kita!” seru Jing Fan bernada usil. Gayanya sepuluh kali lipat lebih tengil dari Wang Lu dan perangainya seperti cacing. Setiap kali bicara, tangan dan kakinya tak bisa diam. Entah itu bersedekap atau mengusap rambut sembari mengguncang ujung kakinya. Terkadang pinggangnya juga ikut melenting seiring gerakan tangannya yang sedang mengusap rambut. Saat berjalan, tubuhnya menggeliat-geliut.
Tak perlu dibayangkan kalau tak ingin menjeluak!
Cacing itu sekarang meneliti Wang Lu dari atas sampai ke bawah sembari mengitarinya dengan pelan.
Wang Lu dan Yu Fengmu memandanginya dengan raut wajah datar. Bola mata mereka bergulir ke sana-kemari mengikuti gerakannya.
“Lama tak jumpa. Kulit Kak Wang semakin halus dan putih bercahaya,” sindir Jing Fan.
Gerombolannya berdesis tertawa.
Yu Fengmu melirik mereka dengan sorot peringatan.
Gerombolan itu langsung terdiam.
“Sudah cukup melihatnya?” tanya Wang Lu balas menyindir.
“Yo-yo-yo! Sombong sekali!” seloroh Jing Fan sembari berdecak dan bergeleng-geleng. “Kuberitahu kau, ya! Meskipun kau juara satu dan sudah menjadi murid pewaris, dengan kondisimu sekarang dan kondisiku sekarang, kau bahkan tak akan sanggup menahan satu jurus pun!”
“Apa maksudnya kondisiku dan kondisimu sekarang?” sergah Wang Lu acuh tak acuh. “Memangnya cacing tanah sepertimu bisa punya kondisi apa?”
“Ni—” Jing Fan spontan merongos.
“Cacing juga ingin jadi naga!” dengus Wang Lu tak peduli. Kemudian mendorong bahu Jing Fan dan bergegas menjauh.
“Cari mati" geram Jing Fan tersengat emosi, kemudian melontarkan energi spiritual ke punggung Wang Lu.
Wang Lu menjentikkan jarinya tanpa menoleh. Energi berbentuk bola cahaya sebesar bola cuju itu melayang diam di udara dan membeku beberapa inci dari punggungnya, kemudian meletus seperti gelembung air.
Semua mata terbelalak menyaksikannya.
Wang Lu mengerling melewati bahunya dan menyeringai ke arah Jing Fan. “Selama setengah tahun ini… apa kau baru belajar menyerang diam-diam?” cemoohnya. Kemudian berdecak dan bergeleng-geleng. “Juara tiga tetaplah juara tiga! Ingin merebut posisiku? Sungguh bermimpi di siang bolong!" Ia menandaskan. Kemudian meluruskan wajahnya lagi dan berlalu.
Jing Fan masih tak terima. “Kalau berani bertarunglah denganku!” tantangnya dengan teriakan lantang yang sekilas saja sudah bisa dipastikan amarahnya sudah meluap.
Wang Lu mendesah dan berhenti lagi, kemudian menoleh dan menyeringai lagi. “Aku bisa mengalahkanmu sekali. Aku juga bisa mengalahkanmu untuk kedua kali,” selorohnya tanpa beban.
“Itu karena aku tak ada persiapan!” bantah Jing Fan bersikeras. “Kalau kau berani, naik ke panggung hidup dan mati!” tantangnya lagi. “Kalau tidak, bersujud dan minta maaf sekarang! Aku akan melepaskanmu!”
“Kau begitu terburu-buru ingin mati?” dengus Wang Lu. “Hǎo!” katanya setuju. “Akan kukabulkan!”
“Selesai latihan sore, tiga hari dari sekarang!” Jing Fan menandaskan, kemudian berbalik dan bergegas.
Gerombolannya mengekor di belakangnya.
Yu Fengmu mendesah pendek dan menggeleng-geleng, kemudian menepuk sekilas pundak Wang Lu dan memisahkan diri.
Sesampainya di pondoknya, Wang Lu menghitung sisa surat gadai gurunya. Lebih dari sepuluh lembar dengan rata-rata harga barang yang harus ditebus sepuluh tael emas ke atas.
Semua ini demi pembaptisanku? batinnya dengan terharu.
Keesokan harinya, Wang Lu pergi berburu monster tanpa sepengetahuan siapa pun. Mengenakan penutup kepala dan masker ketat di wajahnya. Bertindak sembunyi-sembunyi seperti pembunuh bayaran.
Tubuhnya seperti Gagak Eurasia, melesat di ketinggian dan menyeruak di kegelapan hutan, berpindah-pindah tempat dalam sekejap, hinggap dari satu pohon ke pohon lain, kemudian menerjang tepat sasaran.
WUUUSSSSHHH!
DUAAAAARRRR!
Satu monster ditaklukkan.
Saat berikutnya, ledakan terjadi di sana-sini di seluruh penjuru hutan, menggemparkan para pemburu lain.
Bangkai monster bergelimpangan di mana-mana. Dalam satu hari, sudah lebih dari lima bangkai monster ditemukan dengan rata-rata kultivasi tingkat lima ke atas.
“Monster dari mana yang begitu ganas memangsa sesama monster?” gumam beberapa orang dengan tercengang.
Keesokan harinya, Wang Lu melakukannya lagi tanpa sepengetahuan semua orang, begitu pun keesokan harinya lagi dan seterusnya.
Selama tiga hari itu, setiap sore ia kembali ke Balai Dagang Zuànshí, menjual beberapa Pil Siluman lagi dan menebus barang-barang gurunya hingga semua lunas. Semuanya dilakukannya secara diam-diam, bahkan tanpa sepengetahuan gurunya.
Dan selama tiga hari itu, tingkat kultivasinya sudah tak diketahui lagi.
Sebenarnya, ketika ia menggunakan teknik pembakaran darah, ia sudah hampir memecahkan segel kedua, itu sebabnya sebagian besar ingatannya berangsur-angsur pulih. Tapi Wang Wu segera menyadarinya dan memperkuat segelnya lagi.
Kalau tidak, dalam tiga hari saja Wang Lu sudah akan melampaui dunia Master dan menjadi salah satu Demigod.
Wang Wu tak akan membiarkannya terjadi sebelum Wang Lu mengerti cara mengendalikan kekuatannya sendiri. Karena jika ia sendiri tak dapat mengendalikannya, siapa yang sanggup menggendalikan?
Hal itu dikarenakan Wang Lu memiliki formula rahasia Enam Denyut Nadi Dewa yang bisa meningkatkan kekuatannya hingga enam kali lipat. Tingkat satu saja sudah sebanding dengan tingkat enam. Bagaimana kalau dia juga Demigod?
Belum lagi enam elemen yang jarang dimiliki semua orang.
Umumnya setiap orang hanya memiliki satu jenis elemen. Memiliki elemen ganda saja sudah menjadi legenda.
Sambil menunggu latihan sore berakhir, Wang Lu memilah fragmen manual dalam kepalanya untuk mencari pengetahuan tentang budidaya tanaman spiritual. Kemudian mempraktikkannya hari itu juga. Ia menanam bibit tanaman spiritual yang didapatkannya saat berburu.
“Sejak kapan Tuan tertarik dengan budidaya tanaman spiritual?” tanya Mófǎng dari dalam kepala Wang Lu.
“Ayah Angkat! Berhentilah memanggilku Tuan!” tegur Wang Lu dalam bujukan tegas yang membuat Mófǎng terhenyak dalam benaknya.
“Tuan! Anda sudah sudah mengingatnya?” seru Mofang dengan gembira, kemudian muncul dalam wujud seorang pria tua namun masih gagah. Wajahnya masih terlihat seperti baru empat puluh tahun, hanya rambutnya sudah putih semua. Tubuhnya masih selurus lembing.
“Masih memanggilku Tuan?!” Wang Lu mendongak memelototinya. “Ke depannya panggil saja aku Wang Lu. Namaku sekarang Wang Lu!” Ia memberitahu.
“Hǎo!” sahut Mofang bersemangat. “Lu’er!”
Suara gemeretak di dekat mereka membuat Mófǎng segera berubah wujud menjadi seekor ular, kemudian merayap naik ke punggung Wang Lu dan bertengger di bahu pemuda itu.
“Shéi ya?”
ketukan Duanmu Jin...!!!
Cuma tidak bisa tidur, gara2 ulah Wang Lu...
👍👍👍
kata si Mulan Jameela
Dia waras....
Atau Sableng...???
2. Penjara Dewa
3. Jurus-jurus rahasia Wang Wu, dll
Apakah Wang Wu, Dewi pendisiplinan ?
😜😜😜