Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽
Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamparan
“Nyonya, kalau Anda tidak bisa membayarnya, aku akan meminta petugas untuk menahan Anda di pos keamanan. Anda tahu kan, tempat penyewaan Wedding dan gaun-gaun di sini semuanya memiliki kualitas terbaik?” cecar karyawan tersebut kepada Audrey.
“Tapi ... Tidak bisa begitu, ini kan tempat sewa, bagaimana jika robekan pada gaun ini bukan aku yang membuatnya?” kekeh Audrey mencoba membela diri.
Karyawan tersebut menyilangkan kedua tangannya di dada, dia menatap Audrey dengan pandangan sinis mencemooh. “Ini bukan hanya tempat sewa, Nyonya. Ini juga toko yang menjual gaun-gaun terbaik. Dua hari yang lalu sebelum Anda membawa gaun ini, kami melakukan pengecekan bersama-sama. Bukankah itu masih terlihat baik-baik saja?”
Audrey membuang napas berat. Seakan beban dunia yang dia pikul semakin berat. Ketika dirinya harus dihadapkan oleh masalah demi masalah. Yang menyewa gaun itu adalah ayahnya. Karena seharusnya, Callie yang menikah bukan dirinya. Akan tetapi, dirinya yang harus bertanggung jawab atas gaun pengantin tersebut.
“Oke, aku akan membayar uang perbaikan gaunnya. Tapi ... Untuk saat ini, aku belum punya uang,” ucap Audrey.
“Cih, makanya, kalau tidak punya uang untuk apa menyewa gaun di tempat mahal?” cemooh karyawan itu lagi. “Security! Bawa wanita ini!” karyawan tersebut berteriak.
“Jangan! Tunggu, aku akan mencari solusi!” Audrey tergopoh-gopoh menghalangi security yang mendekat. “Berikan aku waktu 3 hari, aku pasti akan membayar uang perbaikan gaunnya,” lanjut Audrey dengan nada memohon.
Karyawan tersebut menghela napas, seolah merasa jengkel dengan situasi yang terjadi. “Segera bawa wanita ini!”
Security menatap ke arah Audrey dengan wajah berang. “Ayo, Nyonya. Ikut dengan kami!” petugas keamanan itu mulai mencengkeram tangan Audrey lalu menyeretnya.
“Tu-tunggu, aku sudah berjanji akan membayarnya. Aku bukan seorang pencuri!” Audrey berteriak.
Krek!
Pintu bangunan itu terbuka. Audrey terkejut melihat kedatangan Asher. Namun petugas itu enggan melepaskan cengkeramannya dari tangan Audrey. "Lepas tanganmu dari istriku," ucap Asher dingin dan menekan.
"Asher, kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Audrey.
Audrey tidak menjawab, dia menatap tajam ke arah karyawan dan petugas keamanan tersebut secara bergantian.
Petugas keamanan terlihat masih ragu-ragu, ia melihat ke arah karyawan yang masih berdiri angkuh.
"Nyonya ini belum membayar uang perbaikan untuk gaun yang robek," jelas karyawan tersebut pada Asher.
"Berapa jumlah yang harus dibayar?" tanya Asher dengan nada tegas.
Karyawan tersebut yang melihat Asher di atas kursi roda menyunggingkan bibirnya. "Haduh... Tuan, aku tahu kau itu suami yang payah. Mana sanggup membayarnya. Lebih baik, kalian suami-istri ini pergi ke pos keamanan-"
“Jika kau tidak menyebutkan jumlahnya, aku akan adukan ini kepada manajermu!” potong Asher.
Audrey tampak ketakutan karena tentu, Asher juga tidak punya uang. Asher hanya anak buangan dan hal itu yang membuat Audrey gelisah. “Asher, tolong jangan memperkeruh keadaan. Aku akan membayarnya,” ucap Audrey memohon.
Karyawan yang melihat sorot mata Asher secara tiba-tiba menegang. “Istri Anda harus membayar 7.500.000 untuk perbaikan gaunnya,” jawabnya ketus walau ada rasa takut.
“Aku akan membayarnya.”
Audrey menoleh ke arah Asher. Dia terkejut dengan ucapan Asher. “Asher, ini masalahku. Aku yang harus bertanggung jawab. Bukannya dirimu-“
“Tolong carikan gaun yang paling bagus dan paling mahal untuk istriku!” potong Asher.
Audrey tidak dapat berkata apa-apa lagi selain menundukkan kepalanya saat petugas keamanan sudah melepaskan cengkraman dari lengannya. Dan karyawan yang mendengar permintaan Asher, membuat dia tersenyum sinis.
“Tuan kursi roda. Aku bukannya menghinamu. Tapi, tolong jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan istrimu. Jika kau ingin membeli hadiah untuk istrimu, kurasa, di pinggir jalan adalah harga yang cocok. Karena-“
“Kau pikir, aku tidak dapat membeli barang-barang yang berada di sini?” tegas Asher, matanya menyisir dan sorot matanya tertuju ke arah sebuah gaun di etalase yang menarik hatinya.
“Berikan gaun yang berada di sana!” tunjuk Asher.
Karyawan tersebut mengikuti kemana arah telunjuk Asher. Dan dia mulai terkekeh. “Hahaha ... Tuan, Anda bercanda? Harga gaun itu 70.000.000, Tuan cacat. Dan di desain dengan sangat terbatas. Karena hanya ada satu. Kami tidak menjualnya kepada pasangan miskin seperti kalian,” ujar wanita tersebut.
Audrey yang merasa malu segera meraih kursi roda Asher. “Ayo kita pergi. Tolong, jika kau punya uang, lebih baik disimpan untuk keperluan finansialmu ke depan-“
“Jangan lancang, Callie. Atau ... Kau benar-benar ingin membuatku marah? Lepaskan tanganmu dari kursi rodaku!” pekik Asher.
Dengan terpaksa, Audrey melepaskan tangannya. Asher menekan tombol pada kursi rodanya dan mengeluarkan sesuatu dari saku celana.
“Segera layani istriku dengan baik!” Asher, melemparkan sebuah plakat ke arah karyawan tersebut.
Karyawan itu menangkap benda yang dilempar oleh Asher. Dan sontak saja tubuh karyawan itu gemetaran melihat logo yang terdapat di plakat tersebut.
Karyawan tersebut dengan cepat membungkuk hormat. “Ma-maafkan aku, Tuan. Mari silahkan ikut dengan kami,” ucap karyawan tersebut dengan nada takut.
Asher mengangguk, melirik ke arah Audrey. “Apa kau masih ingin berdiri di sini?”
Audrey terdiam, ia merasa bersalah. Dan Audrey juga begitu penasaran, apa yang diperlihatkan Asher kepada karyawan tersebut. Sampai-sampai, karyawan tadi begitu ketakutan?
“Apa kau tuli, Callie?” bentak Asher.
“lya!” jawab Audrey dengan cepat, dia menyusul Asher bersama karyawan tersebut menuju ke sebuah ruangan.
Di dalam ruangan tersebut Audrey tampak takjub melihat jejeran gaun-gaun mahal yang dipajang di etalase kaca.
“Tuan, silahkan dinikmati dan silahkan Anda lihat-lihat terlebih dulu, gaun mana yang akan Anda berikan untuk istri Anda,” ucap karyawan itu ramah sambil mempersilakan Audrey duduk di sebuah sofa.
Audrey kini duduk di sofa empuk sambil tersenyum kikuk. ‘Apa yang terjadi? Ada apa dengan karyawan ini? Kenapa malah berubah 180° setelah Asher memberikan sesuatu? Siapa Asher sebenarnya?’ Audrey membatin sambil melirik ke arah Asher dengan rasa penasaran.
“Callie.”
Audrey terkesiap saat Asher memanggilnya. “I-iya!” jawabnya kikuk.
“Pilih salah satu,” ucap Asher.
Audrey menyisir ruangan tersebut. Dia kebingungan melihat gaun-gaun yang berada di etalase. Semuanya terlihat begitu cantik. “ Umm... Sepertinya, kamu saja yang memilih. Aku tidak punya bakat dalam memilih sesuatu" ucap Audrey.
Asher mengalihkan pandangannya ke arah karyawan yang masih berdiri dengan kepala tertunduk. "Ambilkan yang silver yang simmer-simmer itu!" pinta Asher menunjuk.
Karyawan tersebut mengikuti kemana jari telunjuk Asher mengarah. "Wah, pilihan Tuan sangat luar biasa. Gaun dengan taburan kristal-"
"Etalase nomor 43. Bawa kemari dan segera pakaikan gaun itu kepada istriku! Dan layani istriku, antar juga dia, tuntun dia, jangan sampai jatuh!" perintah Asher dengan suara tegas.
"A-apa?! Tapi T-Tuan, itu bukan pekerjaanku. Biasanya, para klien kami akan memakai gaunnya sendiri," pelayan itu terkejut mendengar permintaan Asher.
"Bintang satu untuk pelayanan. Dan akan aku pastikan, jika hari ini juga kau terakhir bekerja di sini," tekan Asher.
Audrey terkejut mendengar perkataan Asher. "Asher, bukankah ini terlalu berlebihan?”
“Tidak apa-apa, Nyonya. Aku akan melayani Anda dengan baik. Mari ikut denganku ke ruang ganti,” ucap karyawan tersebut dengan cepat.
Karyawan itu segera membawa gaun yang dipilih oleh Asher. Audrey dengan kikuk berdiri dari sofa dan mengikuti kemana Karyawan itu pergi.
Di dalam bilik fitting baju, Karyawan tersebut memberikan gaun indah yang dipegangnya kepada Audrey. “Nyonya, cobalah. Ini tentu cantik dengan tubuh Anda.”
Audrey mengambil gaun tersebut, ia segera masuk ke dalam ruangan ganti. Setelah beberapa saat, Audrey keluar dengan gaun yang tampak memeluk tubuhnya dengan sempurna. Audrey terlihat cantik dan anggun. Meski begitu, ada perasaan canggung memakai gaun yang begitu mewah.
“Wah, ini sangat cantik di tubuh Anda, Nyonya,” puji karyawan itu. “Ayo, perlihatkan kepada suami Anda. Tentu saja, suami Nyonya akan takjub,” ucap karyawan tersebut sambil menggandeng tangan Audrey.
“Ah... lya ... Tapi, ini terlihat berlebihan dan sangat mewah,” ujar Audrey, melangkah mengimbangi langkah karyawan itu.
Setibanya Audrey di mana Asher berada, Audrey berdiri sambil merapikan gaunnya. “Tuan, lihatlah Istri Anda. Dia terlihat cantik!” Seru karyawan tersebut.
Asher membuang pandangan ke arah Audrey. Wajah pria itu biasa saja tak ada ekspresi. Hal tersebut membuat Audrey mengernyitkan dahi. Karena ia semakin yakin jika Asher mungkin tidak menyukai wanita. Ya, suaminya mungkin seorang Boti!
“Hei, kamu!” panggil Asher kepada karyawan itu.
Karyawan yang masih berdiri menunjuk dirinya sendiri. “Aku?” tanyanya.
“Ya, kamu. Selain kamu siapa lagi yang ada di sini, Huh? Manekin? Kemarilah!” ujar Asher dengan suara dingin.
Karyawan tersebut melangkah ke arah Asher. Berdiri di depan Asher yang duduk di atas kursi roda. “Ada apa, Tuan?”
“Berjongkok!” titah Asher dingin tanpa ekspresi.
Karyawan itu menuruti. Dia pun berjongkok di depan Nathan. “Plak!” Asher memberikan tamparan keras pada pipi karyawan itu hingga tubuh karyawan tersebut terduduk ke arah samping.
Audrey tercengang melihat apa yang dilakukan oleh Asher. Asher menatap tajam ke arah karyawan itu. “Ini peringatan kecil karena telah menghina dan mempermalukan Istriku!” kecam Asher.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/