NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saling Tanya

Masih diatas kasur, Dengan Adira yang menunduk, mengerucutkan bibirnya, merasa tidak enak dengan pertanyaannya.

Ricardo, melihat ekspresi Adira, mencubit lembut pipinya dan berkata,

"Apa yang membuatmu penasaran?"

"Apakah aku masih boleh bertanya?"

tanya Adira, sambil melepaskan cengkraman tangan Ricardo dari pipinya.

Ricardo ikut memeluk lutut, meniru cara Adira duduk.

"Silakan," jawabnya.

"Apakah kau masih ingat wajah ibumu? Apa ibumu mirip aku?" Adira bertanya, penasaran.

Ricardo terkejut dan bingung dengan pertanyaannya. "Tidak," jawabnya cepat.

"Kalian sama sekali tidak mirip."

Ia menghela napas, menatap langit-langit seolah mencari jawaban yang tepat.

"Kalau kau mirip ibuku, aku akan membiarkanmu dijual. Aku benci ibuku."

Kata-kata itu membuat Adira merasa semakin menyesal telah bertanya.

Ia memukul kepalanya gemas, merasa bodoh karena menyinggung topik yang begitu menyakitkan. "Kenapa aku tidak berpikir lebih dahulu?" gumamnya dalam hati, sementara Ricardo hanya memperhatikan reaksi Adira dengan rasa bersalahnya.

Ricardo diam, masih memeluk lututnya, mencoba memahami alasan di balik pertanyaan Adira.

Sementara itu, Adira yang merasa diperhatikan mulai menunduk lagi, lalu mengubah posisi duduknya, mengarahkan tubuhnya ke arah Ricardo dan duduk bersila.

Dengan berani, dia memutuskan untuk bertanya lagi.

Ricardo menaikkan satu alisnya, tampak penasaran dan bertanya, "Apa?"

"Bagaimana dengan wanita? Apakah kau punya wanita di masa lalumu? Atau mungkin saat ini kau punya?"

tanya Adira dengan penuh rasa ingin tahu.

Ricardo semakin bingung, alisnya mengkerut.

"Kau tidak akan percaya jika aku jawab belum pernah menyentuh wanita," jawabnya.

Dia menatap Adira dengan serius,

"Kau adalah satu-satunya wanita yang bisa ada di dekatku."

Kata-kata itu mengguncang perasaan Adira.

Sedikit tak percaya mengingat kehidupan mafia pasti tak jauh dari wanita penghibur.

Namun di sudut hatinya ia terkejut, mulai berbunga-bunga, ada rasa harapan dan kehangatan yang mulai tumbuh.

"Sungguh?" tanyanya, tak percaya.

"Ya," Ricardo menjawab sambil mengangguk, matanya tak lepas dari tatapan Adira.

Dalam momen itu, keduanya merasakan kedekatan yang baru dan berbeda.

"Lantas..." Adira tiba-tiba terdiam, tidak melanjutkan perkataannya.

Di benaknya, berputar pertanyaan yang ingin ia ajukan "Siapa wanita yang ada di sketsamu? Wanita dengan rambut pendek itu bukan aku, kan?"

Namun, rasa takut menyergapnya. Dia tidak ingin Ricardo tahu bahwa ia telah memasuki ruang pribadi dan melihat sketsa tersebut.

Kecemasan itu membuatnya menunduk, merasa tidak sopan jika bertanya tentang sesuatu yang begitu intim.

Ia menyadari bahwa sikapnya yang lancang bisa merusak momen hangat antara mereka. Jadi, Adira memilih untuk menyimpan pertanyaannya, berharap ada saatnya di mana Ricardo akan bercerita sendiri.

Suasana menjadi hening, hanya suara detak jantung mereka yang terasa dalam keheningan malam.

Ricardo memandang Adira dengan penuh perhatian.

"Kalau kau tak mau bertanya lagi..."

Ia menghentikan kalimatnya, menatap wajah Adira dan mengelus pipi kirinya dengan lembut.

"Apa aku boleh bertanya tentangmu?"

"Tentu saja," jawab Adira, meski hatinya berdebar.

Ricardo menggeser duduknya, kini menghadap Adira dengan serius.

"Siapa yang membuatmu begini?"

Adira terkejut, tidak mengerti maksud Ricardo.

"Kau punya panic attack dan kau terlihat sangat menutup diri. Di balik itu pasti ada sesuatu," lanjut Ricardo.

"Oh," jawab Adira, mendengar pertanyaannya.

"Panic attack itu terjadi tiga tahun lalu, saat ayahku meninggal.. Dia satu-satunya orang di hidupku yang menyayangi dan menjaga aku tanpa syarat."

Suara Adira mulai bergetar, menahan air mata yang hampir tumpah.

"Hingga kini aku masih menyimpan rasa sakit itu. Entah kapan bisa hilang... sungguh sakit.."

Air mata mulai mengalir deras di pipinya, dan ia menunduk lebih dalam, menyembunyikan wajahnya di balik rambut panjangnya.

"Orang-orang bilang, seiring berjalannya waktu setiap luka pasti sembuh.. tapi aku tak mengerti walau itu sudah bertahun-tahun berlalu, aku masih saja merasa sakit"

Melihatnya dalam keadaan seperti itu, Ricardo merasakan hatinya tercabik. Dia ingin memberikan kenyamanan, tapi kata-kata terasa tak cukup.

Ricardo lantas menegakkan badannya dan menarik kepala Adira yang tertunduk ke dalam pelukannya.

Dada yang bidang itu terasa hangat dan kokoh, memberikan rasa aman yang telah lama dirindukan Adira.

Dia merasakan detak jantung Ricardo yang stabil, seolah menenangkan kecemasan dan kesedihan yang menyelimuti hatinya.

Suasana hening namun penuh makna.

Hembusan napas Ricardo yang lembut menyapu rambut Adira, sementara tangannya yang gagah melingkari bahunya dengan lembut, seakan memberikan dukungan tanpa perlu mengucapkan kata-kata.

Adira memejamkan matanya, merasakan hangatnya pelukan itu yang menghapus rasa dingin dan sepi yang menyertai kesedihannya selama ini.

Kedua jiwa yang terluka itu saling berbagi kehangatan dalam keheningan, menyalakan harapan akan hari-hari yang lebih baik.

Dalam momen itu, semua rasa sakit dan kepedihan seolah menghilang, digantikan oleh kehadiran satu sama lain.

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!