Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu, Jumat & Minggu pukul 17.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_22]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Kerja
Walaupun tidak memakai persyaratan yang lebih spesifik, tentu saja tetap diminta identitas diri bagi seseorang yang ingin bekerja. Tidak perlu berjarak beberapa hari, Dila sudah harus datang ke tempat kerja barunya saat ini karena memang ada sedikit pembicaraan yang membutuhkan mereka bertiga untuk menyempatkan diri berkunjung.
Pekerjaan yang ditawarkan Caca memang bisa jadi mudah dan bisa jadi sulit. Kriteria yang disyaratkan oleh kakaknya begitu mudah memasukkan sahabatnya untuk bekerja. Kenapa Dila mudah masuk kriterianya? sebab Caca melampirkan bukti sertifikat pencak silat tingkat nasional milik Dila untuk menjamin kemampuannya itu sebenar-benarnya mampu terjun di bidang pekerjaannya saat ini.
Untuk Caca yang tahu bagaimana Dila punya, tentu saja dirinya langsung meminta saat kemarin malam setelah sahabatnya itu setuju untuk bekerja part time. Gajinya lumayan untuk standar satpam dilingkungan studio penyiaran apalagi akan ada saat mereka terjun di dunia konten kreator.
Kakaknya Caca menawarkan mereka bertiga sebab berhubungan sekali dengan prodi sejarah yang diambilnya. Bahkan jika cita cita menjadi guru tidak tercapai, mereka tentu bisa meneruskan konten pengenalan budaya ini sebagai wadah mengisi kegiatan kosong tapi dapat cuan hehe
Setelah jam mata kuliah sudah selesai mereka bertiga jalani, niat mereka adalah isoma (Istirahat, Sholat, Makan) agar ada tenaga untuk melakukan trip menuju studio penyiaran. Caca pun memberitahu bahwa akan ada pemanduan mengenali letak ruangan apa saja yang berada disana.
Dan, seperti biasa Zainal tidak pernah absen mengganggu Dila secara terang terangan. Benar benar punya tekad dan semangat perwira untuk terus pendekatan. Caca dan Vira melihatnya hanya bisa menghela nafas diam diam karena harus ada diantara Dila dengan Zainal.
"Makannya jangan sampai belepotan gitu Dila"ucap Zainal dengan tangannya ingin menghapus jejak nasi disudut bibir Dila
Takk...
Tangan Dila refleks langsung menangkis tangan Zainal yang hampir mengenai wajahnya. Dengan tenaga ekstra mungkin mengakibatkan laki laki di depannya mengadu kesakitan.
"Ssh, sakit Dila. Galak banget sih kayak singa"keluh Zainal tersenyum kecut menerima penolakan.
"Lagian kak Zainal ngapain begitu, saya juga tahu kalau ada nasi tanpa perlu repot repot anda bantu"ketus Dila membersihkan sudut bibirnya dengan tissu. Memang niatnya akan mengambil tissu namun Zainal dengan lancangnya hampir menyentuh wajah miliknya.
"Iya maaf"lesu Zainal yang membuat Vira dan Caca menahan tawa dalam dalam.
Sementara dengan orang orang yang menatap ke arah mereka, banyak spekulasi spekulasi bahwa Zainal memang menyukai mahasiswi baru yaitu Dila. Namun naasnya, Dila selalu menolak dengan tegas bahkan tampak risih berhadapan dengan Zainal.
"Hiss, sok kecakepan banget sih. Gitu aja jual mahal banget padahal didalam hati mungkin berniat tarik ulur biar menarik dipandang kak Zainal"
"Kalau dia tolak, sama saya aja kak"
"Ihh apa sih?! Kak Zainal punya aku yaa. Jangan macam macam"
"Dihh, kak Zainal mah suka yang modelan kalem bukan modelan lo yang kek ular bulu. Nempel bikin gatel gatel"
Caca bahkan langsung menatap siapa siapa saja yang berucap tidak mengenakan untuk Dila. Kasihan sekali sahabatnya dapat musibah karena adanya Zainal ditengah tengah mereka.
"Kak, bisa gak sih jangan ganggu sahabat saya?"tekan Caca yang memang tidak bisa menahan emosi.
"Loh kok kamu yang sewot, orang Dilanya juga diam diam saja. Atau kamu cemburu yaa? Ngaku kalau suka sama saya"balas Zainal yang tersenyum dengan percaya dirinya.
"Idih amit amit jabang bayi. Ilfeel sama kak Zainal yang modelan agresif gitu"tolak Caca dengan ekspresi jijiknya membuat Zainal merasa tersinggung.
"Saya juga sama. Ilfeel sama kamu yang gak ada kalem kalemnya"sungut Zainal.
"Yee, mendingan saya dong daripada kak Zainal cuma bikin masalah buat sahabat saya. Seharusnya kalau suka tuh jangan bikin orangnya risih bisa gak sih. Sadar diri kalau udah ditolak beberapa kali"cetus Caca yang memang kalau sudah bersabda panjang pastinya ada kata yang nyelekit hati siapa saja target pembicaraannya.
Zainal terdiam dengan emosinya yang tertahan sebab dirinya merasa tertampar dengan ucapan Caca. Namun hatinya tetap bertekad untuk mendekati Dila. Lihat gadis yang disukainya saat ini makan dengan begitu santainya tanpa melirik dirinya barang sedetik.
"Apa sih yang bisa membuat dia bakal tertarik dengan saya? Susah banget mendapat atensinya tanpa sesuatu hal"bathin Zainal yang menatap Dila penuh arti.
Namun tetap saja Dila sibuk dengan kegiatannya tanpa menatap dirinya. Jujur saja membuat harga dirinya terus jatuh akibat penolakan gadis di depannya. Baik, dirinya akan mengalah saat ini. Selagi tidak ada yang berani mendekati Dila karena cueknya gadis itu dengan lawan jenis, dirinya masih bisa menemukan hasilnya di kemudian waktu
Zainal akhirnya pergi dari tempatnya meninggalkan Dila dengan sahabatnya. Dila yang melihat itu menghela nafasnya lega. Vira menenangkan Caca yang masih emosian jika berhubungan dengan Zainal.
"Aku sungguh tidak suka dengannya dan bagaimana caranya agar aku terhindar darinya?.. Oiya aku lihat lihat, Caca dan kak Zainal selalu terus berantem seperti kucing dan tikus jika bertemu. Bukankah bisa aja dikemudian hari bakal ada rasa karena terbiasa bertengkar. Hahh sudahlah..."pikir Dila yang mengajak 2 sahabatnya menuju masjid dekat universitas untuk sholat Dzuhur.
▪️▪️▪️▪️▪️
Gedung berlantai 3 berjarak 200 M dari Universitas Jogja terlihat oleh netra Dila. Dirinya disambut oleh mesin otomatis agar bisa masuk kedalam. Motornya melaju sampai tempat parkir bersamaan mobil Caca yang ikut diparkirkan di parkiran khusus.
Setelah selesai dengan masing masing kendaraan mereka, langkah mereka dengan pasti menjejaki lobi studio penyiaran ini. Namanya adalah "Prakarsa Budaya FM" yang didirikan oleh keluarga Caca dan berkembang begitu pesat dengan frekuensi mengudara di pulau Jawa.
Mereka disambut dengan seorang wanita dengan rambut disanggul rapi disertai pakaian berwarna cokelat susu formal sesuai logo dari studio penyiaran radio ini. Beliau menyambut datangnya adik serta sahabat adiknya dengan senyuman ramah.
"Mbak Dinda, ini kenalin teman yang kemarin Caca bicarakan."ucap Caca yang menunjuk Dila dan seseorang yang dipanggil Dinda pun menghampiri Dila dengan mengenalkan dirinya.
"Dinda Cantika, kamu Dila yaa?"ramah Mbak Dinda menjabat tangan Dila.
"Iya Mbak betul. Perkenalkan nama saya Dila Cahyani Asmawati dan biasa dipanggil Dila atau Ila"balas Dila dengan senyuman ramahnya juga.
"Hem.. kita langsung keliling saja untuk mempersingkat waktu. Mari silahkan"ajak Mbak Dinda. Senyum dan stylenya sangat anggun berwibawa sekali. Dila sampai sangat mengaguminya di pertemuan pertama.
Mereka akhirnya berkeliling seputar studio bahkan Mba Dinda memberitahu letak letak dimana Dila mengawasi saat kerja nanti. Sampai ruang CCTV pun diberitahukan. Terdapat beberapa ruang rekaman yang menampilkan seorang penyiar sedang bekerja.
"Dia adalah Andi. Salah satu penyiar disini. Sebenarnya ada beberapa orang dibagi dengan shift. Kamu nanti pasti akan mengetahuinya perlahan lahan."jelas Mba Dinda kepada Dila
Tatapan Andi mengarah keluar kaca dengan tersenyum memberikan hormat 2 jari untuk Mba Dinda tetapi mulutnya terus berbicara dengan profesionalnya. Sungguh dunia kerja yang luar biasa.
Singkat cerita...
"Bagaimana Dila? Kamu benar benar mau dengan pekerjaan satpam. Menurut saya, tentu akan banyak tantangannya untuk profesi itu. Kamu siap dengan segala resikonya nanti?"ungkap Mbak Dinda dengan menatap Dila didepannya. Kini mereka berempat duduk di sofa yang berada di ruang kerja milik wanita berusia 26 tahun ini.
"Saya siap Mbak Dinda. Apapun resikonya"jawab lugas Dila yang disertai senyuman penuh semangat.
"Baiklah kalau begitu, sementara shift kamu siang sampai sore dahulu. Nanti disesuaikan dengan jadwal jam mata kuliah. Profesi ini punya 4 shift. Shift pertama yaitu Jam 4 pagi sampai Jam 12 siang. Shift kedua yaitu Jam 12 siang sampai jam 5 sore. Shift ketiga yaitu Jam 5 sore sampai jam 9 malam. Yang terakhir shift keempat yaitu Jam 9 malam sampai jam 4 pagi."jelas Mbak Dinda yang diangguki oleh Dila dengan serius.
"Nanti kami bantu juga kok Ila buat ngurus pindah jadwal matkul. Pak Rektor mungkin bakal ngertiin kondisi kita yang mau kerja part time."ucap Vira tersenyum yang diangguki Caca.
"Eh? Kok kita? Bukannya aku yang mau tuker jadwal matkul?"heran Dila.
"Hehe, kita berdua mau barengan ubah jadwal"tawa kecil Caca dan Vira berbarengan membuat Dila menggeleng kepalanya pasrah lalu menatap Mbak Dinda.
Tatapan Mba Dinda pun bisa diartikan sebagai 'udah ikutin aja mau mereka berdua' yang membuat Dila ikut tersenyum kikuk. Ada ada aja kedua sahabatnya ini.
Bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/